webnovel

Moonlight

Part ini,  Gao nggak tahu memuaskan atau nggak, baca aja trus nilai sendiri, yah. Komen kalian sangat Gao nantikan...

Sebelum kalian lanjut baca,  wajib pelototin pengumuman ini!

Part ini khusus dewasa. Bagi adek-adek unyu di bawah 18 tahun (eh,  Gao aja masih 14😅🤦), cewe hijabers atau yang lagi puasa or pada lagi masa tobat, sama cowo yang selalu punya imajinasi (cabul), pintu keluar ada di sebelah kanan,  dipersilakan untuk segera minggat. 😊

Part di bawah dapat menyebabkan reaksi tidak sopan seperti pembesaran pada bagian tubuh tertentu, merusak imajinasi baik-baik,  dan lain-lain.

Sebenarnya, nggak vulgar,  sih. Cuman,  Gao nggak mau merusak imajinasi kalian,  readers tercintaaahh. 💖

Pokoknya,  kalian sudah diperingatkan. Buat para ngeyel-ers, tanggung sendiri akibatnya, Gao angkat tangan. 😒😒

****

"Jangan...  Jangan pergi.  Temani aku di sini," bisik Sasuke di telinga Hinata dengan suara serak-basahnya yang seksi,  kemudian dengan lembut memiringkan kepala dan menggigit cuping telinga Hinata yang memerah.

Hinata berontak, tapi dia tahu, walaupun sedang sakit,  stamina tubuh Sasuke jauh lebih besar dari dirinya,  jadi yang bisa Hinata lakukan saat ini hanyalah pasrah,  putus asa karena ketakutan.

"Aku mencintaimu, " bisik Sasuke lagi, tapi kali ini lebih lembut. Itu nyaris seperti belaian,  mengelus hati Hinata dan membuat gadis itu langsung merasa nyaman, jadi dia bahkan tak lagi ingin mebebaskan dirinya dari pelukan Sasuke.  Apa ini?  Apa karena Hinata tidak pernah diperlakukan seperti ini?  Apa karena dia mulai terbuai?  Ah,  entahlah...

Karena posisi tubuh mereka yang nyaman, Sasuke bisa dengan leluasa mengalihkan kepalanya dari telinga Hinata ke lehernya dan bernapas sensual di sana sebelum mengecupnya pelan dengan bibirnya yang basah.

Hinata merasa geli,  tapi sekaligus ada perasaan menyenangkan yang menyerang beberapa bagian tubuhnya yang sensitif,  membuatnya menggelinjang dan tanpa sadar menggigit bibir bawahnya sampai berdarah.

"Mmmpphh...  Sasuuhh...keeehh kunnhh... " seru Hinata, tidak mampu menahannya lebih lama lagi, dan membiarkan satu desahan tertahan lolos dari mulutnya. 

Mendengar namanya diteriakkan dengan penuh gairah,  Sasuke tersenyum di dalam hatinya .  Dia membiarkan mulutnya bergerak liar menyusuri permukaan leher Hinata yang jenjang dan mulus,  menggunakan lidahnya untuk menjejalahi Hinata yang terasa seperti garam di atas kulit putih dan rambut yang mulai acak-acakan karena Hinata tidak bisa berhenti  untuk bergerak dengan liar.  Yah,  rasanya seperti garam, garam yang memabukkan.

Entah sejak kapan,  suasana balkon yang semula sepi,  berubah menjadi ramai oleh suara penuh kenikmatan yang tertahan dan desah napas kelelahan. Untungnya,  satu rumah dengan rumah yang lain memiliki sekat yang cukup berjauhan satu sama lain, sehingga ada sedikit kemungkinan ada orang yang tidak punya kepentingan untuk mendengar atau menonton aksi mereka secara live action.

Lagipula,  kalaupun ada yang melihat mereka,  Sasuke sudah tidak peduli.  Toh,  dia mencintai Hinata,  dan jika dia diminta mengklaimnya,  Sasuke tak akan segan melakukannya.

Yah, suasana malam ini memang sedikit lebih terang karena cuaca yang sedang bagus-bagusnya. Mereka bisa melihat dengan jelas bahkan walaupun mereka tidak menyalakan lampu.  Bulan separuh bersinar dengan terang dan bintang-bintang berkelap-kelip dengan meriah seperti pohon natal. Lalu angin yang berkesiur tenang membuat tubuh mereka yang panas menjadi sejuk.

