webnovel

Linx

Tingginya kira-kira 120 cm. Mungkin seukuran anak SD. Dia punya pupil berwarna biru yang berbentuk seperti mata kucing, juga telinga biru yang mirip telinga kucing. Setelah Kimansu amati, ada rumbai di ujung telinganya seperti kucing liar yang pernah Kimansu lihat di acara TV.

'Spesies apa namanya ya?' Kimansu berusaha mengingat-ingat. Begitu ketemu spesiesnya, dia spontan berkata, "Oh iya, Linx!"

Setelah nama itu disebut, gadis itu tiba-tiba mendekat ke arahnya dan berbisik, "Bagaimana kamu tahu nama asliku?"

Kimansu menggeleng. Dia tidak mau berkata apa-apa karena si imut itu sudah memberi kesan pertama yang jelek.

Setelah mendaftarkan quest barusan, si loli itu tiba-tiba mengusir beberapa petualang dan menempati meja mereka. Dia langsung memesan makanan mahal dan berkata bahwa Kimansu lah yang mentraktirnya.

Si imut itu mirip kucing betulan. Dia seenaknya dan rakus.

"Hei anak baru, aku tadi nanya ... nyam nyam ... Dari mana kamu tahu namaku?" Dia berbisik lagi. Dia bicara meskipun pipinya jadi tembem karena masih mengunyah makanan.

"Aku cuma menebak." Kimansu menjawab seenaknya. Dia buang muka untuk menyembunyikan wajah malu-malunya.

Si loli itu memang imut. Tapi dia memiliki tubuh yang berbentuk sehingga menggoda mata Kimansu untuk curi-curi pandang. Si kecil itu juga mengenakan pakaian seksi yang menunjukan belahan dada dan perutnya yang langsing. Kimansu tidak berani memandangnya karena matanya spontan mengarah ke sana.

'Aku bukan pedopil aku bukan pedopil aku bukan pedopil.'

Saat Kimansu melirik lagi, si kucing itu menatapnya curiga.

"Tingkahmu aneh, Anak baru. Kamu pasti bukan penduduk asli kerajaan ini, ya?"

Analisa gadis itu tajam. Dia bisa membaca gelagat mencurigakan dan langsung mengambil kesimpulan. Kimansu memilih diam daripada mengundang masalah jika salah bicara.

"Darimana asalmu? Kamu dari kerajaan mana?"

Si imut itu jadi serius. Karena nada suaranya mulai menginterogasi, dengan terpaksa Kimansu menggunakan pengetahuannya sebagai pohon untuk berbohong.

"Aku dari Kerajaan Ysdeville." Kimansu menjawab singkat, seperti yang dia dengar dari percakapan penduduk Desa Zuerst. Dia memilih nama kerajaan itu karena akan mengundang masalah jika menyebut nama kerajaan lain.

Hanya kerajaan Gardhas satu-satunya tempat di mana demi-human bisa membaur dengan manusia. Sedangkan Kerajaan Ysdeville adalah kerajaan tetangga yang tidak memusuhi demi-human meski kerajaan itu hanya dihuni manusia. Andaikata Kimansu menyebut nama kerajaan lain, dia pasti dicurigai sebagai mata-mata atau pedagang budak.

Kimansu lega sikap Link mulai melunak. Tapi gadis itu masih saja menatapnya curiga.

"Kenapa kamu datang ke Kota Hallaval?" Linx bertanya, menyebut nama Ibukota Gardhas di mana Kimansu tinggal sekarang.

"Memulai hidup baru."

"Apa kamu baru bercerai dari istrimu?"

"Enggak! Aku single!" Entah kenapa Kimansu menjawabnya cepat.

Sekilas, dia melihat ada senyum kecil di sudut bibir Linx. Dia malas bertanya kenapa dan memilih beranjak dari meja itu.

"Mau kemana?"

"Mengerjakan quest. Cari uang untuk menutup kerugian setelah diperas kucing kecil."

Linx langsung terbahak.

"Hahahahaha! Kamu menarik, Anak baru. Aku suka kamu. Sepertinya rank-G itu tidak cocok untukmu."

Linx ikut beranjak setelah menghabiskan berpiring-piring makanan mahal. Dia mendatangi papan quest dan seenaknya merobek kertas. Dia menunjukan kertas quest itu pada Kimansu.

"Kamu mau quest ini, kan? Jujur saja."

Kimansu spontan mengangguk. Quest rank-B itu menggoda hasratnya yang sudah kesal terjebak quest rank rendahan.

Dia menjawab, "Aku masih rank-G. Memangnya quest itu boleh aku kerjakan?"

"Kamu mau point kan? Quest ini langsung mengantarmu menuju rank-F, tahu. Kamu mau?" Linx menegadah. Dia mengibar-kibarkan kertas quest itu untuk menggoda Kimansu.

"Kamu masih belum menjawab pertanyaanku. Memangnya aku boleh menjalankan quest itu?" Kimansu bertanya lagi untuk menutupi gengsi. Dia melihat Linx kembali tertawa.

"Hahahaha! Kamu belum tahu siapa aku, ya? Seharusnya kamu curiga kenapa semua orang di sini takut padaku, Anak muda." Linx menunjuk semua orang yang masih menunduk. "Kamu mau tahu?"

Kimansu mengangguk. Dia diam saja ketika si imut itu menghampiri meja resepsionis dan menyerahkan kertas quest.

"Ganti quest anak baru itu dengan yang ini. Masukan aku sebagai anggota party-nya," kata si loli itu sambil berjinjit. Meja resepsionis terlalu tinggi untuk badan imutnya.

Kimansu menahan tawa. Postur menggemaskan itu mirip sekali dengan anak kecil yang mau beli eskrim. Dan seperti yang Kimansu duga, resepsionis langsung menolaknya.

"Tap-tapi ini melanggar peratu-

"Melanggar apa?" Linx memotong ucapannya. Dia pelototi mata si resepsionis centil dan menggebrak mejanya. "Kamu masih mau bekerja di sini? Segera daftarkan quest itu!"

Dengan terpaksa, si resepsionis menurut.

"Ba-baik ... Guildmaster."

Kimansu langsung terperanjat.

'Huh? Guildmaster?'

下一章