Aku kembali guys!
Jangan pada baper lah. Aku kan jadi merasa bersalah hahaha.
Tapi Aiden memang buat meleleh sih jadi wajar aja.
So here we go!
Chapter kali ini agak panjang karena lagi banyak ide.
Seperti biasa jangan lupa vote,coment,share,tulis ulasan dan dukung terus dengan baca terus.
Happy reading!.
__________
"Hanya aku yang boleh menyentuh bibir ini. Ingat itu selalu."
Lova mengedipkan matanya beberapa kali saat Aiden dengan lembut mengusap bibirnya.
"Hanya aku yang boleh memeluk mu seperti ini." Ucap Aiden lalu mempererat pelukannya.
Lova membuka lebar kedua matanya saat tubuhnya semakin menempel ke tubuh Aiden. Dan itu membuatnya sangat tidak nyaman. Memang benar kalau dia dan Aiden sering melakukan kontak fisik seperti ini tapi tetap saja hal-hal seperti ini membuat Lova merasa tidak nyaman.
"Ca-Can we stop this?." Tanya Lova sambil menjauhkan dirinya kebelakang. Kedua tangan Lova memdorong dada Aiden agar ada jarak diantara mereka.
"No." Jawab Aiden yang malah semakin mendekatkan tubuh mereka.
"Please.. Aku tidak nyaman." Ucap Lova yang akhirnya sukses membuat Aiden sedikit menjauh.
"Why?" Tanya Aiden kecewa.
"Aku malu." Jawab Lova kesal karena Aiden malah pura-pura tak mengerti keadaannya.
"Aku kan sudah pernah melihatnya. Kenapa kau harus merasa malu?." Ucap Aiden dengan tatapan usil dan kekehan nya yang terdengar menyebalkan.
Lova menatap Aiden dengan tatapan terkejutnya. Kenapa sih pria yang ada dihadapannya ini sangat spontan sekali kalau berbicara. Memang benar kalau pria ini sudah melihat nya tapi kan itu sebuah kecelakaan. Salahkah saja Aiden yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk ataupun memanggil terlebih dahulu. Tapi sungguh itu adalah sebuah ketidak sengajaan yang fatal. Kesalahan yang tidak akan dia perbuat lagi.
"Itu kan sebuah kecelakaan!." Teriak Lova malu dengan wajah yang memerah.
"Tetap saja aku pernah melihat mereka dengan sangat jelas." Ucap Aiden sambil melirik kearah payudara milik Lova lalu menatap Lova kembali.
"Dasar mesum!." Teriak Lova marah sambil menutup dadanya dengan kedua tangannya dan Aiden hanya tertawa melihatnya.
Bip! Bip!
Suara intercom yang berada diatas meja kerja Aiden berbunyi. Keduanya kompak menolehkan wajahnya kearah alat tersebut dengan cepat. Aiden langsung menjulurkan tangannya untuk menekan tombol sedangkan Lova hanya melihat kegiatan pria itu dengan penasaran.
"Permintaan anda sudah siap Tuan." Ucap seorang pria dibalik intercom.
"Nice." Jawab Aiden sebelum memutuskan sambungan.
"Ada apa?." Tanya Lova bingung karena Aiden kini menatapnya dengan tatapan semangat.
"Ayo kita keatas." Ucap Aiden sambil menggendong Lova.
"Turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri." Ucap Lova terkejut dan permintaan wanita itu langsung dipenuhi oleh Aiden.
"Aku akan tunjukkan sesuatu padamu." Ucap Aiden sambil menggenggam tangan Lova.
"Apa?." Tanya Lova penasaran.
"Kau akan mengetahuinya nanti." Ucapnya lalu menarik Lova kedalam lift yang khusus hanya untuk dirinya dan sekarang ditambah Lova yang telah menjadi istrinya.
Keduanya saling bertukar pandang lalu tersenyum. Aiden dengan senyum percaya dirinya sedangkan Lova dengan senyuman malunya. Perasaan euphoria menguar dari keduanya. Berputar-putar memenuhi segala sisi lift. Degupan jantung mereka juga tak ingin kalah dengan perasaan mereka yang mengalir dengan keras. Siapapun tolong hentikan waktu untuk saat ini saja. Agar perasaan ini terasa sedikit nyata.
