Benar-benar perjuangan melawan maut yang menyedihkan. Pada akhirnya dia hanya bisa terbelalak menatap cucunya. Tangan yang lemah itu tampak gemetar hendak meraihnya di sebelahnya dengan napas yang mulai terengah-engah. Sungguh, seolah segenap kekuatannya yang dimiliki saat itu hendak meninggalkannya.
Xi Xiaye sempat terpaku melihat hal itu, hingga akhirnya memutuskan untuk memegang tangan yang terarah padanya. Aura pengukuhan masih terasa dalam genggaman. Hangat.
Masih terengah-engah, Deng Wenwen mulai menangis. "Teri…terima ka…kasih… sudah…sudah… datang… A…aku minta…mi….minta maaf…" katanya terbata, mulai menangis.
Sang nenek terlihat masih berusaha melawan kerasnya sakit itu, meski tersedak dalam tangisannya. Membuat Xi Xiaye semakin masygul.
Tak tahu harus menanggapi apa.
Deng Wenwen sendirilah penyebab utama, hingga segalanya menjadi seperti saat itu!
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者