Yeonhee masuk ke ruangan kerja David. Sementara David sedang konsentrasi mengerjakan pekerjaannya.
"Pak, maaf saya mau mnyerahkan laporan kerja saya." Yeonhee menarih berkas-berkas laporan pekerjaanya di atas meja kerja David.
"Terimakasih Yeon."
"Sama-sama, Pak!"
"Oh iya, apa saya ada jadwal meeting atau bertemu client malam ini?"
Yeonhee memeriksa Hpnya melihat jadwal David. Semua schedule meeting David sudah ia set di Smartphonenya. "Pak, maaf ternyata jadwal Bapak adalah menghadiri company gathering di acara penghargaan perusahaan ternama di Korea oleh..." Yeonhee ragu melanjutkan perkataannya.
"Oleh siapa Yeon?"
"TVS Pak!"
"Baiklah... saya datang."
Yeonhee izin ingin segera pergi dari ruangan David.
"Cham..."
"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu lagi?"
"Kau... apa ada waktu malam ini?"
Charice ragu. "Untuk?"
"Jika kau memang punya waktu, bisakah kau temani saya ke acara tersebut?" tanya David.
Charice dalam hatinya. Baiklah kebetulan sekali, menarik juga bisa kembali melihat seperti apa TVS setelah saya tinggalkan.
"Baik Pak. Saya bisa menemani Bapak nanti malam."
**
Malam di acara company gathering di TVS yang diadakan ballroom gedung TVS sudah padat oleh tamu-tamu undangan.
David mengenakan setelan jas hitam, lengkap dengan dasi, kemeja, dan rompi dalamannya serta celana bahan hitamnya. Sedangkan Yeonhee mengenakan gaun kemben berwarna merah dengan kalung diamond yang melingkar di lehernya, rambutnya digulung sederhana,dengan poni yang dibuat ke samping. Penampilannya memang selalu terlihat elegan.
Mereka nampak sangat serasi berjalan menyusuri karpet ballroom.
David seperti biasa, kemunculannya selalu menjadi perhatian banyak orang, terlebih mereka penasaran siapa yang menjadi pendampingnya pada malam itu.
Otomatis karyawan-karyawan di TVS langsung mengarahkan mata mereka ke arah Yeonhee. Beberapa karyawan bergunjing tentang Yeonhee.
David berbicara dengan rekan-rekan bisnisnya dan memperkenalkan Yeonhee sebagai sekretarisnya.
"Waw Pak David punya sekretaris baru ya, cantik sekali!" puji salah satu rekan bisnis David.
"Kok wajahnya Nona terlihat familiar ya?" terka rekan bisnis yang lain.
"Iya saya juga merasa pernah melihat nona di TV, apakah nona juga merupakan artis?"
Yeonhee tersipu malu. "Sa... Saya mantan news anchor," jawabnya.
Salah sorang karyawan TVS menghampiri Yeonhee dan David. "Yeonhee... kau kenapa ada disini?" Yang menghampiri adalah Siyeon. Salah satu seniornya yang juga merupakan news anchor.
"Eonni... Saya sedang menemani bos saya. Ini..."
"Perkenalkan Bu, saya David." David tersenyum.
"Oh... tentu saya tahu Pak David, pewaris tunggal Mico alumunium bukan?" terka Siyeon.
David hanya tersenyum.
"Saya titip Yeonhee ya Pak, di perusahaan Bapak."
"Tentu Bu, saya akan jaga Yeonhee."
Yeonhee tersipu malu.
Seorang pria dengan tinggi 180 cm mengenakan kemeja biru tua yang tak dikancing kerahnya dan celana bahan abu-abu dengan rambut yang dicukur plontos menghampiri David.
"Dave.."
"Insung Hyung!
"Apa kabar?!" Mereka saling bersalaman dan menandakan mereka sudah akrab.
"Baik! Hyung gimana?"
"Sama, kabar baik bro!"
Yeonhee memperhatikan pria yang tak lain adalah mantan bosnya tersebut hanya bisa menunduk dan tak ingin melihat wajahnya.
Insung melirik David. "Dave... sa ae nyari sekretaris... saya juga mau dong punya sekretaris pribadi yang sekaligus bisa jadi juru bicara."
"Bisa lah Hyung... Kan Hyung malah bisa tinggal milih!"
"Enggaklah... Tetep maunya diwawancara awalnya emang jadi sekretaris bukan mantan news anchor yang pengangguran terus ngelamar kerjaan apa aja biar yang penting kerja!"
Mendengar sindiran Insung, Yeonhee mulai naik darah. "Maaf ya Pak Insung, lulusan jurusan public speaking itu luas kok kerjanya... jadi sekeretaris juga masih nyambung dengan jurusan public speaking?!"
Insung pamit meninggalkan David.
"Yeonhee... kau PD sekali!" bisik Insug saat ia berlalu di samping Yeonhee.
Seseorang pria setengah baya memandangi David dan Yeonhee sedari tadi. Ia pun akhirnya menghampiri David dan Yeonhee.
"Selamat malam!"
Mendadak Yeonhee panik dan kaget mengetahui siapa yang menemuinya.
Ia adalah Louis Han. Salah satu pewaris TVS.
"Selamat malam Pak!" jawab David.
David dalam benaknya. Dasar pria tua bangka, kau tahu kan siapa yang datang bersamaku.
"Nona yang datang bersama anda ini, sepertinya saya tidak asing lagi."
Yeonhee tambah panik. "Tentu Pak, saya mantan karyawan Bapak," jawabnya.