Pintu lift terbuka lebar dan angin kencang langsung menerjang keduanya. Rambut hitam kecoklatan milik Lova berterbangan ke belakang dan gaun selutut berwarna putih yang Lova kenakan ikut bergerak ke segala arah. Aiden menatap Lova. Tolong sadarkan dia bahwa yang dia lihat sekarang bukanlah seorang malaikat. Sungguh. Dia tidak mengada-ada ataupun melebih-lebihkan. Tapi Lova terlihat semakin cantik. Berapa banyak lagi persona yang wanita ini miliki?. Rasanya setiap hari Aiden terus terpesona.
Suara baling-baling helikopter menyadarkan Lova kalau dia sedang berada diatas gedung tempat helikopter mendarat. Lova menatap Aiden terkejut. Dia tidak menyangka kalau pria ini juga punya helikopter. Sungguh sangat kaya raya pria yang bernama Aiden ini. Kekayaan nya rasanya tak akan habis sampai beberapa keturunan. Tapi kalau dipikir-pikir lagi. Tidak heran juga sih kalau dia punya helikopter. Pesawat pribadi yang besar saja dia punya apalagi helikopter.
Aiden menarik tangan Lova agar mengikuti pria itu mendekat kearah helikopter. Tulisan besar Abhivandya Corp terpampang jelas di badan helikopter dan itu menandakan kalau helikopter ini adalah milik keluarga Abhivandya.
Aiden menuntun Lova agar wanita itu masuk kedalam dan memastikan Lova masuk dengan aman. Setelah itu dia menyusul Lova kedalam. Hal pertama yang pria itu lakukan adalah memasang sabuk pengaman pada Lova lalu memasangkan headphone untuk menutup kedua sisi telinga wanita itu. Lova mengucapkan terima kasih melalui gerakan mulutnya dan Aiden membalasnya dengan sebuah senyuman hangat.
Setelah semua sudah siap, pilot helikopter memberi isyarat pada Aiden maupun Lova bahwa mereka akan segera menerbangkan helikopter. Perlahan namun pasti baling-baling helikopter mulai berputar semakin kencang dan dalam hitungan menit helikopter sudah terbang meninggalkan kantor Aiden. Lova mengembangkan senyuman nya. Dia merasa sangat bahagia karena impian nya lagi-lagi terwujud dan semua itu berkat pria yang berada disamping nya.
Tapu apakah dia pantas mendapatkan semua ini dari Aiden?. Lova merasa sangat tidak pantas.
"Kau suka pemandangannya?." Tanya Aiden pada Lova yang tengah asik menatap kota Paris dengan wajah berseri nya.
"Sangat suka." Jawab Lova sambil tersenyum.
"Tadinya aku khawatir kau tidak suka dengan ide ini." Ucap Aiden sambil memeluk Lova dari belakang. Kepalanya ia letakkan diatas bahu wanita itu.
"Aku sangat suka!. Ini pengalaman pertama ku naik helikopter dan aku sangat menghargainya jadi berhenti khawatir." Ucap Lova sambil menatap wajah Aiden yang ternyata berada sangat dengan wajahnya. Wanita itu langsung memalingkan wajahnya kearah depan kembali.
"Sepertinya, semua pengalaman pertamamu akan dilakukan bersama ku jadi persiapkan dirimu untuk menerima semua kejutan yang akan aku lakukan."
Lova melirik Aiden yang kini memejamkan kedua matanya diatas bahunya. Perasaan khawatir mulai kembali merayap di hatinya. Bagaimana jika setelah sekian banyaknya hal yang mereka lalui bersama langsung hilang saat wanita yang dicari Aiden kembali?. Maka siapkah dia menerima kenyataan yang akan membuatnya terpaksa membuang semua perasaan yang dia rasakan saat bersama Aiden?. Siap atau tidak. Dia harus tetap siap. Cepat atau lambat. Wanita itu akan kembali dan mengambil semua yang seharusnya menjadi miliknya. Maka dari itu perasaan ini tidak boleh berkembang lagi. Cukup sampai disini.
Perjalanan satu jam lebih tak membuat Lova berhenti melihat kearah luar jendela. Pemandangan yang indah terus memanjakan matanya walaupun bahunya mulai terasa pegal karena menahan kepala serta tubuh Aiden yang kini terlelap dengan nyaman. Padahal posisi pria itu terlihat sangat tidak nyaman tapi kalau melihat pria itu yang tidak bergerak gelisah cukup membuktikan kalau pria itu tidur dengan nyenyak.