Nah,  apalagi yang lebih menyenangkan dari ini? Sasuke bahkan merasa ingin menanggalkan pakaiannya,  mmbiarkan tubuhnya dielus oleh angin malam.

Tapi Sasuke punya tujuan lain yang lebih penting dari itu.

Setelah menggigit kecil leher Hinata dan meninggalkan kiss mark tepat di nadinya,  Sasuke melepaskan Hinata dan membiarkan gadis itu berdiri dengan sempoyongan sambil menyentuh kepalanya,  tangannya memegang ujung sofa dan dia membiarkan tubuhnya menyandar pada satu sisi sofa. Sasuke puas melihat hasil kerjanya,  tubuh Hinata yang gemetaran,  rambutnya yang kacau,  dan sinar di amatanya yang pucat meredup.  Sasuke nyaris terkekeh, mengingat bahwa dia bahkan belum beraksi--setidaknya untuk standarnya--dan Hinata sudah seperti ini,  saat matanya menangkap bayangan penuh fantasi,  bibir Hinata gemetaran dan ada sedikit darah mengalir dari bibir bawahnya,  satu tetes darah yang berharaga jatuh,  memberikan percikan warna yang hidup pada lantai marmer berwarna putih polos. Lalu,  samar-samar,  Sasuke menyadarinya,  sesuatu perlahan terbangun di bawah sana...

'Mokkori?!  Hanya karena melihat darah merah segar di bibirnya?!' Ini terlalu berlebihan bagi seseorang yang sudah berpengalaman--bukan dalam arti yang sebenarnya.

Sasuke dengan kasar menarik kepala Hinata ke arahnya dan langsung menjilat bibir penuh darah yang sangat lembut  dan merasakan gairah tak terkendali menguasai dirinya saat merasakan rasa darah yang hangat dan manis.  Hinata,  di lain pihak,  membelalak dan tampa sadar membuka mulutnya.

Mengetahui pintu terowongan terbuka dengan lebarnya, Sasuke tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung menjulurkan lidahnya dan memasukkan bibirnya ke mulut Hinata.  Lidahnya mengambil alih,  menjilat dan menyesap dengan kuat seolah itu adalah permen terlezat yang akan hilang jika tak segera dinikmati.  Lidah Hinata yang lembut dan tidak berpengalaman beradu dengan lidah Sasuke di dalam mulutnya dengan panas. 

"Hhhh..., mmmpph,  Sasuhhh beeeehhhrennti... "

Hinata tahu dia harus mengakhiri ini, tapi saat Sasuke kembali mengemut lidahnya dengan rakus,  kewarasan Hinata dengan cepat terbang entah ke mana,  berhanti dengan sesuatu yang membuat Hinata balas menjilat dan menyesap lidah Sasuke dan membiarkan tangannya terulur,  bergelayut dengan manja di leher pria di depannya yang entah bagiamana telah berdiri.

Mendapatkan respons yang tidak valid,  tapi menyenangkan,  ciuman Sasuke turun ke tengkuk Hinata, berlama-lama membasahi anak rambut Hinata yang rumbuh lebat dengan ludahnya. Dia perlahan menyusupkan tangannya yang kuat dan besar ke dalam bukaan kkancing blus Hinata dan berhasil dengan haik menyentuh sesuatu yang besar dan kenyal yang teraembunyi dengan aman dalam sehelai bra yang terasa sangat tipis.

"Aaah,  Sasuuuhhh!! "

Mata Sasuke semakin menyala,  tapi dia tidak puas dengan adanya penghalang sehingga dengan kasar menyentak blus Hinata sampai kancing-kancingnya  berhamburan dan langsung melesakkan wajahnya di antara dua benda kenyal itu,  sementara tangannya yang satunya lagi mulai menyusup masuk ke rok selurut biru Hinata yang lembut dan bergerilya merasakan permukaan kulit Hinata yang terasa mulus dan lembut di bawah tangannya yang sedikit kapalan.

'Cih,  benda ini menghalangi!' pikir Sasuke dan kemudian meloloskan blus Hinata yang rusak berikut bra gadis itu yang berwarna ungu terang dengan menyentaknya dengan kasar.

