webnovel

Terungkapnya Fakta

Ratu Sabrina tetap tenang melihat wajah putra semata wayangnya berubah menjadi kelam.

"Jangan marah anakku, Ibunda hanya memastikan Alena layak untukmu. Sejauh ini Ibunda masih merasa cukup puas walaupun masih ada kekurangan sedikit demi sedikit pada istrimu.

Struktur wajah Alena sangat memenuhi syarat untuk menjadi seorang Ratu. Badannya juga cukup ideal. Bokongnya kecil tapi memang proporsional dengan tubuhnya. Payudaranya juga cukup besar dan bagus. Hanya tenaganya memang kurang kuat. kemungkinan karena pola makannya kurang bagus. Ia harus banyak makan protein agar tidak terlalu lemas. Ingat tugas seorang ratu amatlah berat. Ia tidak seperti wanita istana lainnya yang hanya sekedar duduk dan bersolek. Tapi Ia harus ikut mengatur istana dari belakang. Tidak ada raja yang sukses tanpa andil seorang Ratu hebat dibelakangnya." Ratu Sabrina meminum air putih yang diambilnya dari atas meja.

"Duduklah Alena.." Kata Ratu Sabrina menyuruh Alena duduk disampingnya. Alena perlahan duduk sambil meneteskan air mata. Kalau tidak ada Ratu Sabrina mungkin Ia sudah menangis meraung-raung. Tapi Ia tidak berani. Karisma Ratu Sabrina membuatnya sangat ketakutan.

Wanita yang didepannya memang cantik jelita padahal usianya sekitar 45 tahun. Tapi sorot matanya sangat tajam. Sorot mata itu yang diwariskan kepada anaknya Nizam. Alena merasa Ia sedang didepan ibu tiri dalam cerita Cinderella.

"Apakah Kamu sangat mencintai anakku?" Tanyanya sambil menatap menantunya. Diam-diam Ratu Sabrina melakukan penilaian secara psikolog tentang karakter Alena dari fisik luar, gesture tubuh Alena Serta mimik wajah terutama sorot mata. Hanya dengan melihat sorot mata Alena yang bening, Ratu Sabrina langsung tahu kalau hati Alena begitu polos. Ia juga melihat gesture tubuh Alena yang tidak beraturan dan seadanya menunjukkan bahwa Alena bukanlah gadis yang berusaha menampilkan kepribadian ganda didepannya. Air mata yang keluar dari bola mata Alena cukup menunjukkan bahwa Alena sangat rapuh dan sensitif.

Dan yang terpenting Ia sangat mempercayai akan insting anaknya dalam menilai wanita. Tidak akan semata-mata Nizam mencintai seseorang sebegitu besar hingga menentang dirinya sebagai wanita yang telah melahirkannya kalau tidak ada sesuatu yang istimewa pada wanita itu.

Alena menganggukkan kepalanya sambil menunduk. Mertuanya mengajak bicara dengan menggunakan bahasa Inggris yang fasih. Sebagai seorang Ratu Azura Ia memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang bagus sebagai bekal untuk menerima tamu asing atau jika Ia pergi ke luar negeri mendampingi suaminya.

"Kalau Kamu mencintai anakku, jadikanlah itu sebagai modal untuk bisa bertahan di Harem."

Alena menatap Mertuanya dengan pandangan tidak mengerti.

"Haa..rem..??" Tanya Alena.

Ratu Sabrina langsung mendelik pada anaknya. "Apa Ananda tidak menceritakan tentang Harem kepadanya?" Tanyanya dengan suara tajam. Nizam langsung pucat pasi.

Alena menatap suaminya meminta penjelasan. Nizam menelan ludahnya, Ia menyadari kesalahannya Ia banyak menyembunyikan kebohongan pada Alena. Ia takut kalau seandainya Ia berterus terang maka Alena tidak akan bersedia dibawa ke Azura.

"Alena.. mungkin Suamimu lupa atau mendadak amnesia hingga Ia tidak menceritakan Harem yang kelak akan kau tinggali." Ratu Sabrina menyindir anaknya

Alena bertanya-tanya dalam hati. Mengapa Suaminya tidak bercerita tentang Harem kepadanya.

