webnovel

Kesal

Edward menatap taman kafe yang ada di depannya. Pagi ini ia sedang menunggu kedatangan Alena. Tadi malam ia mengajak Alena untuk sarapan bersama di kafe dekat kampus. Walaupun sampai detik ini Alena belum menjawab pesan wa nya, tetapi ia tetap menunggunya. Edward menghirup kopinya sedikit serta menghisap sebatang rokok menthol bernikotin rendah. Sebagai musisi dan mahasiswa sastra terkadang ia memerlukan sebatang rokok untuk menemani nya mencari inspirasi. Edward menghembuskan asap rokoknya ke atas. Asap yang keluar dari bibirnya yang tipis menawan itu, tampak menari-nari di udara sebelum akhirnya menghilang tertiup angin musim semi.

Pikiran Edward melayang-layang bagai asap rokoknya yang tertiup angin memikirkan Alena dan Elsa. Dua gadis yang kerap mengisi hidupnya akhir-akhir ini. Elsa ya Elsa dia gadis yang sangat menarik. Sifatnya yang keras kepala dan temperamental selalu membuat Edward tidak berdaya untuk menolak keinginannya. Dua sifat itu juga membuat tingkah Elsa kadang sedikit egois. Edward sebenarnya menyayangi Elsa tapi hanya sebatas teman baiknya. Walaupun terkadang Ia bingung dengan tingkah Elsa yang kerap tidak memperdulikan hal itu. Padahal teman laki-laki Elsa cukup banyak karena memang dibalik sifat temperamentalnya Elsa sangat baik dan loyal pada teman-temannya. Edward menyadari walau teman laki-lakinya banyak Elsa selalu ingin bersamanya. Minta diantar atau dijemput, minta ditemani makan malam yang biasanya tidak bisa Ia tolak.

Berbeda dengan Alena yang sangat polos dan rapuh serta cengeng. Elsa sebenarnya adalah wanita yang tegar dan mandiri. Tetapi karena Ia mencintai Edward makanya Ia selalu mencari - cari alasan agar selalu bersama Edward. Sayangnya Edward malah mencintai Alena. Sebenarnya sejak ia bertemu Alena dulu Ia benar-benar sudah jatuh hati pada pandangan pertama. Alena begitu menggairahkan dengan mata yang polos tetapi menggoda. Senyumnya membuat Edward tidak habis mengerti mengapa ada senyum yang begitu menggoda dirinya. Seakan sanggup merobohkan seluruh egonya untuk membuat Ia bersedia merangkak di kaki Alena demi mengharapkan Cintanya. Hanya sayangnya Alena tidak memperdulikan dirinya. Berulang kali ia mengajak makan atau nonton pada Alena namun Alena selalu menolak.

Tetapi akhir-akhir ini Edward merasa Alena tampaknya sudah mulai membuka hatinya untuk dia, sehingga harapan Edward sedikit membesar. Untuk itulah Ia mencoba menjauh dari Elsa walaupun hati kecilnya tidak tega tapi Edward tidak mau impiannya menjadi kekasih Alena hancur begitu saja.

Dia sudah menyusun rencana untuk menghabiskan malam bersama Alena disaat pesta dansa nanti. Bahkan Ia sudah menyiapkan lagu spesial buat Alena di malam nanti dan tidak lupa Ia akan menyatakan cintanya di depan teman-temannya. Ia optimis Alena akan luluh hingga akhirnya mau menerima cintanya. Kemarin seandainya tidak ada Nizam mungkin Alena sudah jadi miliknya. Ia hampir mencium bibir seksi Alena.

Huh Nizam, pria misterius itu. Entah kenapa selalu berada disaat yang tepat. Setiap Ia bersama Alena entahlah kenapa selalu ada wajah orang aneh itu. Apakah pria itu mencintai Alena juga atau bagaimana? tetapi kalau dilihat dari tingkah dan kata-katanya, terlihat Nizam seperti tidak perduli dengan Alena. Tapi entahlah mungkin itu suatu kebetulan belaka.

Pria itu tidak pernah diketahui asal - usulnya. Ia selalu terlihat menyendiri walaupun ia suka bertegur sapa dan tersenyum tipis tetapi tidak pernah mengijinkan siapapun untuk duduk dekatnya. Selain gayanya yang misterius Ia juga tampak tidak menyenangi wanita. Buktinya terhadap Alena yang begitu membuat laki-laki sekeras apapun bisa meleleh dia tampak tidak perduli. Bahkan pernah ada kelakar dan gosip diam-diam yang menyebar diantara mereka bahwa Nizam adalah seorang pencinta sesama jenis. Buktinya adalah pernah tertangkap basah berjalan dengan beberapa pria berbadan tinggi tegap tanpa diketahui identitasnya.

Edward menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dua kali menghilangkan rasa pegal. Tiba-tiba Handphonenya berbunyi dan Ia melihat itu nomor dari Alena.

" Maaf Edward, Aku baru membaca pesanmu, Aku hargai ajakanmu, tetapi sayang Aku ada acara pagi ini. Jadi maaf Aku tidak bisa memenuhi undanganmu untuk sarapan bersama" Begitulah isi chat dari Alena.