"Sayang sekali ya Nona, anda sudah resign."
David memegang pinggang Yeonhee, mendekapnya erat di depan pria tua tersebut. "Anda Pak Louis bukan?"
Yeonhee kaget akan apa yang dilakukan oleh bosnya tersebut. Namun ia hanya menurut saja.
Pria tersebut jelas memelototi dangan David yang memegang erat Yeonhee.
"Pak... sekarang ini, dia adalah sekretaris pribadi saya..."
"Sekretaris pribadi bukan berarti bisa diperlakukan seenaknya kan?!"
"Bapak keberatan saya dekat dengan sekretaris saya sendiri?" Mata David menatap tajam ke arah Louis.
"Tunggu... Anda... Benar Pak David yang terkenal sebagai pewaris Mico alumunium dan telah mengakuisisi Samkyun itu bukan?"
"Tadinya saya tidak ingin sombong."
"Anda masih muda dan wanita manapun pasti tergila-gila dengan apa yang sudah anda punya sekarang ini! Belum lagi segala prestasi anda sepertinya sudah tak bisa diragukan lagi, kemampuan bisnis anda, terlebih yang paling terkenal adalah dapat mengakuisisi perusahaan Samkyung dan benar-benar memerger perusahaan tersebut seratus persen. Benar-benar hebat!" pujinya. "Namun... terkadang manusia suka lupa... jika ia masih menginjak tanah, masih menghirup udara di bumi, tapi sikapnya seakan-akan sudah bisa menembus langit ketujuh."
"Maksud Bapak?"
"Sekretaris anda tampak tidak nyaman akan perlakuan anda..." Sang pria tua itu berlalu sambil berkata lirih.
David tersenyum puas.
Louis semakin kesal akan balasan David.
Akhirnya acara company gathering itu pun selesai. David mengantar Yeonhee pulang.
"Pak, mau mampir dulu?" Yeonhee menawarkan.
"Tidak usah... Oh iya... tadi maaf sudah membuatmu tak nyaman di hadapan rekan-rekan bisnis saya."
Yeonhee tiba-tiba menjadi canggung. "Tidak sama sekali Pak. Saya sekretaris dan asisten pribadi Bapak, tentu hal seperti tadi sudah sangat lumrah terjadi, jadi saya sudah sangat maklum kok!"
"Baiklah kalau kau tidak keberatan."
"Oh iya, Bapak yakin tidak mau mampir hanya sekedar untuk say hai ke orang tua saya?"
"Iya, tidak apa-apa... Lain kali saja. Salam saja untuk Pak Soojong dan Bu Aera."
Yeonhee mengambil air mineral di depannya, ia membukanya dengan kencang dan...
Air minum tumpah ke baju David.
"Pak... MAAF... Saya tak sengaja." Yeonhee mencari tissue dan supir David memberikan tissue. Dia pun membantu melap baju David. "Bagaimana ini Pak baju Bapak basah semua gara-gara saya?!"
"Tidak apa-apa Yeonhee-ssi. Kau tenang saja, ini hanya kecelakaan."
"Bapak nanti saya takut Bapak masuk angin."
"Tidak akan, kok..."
"Tapi... sebaiknya diganti saja Pak. Saya akan ambilkan kemeja ayah saya... Sebentar saja... Ini salah satu tanggung jawab saya..."
"Jam kerja kamu kan sudah selesai... Lembur kamu jam segini sudah tak saya bayar."
"Anggap saja ini bentuk loyalitas saya Pak!"
Setelah menimbang-nimbang sesaat, akhirnya David menyetujui usulan Yeonhee.
Mereka pun masuk ke rumah Yeonhee.
David masih ingat makan malam pertamanya saat itu di rumah ini. Tidak banyak yang berubah dari hari itu. Semua masih sama, kecuali hatinya, begitu pikirnya.
Yeonhee mempersilahkan David duduk di ruang tamu.
Sementara Yeonhee membuat minuman sembari mencari kemeja Ayahnya yang pas untuk David.
Yeonhee sengaja langsung masuk ke kamar Charice. "Dek!" panggil Yeonhee.
"Eh Eonni baru pulanhg?!"
"Dek Eonni mau minta tolong donga!"
"Iya apa Eonni?"
"Cariin kemeja Appa yang ukuran L, tapi jangan kemeja kesayangannya."
"Buat?" Charice menyipitkan matanya.
"Buat tamu."
"Tamu mau minjem baju?"
"Kasian bajunya basah gara-gara ketumpahan air sama Eonni."
"Siapa Eon?"
"Temen kerja Eonni."
"Ah siyap!"
"Langsung kasih aja ya, orangnya di ruang tamu."
"Siap jalankan tugas!"
Charice langsung bergegas ke kamar lemari orang tuanya di kamar tengah. Dimana baju yang jarang terpakai dikumpulkan jadi satu di kamar tengah dan ia pun mencarikan satu kemeja.
Akhirnya ia mendapatinya.
Ia bergegeas menuju ruang tamu.
DEG
Mata David langsung tak bisa berpaling ketika di depannya telah ada sesosok gadis yang sudah mencuri hatinya.
Charice langsung salting melihat David namun ia buru-buru mengkondisikan diri.
"Apa kabar Pak?!" sapa Charice santai.
"Kabar Baik Char. Kau?"
"Saya juga baik."
"Saya senang kalau kamu baik-baik saja."
Charice tersenyum. "Tentu saya akan selalu baik-baik saja, Pak!"
David kaget melihat sesuatu... Matanya tak bisa lepas dari leher Charice.
**