"Alena.. Suamimu ini adalah seorang calon Raja. Dia harus memiliki banyak wanita untuk memperkokoh kedudukannya. Pernikahan dengan banyak wanita semata-mata bukan untuk cinta tapi untuk kepentingan kerajaan. Sebagaimana pernikahanmu dengannya. Dan Ia sudah tahu sejak Ia dinobatkan sebagai putra mahkota"

Alena tercekat Ia menoleh pada suaminya yang keterlaluan sudah menutupi kenyataan yang begitu besar padanya. Yang ditolehnya malah pura-pura tidak melihat. Tiba-tiba Alena ingin mencakar suaminya menggunakan kuku jarinya yang panjang dan runcing-runcing.

Ratu Sabrina sangat tenang menjelaskan kenyataan ini pada Alena sekalian Ia menguji sejauh mana mental Alena siap menghadapi suatu kejadian yang diluar dugaan.

"Jadi ada berapa istri Nizam, eh Yang Mulia Nizam?" Tanya Alena sambil takut-takut pada Ratu Sabrina.

"Yang Mulia Nizam akan memiliki empat istri dan selir yang tak terbatas"

"APAAA??" Alena berteriak tidak sadar. Ratu Sabrina menggelengkan kepalanya melihat gaya Alena yang spontan. Tubuh Nizam langsung mengkerut dalam kursinya. Ia takut juga melihat wajah Alena yang terlihat sangat gusar menakutkan.

"Jadi bagaimana Alena? Apakah Kau masih bisa menerima Yang Mulia Nizam atau bagaimana?"

Alena terdiam Ia ingin langsung menerjang mencakar Nizam tapi Ia masih bisa mengendalikan emosi untuk bertindak sopan dihadapan mertuanya. Hanya saja tangannya tanpa sadar melintir-lintir ujung taplak meja yang sulamannya begitu indah yang menutupi meja makan untuk menahan emosinya yang serasa mau meledakkan dadanya.

Melihat Alena hanya terdiam. Ratu Sabrina bertanya lagi: "Bagaimana Alena?"

Alena bingung mau berbuat apa. Untuk menjawab saja Ia tidak bisa. Akhirnya Alena malah menangis keras tanpa bisa ditahan lagi. Ia lupa pada ketakutannya terhadap Ratu Sabrina. Kedua tangannya menutupi wajahnya yang cantik. Air matanya menetes-netes membasahi jemarinya

Ratu Sabrina menggelengkan kepalanya. Ia bangkit. "Pangeran... Ananda selesaikan dulu urusan Ananda dengan istrimu. Nanti Sore Ia akan bunda bawa ke Harem untuk diperkenalkan kepada Putri Reina dan seluruh selirmu di Harem." Ratu Sabrina berkata sambil berdiri. Entah kenapa hatinya yang biasa kejam mendadak terselip perasaan manusiawi yang muncul melihat tingkah Alena yang begitu polos apa adanya.

Mata bulat dan bening Alena diam-diam memunculkan perasaan sayang yang mendalam yang tidak Ia dapatkan pada mata Putri Reina. Melihat Alena menangis keras Ia malah merasa lucu. Ada senyum kecil yang mengambang disudut bibirnya yang sangat jarang terlihat oleh siapapun.

Tapi sebelum Ratu Sabrina pergi tiba-tiba Ia balik lagi lalu berkata pada Nizam. "Entah kenapa Ibunda juga merasa bahwa Ananda tidak menceritakan juga tentang perayaan kesucian bagi Alena setelah kalian menjalani malam pertama." Tanya Ratu Sabrina penuh kemenangan. Nizam makin pucat mendengar kata-kata Ibunya. Ibunya bagaikan ingin puas memperuncing kemarahan Alena pada dirinya.

Ratu Sabrina berlalu dari hadapan pasangan suami istri itu sambil senyum-senyum sendiri. Terus terang Ia merasa sedikit puas menyaksikan Nizam tampak kebingungan karena kebohongannya pada Alena. Biar dia tau rasa bagaimana selama ini Ia sudah membuat hati Ibunya kacau balau karena masalah Alena. Walaupun setelah bertemu Alena Ia merasa cukup puas dengan pilihan anaknya. Ratu Sabrina tahu bahwa Alena akan marah besar sama Nizam tetapi Ia yakin Alena hanya akan marah tapi tidak akan pergi meninggalkan Nizam. Insting wanitanya mengatakan bahwa Alena sangat mencintai anaknya.

下一章