Tangan kanan Lova perlahan terjulur kearah wajah Aiden. Dengan lembut wanita itu mengelus wajah pria itu. Wajah Aiden terlihat sangat lelah. Mungkin pria itu sedang mengerjakan banyak pekerjaan jadi dia tidak punya waktu untuk beristirahat dengan cukup. Lova merasa tersentuh dengan rasa tanggung jawab Aiden yang sangat besar. Pria itu tidak pernah mengeluh ataupun menyerah. Lova merasa sangat buruk karena pada kenyataan nya dia sering menyerah dan mengeluh pada Tuhan.
Lova kembali menatap kearah luar. Pemandangan kota dengan sungai besar ditengahnya menyambut kedatangan mereka. Beberapa perahu terlihat melintasi sungai tersebut. Sangat indah. Pergerakan Lova ternyata membangunkan Aiden yang segera mengangkat kepalanya dari atas bahu Lova.
"Kau sudah bangun?." Tanya Lova pada Aiden.
Aiden hanya bergumam tidak jelas. Mungkin pria itu belum benar-benar bangun sepenuhnya. Lova kembali melihat kearah luar jendela lalu berseru kagum.
"Lihat Aiden! Jembatan itu sangat indah! Lihat!." Seru Lova bersemangat saat melihat sebuah jembatan yang membentang diatas sungai.
"Itu namanya jembatan Rialto. Jembatan tertua di kota Venice." Ucap Aiden saat melihat kearah sebuah jembatan yang ditunjuk Lova.
"Jadi kita sekarang ada di kota Venice?." Tanya Lova terkejut.
"Tepat sekali." Jawab Aiden sambil membenarkan posisi duduknya.
Perlahan helikopter bergerak turun kebawah dan mendarat di sebuah landasan bandara. Baling-baling helikopter perlahan berhenti berputar dan mesin nya juga sudah mati. Aiden melepaskan sabuk pengaman Lova dan juga headphone yang wanita itu kenakan. Tak lupa juga dia melepas miliknya juga. Pintu helikopter terbuka dan seorang pria berbaju hitam menyambut mereka.
"Terima kasih sudah terbang bersama kami, Mr. Aiden." Ucap pilot yang mengendarai helikopter.
"Penerbangan yang menyenangkan, George." Ucap Aiden sambil tersenyum.
Pemandangan yang langka untuk semua bawahan Aiden. Kalau biasanya sapaan mereka tak digubris tapi kali ini Aiden merespon dengan sebuah senyuman. Ini adalah sebuah kemajuan yang sangat pesat!. Mereka sangat berteruma kasih pada nyonya besar mereka Lova yang telah mengubah tuan besar mereka berubah menjadi lebih baik lagi.
"Selamat datang di kota Venice, The City Of Water." Ucap seorang yang akan mengemudikan gondola.
"Grazie." Ucap Lova.
"Kau bisa berbicara bahasa Italia?." Tanya Aiden terkejut.
"My grandpa is popolo italiano (orang italia)." Jawab Lova dengan senyuman bangga nya.
"Ah! I remember now." Ucap Aiden saat mengingat kembali obrolan mereka.
Mereka melangkah memasuki gondola yang cukup mewah untuk sebuah transportasi yang hanya akan mengantar mereka berdua ke sebuah hotel. Lova duduk disebuah kursi diikuti dengan Aiden yang juga ikut duduk disebelah Lova.
"Perahu nya sangat bagus." Ucap Lova saat gondala itu mulai bergerak perlahan.
"Menurutku ini sangat biasa." Ucap Aiden tak setuju.
"Kenapa kamu bilang sangat biasa? Ini sangat bagus dan mewah untuk ukuran perahu." Protes Lova.
"Aku mau yang lebih mewah tadi saat memesannya tapi mereka bilang ini yang paling mewah."
"Tunggu. Jangan bilang perahu ini punya kamu." Ucap Lova sambil menatap Aiden dengan tatapan tak percaya.
"Aku baru membelinya tadi pagi."
Lova membuka mulutnya tidak percaya. Pria ini membeli sebuah perahu mewah seperti membeli kacang goreng. Sungguh luar biasa. Seberapa banyak sih pendapatan pria ini dalam sebulan.
"Aku bisa menghasilkan $25.000 dalam 5 menit. Kalau kau bertanya-tanya berapa penghasilanku." Ucap Aiden dengan senyuman polosnya.
Ini sangat gila. Pendapatan pria itu setara dengan gajinya selama 10 tahun. Sedangkan pria itu bisa mendapatkannya hanya dalam 5 menit. Sungguh luar biasa. Kerja keras pria itu sangat terbayarkan dengan hasil yang dia dapat.
"Ini sangat gila." Ucap Lova tanpa sadar.
__________
To be continuous