Jing Jiu sendiri terus melayang ke atas dari dasar kolam hijau itu. Ia kemudian melihat beberapa tengkorak yang mulai menghilang dan memunculkan riak - riak di kolam tersebut, dan ia bahkan melihat wajah seseorang setelahnya.
Atau lebih tepatnya, itulah wajah tirus yang penuh dengan kebencian, kemarahan, serta keputus - asaan.
Seorang pendekar pedang tangguh dari sekte sesat justru harus berakhir sebagai makanan bagi seekor binatang suci yang merasa bosan. Hal ini tentunya merupakan suatu penghinaan yang tidak akan dapat diterima oleh pendekar pedang tersebut.
Wajah tirus itu pun beberapa kali naik dan kemudian kembali tenggelam di kolam itu sebelum akhirnya menghilang.
Akan tetapi, ekspresi di wajah Jing Jiu tetap tidak berubah, bahkan ketika ia menyaksikan kejadian tersebut. Ia pun terus melayang ke atas permukaan kolam itu, kemudian, ia pun mengangkat pedang besi yang ada di tangannya ketika ia tiba di pinggir kolam itu.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者