"SASUKE-KUN!!" teriak Hinata,  tidak tahu apakah itu karena malu atau gerakan Sasuke yang sedikit terlau kencang.

Tidak memedulikan reaksi Hinata,  Sasuke terbelalak melihat dada yang begitu besar dan putih mulus terjatuh dengan tidak anggun dan langsung menegak seolah menantang untuk diisap.  Mata Sasuke membulat dan ia dengan rakus menangkupnya dengan gigi-giginya dan menggigit kecil.

"Mmpphh...  Hah,  hah...  Sasuuuhhh kunnhh... "

"Hmmphh... "

Sebelat tangan Sasuke mencapai pangkal paha Hinata dan menemukan sehelai kain celana dalam yang basah kuyup.  Dia meloloskannua dan berdiri dengan mantap, mendudukkan Hinata yang lemas ke atas sofa dan melepaskan pagutannya pada dada gadis itu, lalu berjongkok.

Satu pemandangan penuh keindahan membuat onyx Sasuke bercahaya.  Dia memajukan kepalanya dan menjentikkan lidahnya,  merasakan sesuatu yang hangat dan sedikit asin berkumpul di indra perasanya,  membuat Sasuke merasa memenginginkan lebih banyak lagi.  Saat dia mulai menjilat, Hinata menarik rambut Sasuke, tubuhnya bergetar dan menggelinjang, mulutnya berteriak-teriak liar. Sasuke tahu ini adalah orgasme pertama Hinata, dan itu membuatnya senang dan bangga.

Setelah meninggalkan beberapa tanda di pangkal pahanya yang lembab, Sasuke berdiri. Meloloskan rok Hinata, kain terakhhir yang menutupinya.  Sasuke menatapnya.  Tubuh Hinata yang polos penuh oleh jejak cinta, masih gemetar,  dan dibalut oleh keringat.

Pria itu menyingkirkan satu-satunya penghalang dan menjatuhkan dirinya di atas tubuh Hinata.  Rambut bergaya ravennya kuyup oleh keringat dan jatuh di atas wajah Hinata seperti tirai.  Mereka bertatapan.  Mulai berciuman dengan panas lagi.  Hinata kembali mengalami orgasme yang cepat dan penuh,  sementara Sasuke bahkan belum merasakan apa pun.  Dia memajukan tubuhnya di sela-sela ciuman karena bagian bawahnya tidak bisa masuk dengan mudah.  Matanya berkabut oleh hasrat.

1 senti,  2 senti...

Hinata menutup mata dengan kuat dan mencengkeram pegangan sofa.  Ada rasa sakit di indra kewanitaannya,  sekaligus rasa nikmat yang menggembirakan.

"Kalau kau ingin aku berhenti,  bilang saja, " ucap Sasuke pelan sambil mengecup bibir Hinata,  tapi gadis itu menggeleng.

Sasuke mendorong tubuhnya,  sempit seperti yang ia duga,  tapi ada kenikmatan tak terlukiskan saat miliknya melesak masuk seutuhnya. Ada cairan hangat yang wmengalir keluar dan membasahi sofa.  Sasuke memutuskan untuk melakukannya dengan cepat.  Mereka mencapai puncak bersama-sama dan saling meneriakkan nama masing-masing dengan penuh hasrat.  Perut Hinata bahkan terasa penuh,  lalu ia sadar,  Sasuke melakukan ejakulasi di dalam dirinya...

Tapi yah, ini terlalu menggembirakan. Hinata bahkan tidak ingin ini sampai berakhir.

Malam itu,  cahaya bulan separuh,  dan suara angin yang menampar dedaunan,  adalah penonton setia penyatuan dua manusia di tengah balkon yang mulai sepi.

***

Nah itu,  Gao nggak tahu bagus apa nggak, soalnya--maklum lah--referensi dari bacaan doang, nggak pernah nonton en Gao nggak pernah mencoba merusak diri sendiri. Selain itu, Gao juga cewe kurang belaian, pacar cuman asyik sendiri ngebelai itu Si Kagura ma Lancelot...😭😭

Yaaah,  malah curhat ini orang!! Komen dong...

Thanks mau dibaca.

Gao cintaaahh readers semuahh😘

下一章