Edward mengeluh penuh rasa kecewa namun begitu Ia membalas chat dari Alena dengan gentle.

"It's fine Alena.. tidak apa-apa." Edward menjawab chat dari Alena dengan hati sedikit terluka.

Walau pun sudah tahu bahwa Alena tidak akan datang tetapi Edward masih enggan beranjak dari mejanya. Ia malah kembali menyulut batang rokok yang kedua dan kembali menghisapnya. Kopi yang tinggal setengahnya ia teguk kembali. Matanya yang hijau Ia pejamkan dan ketika Ia membukanya Ia terperanjat karena Elsa sudah berdiri di depannya. Edward tersenyum seraya memperbaiki duduknya.

"Elsa duduklah... " Edward meminta Elsa untuk duduk walau sebenarnya Ia ingin sendiri.

"Apa Kamu sedang menunggu seseorang? Menunggu Alenakah? " Tanya Elsa sambil duduk di depan Edward. Pramusaji segera menghampiri Elsa untuk menanyakan apakah Elsa akan memesan sesuatu. Kemudian Elsa memesan segelas jus jeruk dengan kue-kue ringan. Elsa menatap Edward dalam-dalam. Ia sudah lama mengenal Edward. Edward tidak sembarangan merokok. Ia hanya merokok apabila sedang mencari inspirasi atau sedang gundah. Yang ditatap tidak bicara apapun Ia asyik dengan pikirannya sendiri.

"Edward..ada sesuatu yang akan kubicarakan padamu." Kata Elsa.

"Bicaralah.. " Edward masih menghisap rokoknya yang semakin memendek.

"Ini tentang Alena"

Edward yang akan menghisap kembali rokoknya menghentikan tangannya Ia lalu menatap Elsa dan berkata : "Apa yang Kamu ketahui tentang dia? Bukankah Kamu sekarang sudah tahu kalau Aku mencintai Alena. "

"Ya Aku sudah tahu, hanya apakah Kamu tahu siapa yang Dia cintai? " Elsa berbicara sambil menahan perasaan.

Mata Edward membesar. "Siapa?? Kamu jangan berbicara omong kosong!" Suara Edward terdengar gusar. Bahkan Ia mematikan rokoknya dan memberikan seluruh perhatiannya kepada Elsa.

"Dia mencintai Nizam "

"Jangan sembarangan bicara Kamu. "

"Aku mengetahuinya dari temanku yang tidak sengaja melihatnya mendekati Nizam di kantin. "

"Mendekati belum tentu mencintai."

"Ya Aku tahu itu. Makanya Aku tidak terlalu mempercayainya, tetapi ketika Aku mendengar sendiri Dia berbicara dengan Cyntia temannya bahwa Ia akan berhenti mencintainya karena Nizam tidak memperdulikannya." Sampai disini Elsa terdiam menunggu reaksi dari Edward.

Edward termangu mendengar kata-kata Elsa. Ingin rasanya Ia tidak mempercayai kata-kata Elsa tapi akal sehatnya bekerja baik. Alena memang tidak mencintainya. Tetapi kalau Ia sampai mencintai Nizam benar-benar sulit dipercaya.

"Sadarkah Kamu Edward, kalau Dia mungkin hanya mempermainkanmu. Untuk apa mencintai orang yang mencintai orang lain" Elsa berkata seolah-olah pada dirinya sendiri. Bukankah Ia tidak jauh berbeda dengan Edward. Mencintai orang yang jatuh cinta pada orang lain.

"Tidak Elsa, Aku tahu Nizam tidak mencintai Alena, kalaupun Ia memang mencintai Alena. Aku tidak keberatan kalau harus bersaing dengannya. Lagipula bukankah Kau tadi mengatakan bahwa Dia akan berhenti mencintai Nizam" Suara Edward terdengar optimis.

"Mengapa Kamu sangat keras kepala, mengapa Kamu harus mencintai orang yang jelas-jelas mencintai orang lain. Edward dia Orang Indonesia yang memiliki agama dan budaya yang berbeda dengan Kita. Apa Kamu pikir Orangtuamu yang pejabat akan merestui Kalian? Kamu hanya akan menyengsarakan hidup Kamu sendiri . "

Edward terdiam mendengarkan kata-kata Elsa yang begitu berapi-api. Ia juga memikirkan kebenaran dari kata-katanya. Tetapi bukanlah cinta namanya kalau selalu memenuhi akal sehat.

"Aku mencintai Dia Elsa, sangat mencintainya. Kalau Kau tahu apa yang kurasakan betapa Aku tersiksa oleh perasaan ini. Aku juga tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi. Seumur hidupku belum pernah Aku merasakan cinta yang begitu besar. Bukankah Kau juga tahu, kalau Aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta." Suara Edward terdengar memilukan di telinga Elsa dan membuat perasaan Elsa berubah jadi iba pada pria yang dicintainya. Rasa kesalnya luntur seketika, tetapi ada yang luapan kebencian yang begitu besar pada Alena. Elsa berpikir bahwa Edward menderita karena Alena. Elsa juga beranggapan bahwa seandainya tidak ada Alena maka Ia lah yang akan menjadi kekasih Edward.

下一章