webnovel

Percakapan Antar Dua Pria part 4

Saat itu bagai hati yang tengah terluka lalu tersiram air garam, perih dan kaku..Dhany merasa panas melihat adegan romantis Bulan dan Bagaskara di depan matanya. Ia jelas belum bisa melepas Bulan, bahkan bertekad untuk tidak akan membiarkan nya pergi. Dan segala rasa bersalah, kecewa, kecurigaan, dan tanda tanya yang besar berubah menjadi amarah yang menyala-nyala.

" Teman mu..bisa kah kau membinanya? Bulan milik q. Dan akan selalu menjadi milikku. Tolong urus dia untuk q." Dhany berkata tanpa melihat lawan bicara nya. Suaranya bergetar..

" Aq benar-benar tidak mengerti mengapa Bagaskara melakukan hal semacam ini? Dia bukanlah tipe perebut kekasih orang lain. Dia bahkan terlalu cuek untuk mempedulikan hal percintaan." Dhimas masih tampak tidak percaya akan apa yang ia saksikan.

" Apa kau masih tidak percaya setelah kau melihatnya sendiri dengan mata kepala mu?!" Dhany melemparkan pandangan tak percaya nya pada Dhimas. "Kita berteman sejak lama, kau mengenal q lebih baik dari pada siapapun. Apa aq pernah membohongi mu, Dhimas?"

" Dengar Dhany..Jika memang benar penyebab hubungan kau dengan wanita itu putus adalah karena Bagaskara..maka aq sendiri yang akan memintanya untuk menyerahkan kembali wanita itu kepada mu. Tapi..oh, apa istimewanya dia, Dhany. Kau tampan dan mapan.. mudah bagi mu untuk mendapatkan wanita manapun untuk kau jadikan pengganti nya." Dhimas penasaran akan apa yang terjadi sebenarnya.

" Bulan milikku, Dhimas. Dan akan selamanya begitu "

Dhimas terhenyak.. menyadari bahwa kalimat yang diucapkan Dhany adalah serius. Ia sangat mengingat kejadian dulu..saat mereka masih di bangku sekolah. Dhany memiliki sebuah jam tangan yang sangat bagus. Konon harganya pun cukup mahal untuk ukuran kantong anak sekolahan. Dia menabung dan bekerja paruh waktu demi mendapatkan nya. Dhany hanya memakainya sesekali saja, selebihnya ia simpan dalam lemari. Suatu saat beberapa teman termasuk Dhimas bertandang ke rumah nya, salahsatunya kemudian meminjam jam tangan kesayangannya tanpa permisi. Hanya mencobanya saja. Saat itu Dhimas menjadi salah satu saksi yang melihatnya.

Ia melihat bagaimana Dhany berubah menjadi sosok yang sangat berbeda saat itu. Tiba-tiba saja Dhany menjadi diam..sedangkan teman yang meminjam jam tangannya sedang asyik mengobrol dengan beberapa teman yang lain. Dan detik berikutnya yang ia lihat adalah adegan mengerikan. Dhany menyambar lampu belajarnya dan melemparkannya ke arah teman yang meminjam jam tangannya tanpa permisi. Semua orang dalam ruangan terkejut. Darah mengalir dari kepala teman yang terkena lemparan lampu Dhany. Adegan berikutnya adalah ibu Dhany yang dengan gugup mengantar temannya itu ke IGD agar segera mendapatkan perawatan medis.

Namun hal yang membuat Dhimas merinding hingga kini setiap kali mengingat nya adalah bahwa di saat semua orang panik dan khawatir, beberapa bahkan mengantarkan ke IGD, saat itu ia melihat Dhany yang tanpa ber ekspresi memandang temannya yang terluka. Kemudian berbalik masuk ke kamar membuka kotak penyimpanan jam tangan kesayangannya.." Tidak ada yang boleh memakai jam tangan milik q. Ini milik q.. milik q!"

Saat itu Dhimas menganggap Dhany memiliki masalah psikologis..ia berasumsi bahwa sifat itu timbul akibat traumatik yang ia alami karena perpecahan dalam keluarganya. Ia pernah memergoki ke dua orang tuanya bertengkar hebat lantai dua rumah mereka. Adik perempuannya masih bayi dalam gendongan ibunya terlempar saat ayahnya melayangkan pukulan ke arah ibunya. Saat itu kepala ibunya membentur meja dan langsung pingsan. Sedangkan adiknya jatuh ke bawah tangga dengan suara keras dan tidak bergerak lagi. Malang bagi Dhany..ia sangat menyayangi adik perempuannya. Dan ia melihat tragedi itu di depan matanya sendiri. Sejak saat itu Dhany sering terlihat murung dan menyendiri. Kemarahan, kebencian, kecewa, merasa dikhianati, kehancuran keluarganya menyebabkan Dhany malah sering menyalahkan dirinya sendiri. Ia merasa bersalah akibat tidak mampu menjaga keluarga nya dengan baik. Ibunda yang terluka bathin dan fisik, kehilangan adik perempuannya, keluarga yang tidak kembali utuh..beban yang tidak seharusnya ia tanggung. Sejak saat itu Dhany muda berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga apa yg menjadi miliknya dengan sungguh-sungguh. Tidak ada yang berhak mengambil kebahagiaan nya. Tidak seorangpun. Tidak lagi.

下一章