Part 3
Sesampainya di kamar Seobi.
Jong in membuka daun pintu kamar seobi, ia meletakkan seobi di ranjannya dan berkata. "Aku tau, jangan berpura-pura lagi Nn.Choi". Bisiknya
Wajah seobi tiba-tiba memerah karena ia ketahuan berbohong. Saat Jong In menidurinha di ranjang ia langsung membanting Jong In di ranjangnya dan Kini Posisi mereka Jong In dibawah dan seobi diatasnya.
"Aku memang berpura-pura untuk membawamu kemari Agen Kim". Katanya dengan evil. "Siapapun diluar!!! Kunci Pintunya!!!". Teriak Seobi memerintahkan para penjaga di luar.
Jong In mengerutkan keningnya dan menatap tajam Seobi tanjam. "Kau tak bisa melakukan apa-apa. Aku seorang Pria".
Seobi mendengar itu merasa lucu dan tertawa terbahak-bahak. "Kau belum tahu siapa aku". Ujar seobi dengan santai.
Ia langsung menatap perut bidang Jong In di balik kemeja putihnya. Seobi mengerakkan kakinya yang menekuk dan menindiskan lututnya di bekas luka Jong In yang belum sepenuhnya sembuh dengan kuat sehingga bekas jahitannya terobek mengeluarkan darah.
"Aah!!". Desah Jong In kesakitan.
Ia membalikkan badan Seobi kebawah untuk menggantikan posisi mereka. "Hentikan!!". Bentaknya.
Seobi tersenyum evil lagi.
Muak dengan keadaan ini Jong In bangun. Akan tetapi seobi menariknya kuat dan melumat bibir Jong In Dengan ganasnya dan menekan luka Jong In.
Jong in mendorong tubuh seobi dengan kuat sehingga dia terlentang jatuh kekasur. Bibir Jong In terlihat memar karena berlakuan Seobi. Ia tidak hanya melumatnya akan tetapi sekalian mengigitnya.
Jong in beranjak dari sana menuju pintu yang tertutup. "Buka pintunya!!!!!". Pintahnya sambil berteriak kesal.
Seobi berbalik masih dalam posisi tidur. "Kau tidak akan bisa membukanya". Katanya sambil berpose tidur seksi.
Jong in mencari akal dan mencari-cari kunci cadangan di laci lemari seobi. Setelah beberapa lama mencari ia menemukan kunci cadangan dan membuka pintu.
Ia keluar dengan marahnya. Sedangkan seobi hanya tertawa melihat kepergian Jong in.
Dengan rasa perih yang teramat dan darah yang menucur keluar dari sobekkan luka Jong In. Wajahnya pucat kepalanya berat dan penglihatannya nanar. Jong in berjalan Gontai menuruni tanggah. Salah satu agen melewatinya dan di cagat oleh Jong In ia berusaha meminta bantuan.
"Bisakah kau mengantarkanku?".
"Maaf. Aku sedang sibuk!". Kata agen itu tak menghiraukan Jong In. Jong in sama sekali tak memiliki teman di perusahan itu mereka semua iri dan benci padanya.
Nafas jong in mulai tersengal-sengal tidak mungkin ia pergi ke Klinik hye sun dalam keadaan seperti itu. Keringat dinginnya menucur keluar bersamaan dengan Robekan luka di perutnya. Ia sesekali menelan liur dan berjalan sambil memegang lukanya agar darahnya tak menetes.
Sesampainnya di halaman Rumah bak istana itu Jong In harus berjalan lagi kearah parkiran menuju mobilnya di parkir. Setelah sampai ia membuka pintu mobil dan memasukkinya wajahnya bak mayat pucat berkeringan dingin, nafasnya tersengal-sengal.
Ia memutar kontak mobil dan menekan tombol start. Mobil terbunyi dan kemudian berjalan. Klinik Hye sun sedikit jauh. Dia memang sudah terbiasa pergi ke klinik Hye sun daripada kerumah sakit. Hye sun sampai bela-belain beli peralatan dan obat-obat untuk manusia sedangkan ia adalah dokter hewan.
Setelah lumayan lama berkendara Jong In sampai juga di Klinik Hye sun. Menggigit bibir untuk mengumpulkan tenaganya membuka pintu mobil. Ia melangkahkan kakinya keluar dari sana dan berjalan membungkuk. Didorongnya pintu kaca yang transpara itu. Saat itu tenaga Jong In benar-benar habis dan ia pun lemas dan terjatuh kaku saat sudah menginjak ruang dalam Klinik itu. Hye sun dengan khawatirnya berlari menghampiri jong in dan membantunya berdiri. Hye sun menidurkan Jong In ke bangsal.
"Jong In-ah. Apa yang terjadi denganmu?". Tanya Hye sun gementar khawatir.
"Noona..salijuseyo". Kata Jong In serak dan kaku.
Hye sun mengambil Alkohol dan alat bedah. Ia menyiramnya dan hendak menyuntikkan obat bius agar jong in tak merasakan sakit jika dijahit.
"Aniyo noona, biarkan begini saja..Nan Kwaenchanayo".
"Ta..pi".
Hye sun langsung mengikuti apa mau Jong In. Ia segera menjahit luka robekan jong in dengan sangat hati-hati. Saat jahitan pertama Jon berusaha menahan sakit dan rintihannya. Peluhnya sangat banyak keluar dan lama kelamaan Jong In tak sadarkan diri karena ia lumayan kehilangan darah.
Setelah beberapa saat kemudian hye sun telah selesai menjahit dan membalut luka robekan Jong in ia mengambil handuk kecil dan mengelap keringan Jong In. Sesekali ia melihat mata, kening, hidung dan terakhir bibir jong in yang pucat. Ia semakin dekat dan semakin dekat dengan wajah tampan Jong In yang tertidur lelap.
Dengan reaksi refleks jari telunjuk kanan hye sun mulai menyentuh bibir jong in dengan lembut.
"Jong in-ah..kau begitu tampan". Gumangnya melihat bibir jong in yang menggoda. Ia mendekapkan wajahnya tepat di hadapan wajah jong ini dan pelan-pelan menempelkan bibirnya pada bibir jong in yang pucat. Ia mengecupnya dan melihat lagi wajah Jong in, hye sun merasa tak puas dan kembali mengecup dab melumat bibir atas dan bawah Jongin.
Ia melumat terus sampai jong in bergerak. Hyesun menyadari bahwa nanti jong in telah sadar dan menarik ciumannya. Tiba-tiba mata Jong In terbuka dan melihat wajah Hye sun berada tepat di depannya. "Noona". Katanya serak.
Hye sun jadi salah tingkah dan duduk di samping Jong ij yang sudah sadarkan diri dan terbaring lemas.
"Tidurlah pasti kau sangat lelah". Kata Hye sun sambil menyikap selimut untuk menyelimuti tubuh Jong in. "Jong in-ah! Kau masih belum sembuh total jadi jangan terlalu bergerak..".
"Noona". Panggilnya lagi.
"Ne". Jawab Hye sun.
"Aku bermimpi lagi, setiap kali aku menutup mata..mimpi itu selalu datang..sungguh aku sangat takut dan depresi sekali". Ungkap Jong in mulai berkaca-kaca.
"Semua akan baik-baik saja..jadi istirahatlah tutup matamu". Ujar Hye sun menutupkan kedua mata Jong In dengan telapak tangannya.
Jong In kembali menutup mata dan tidur. Hye sun meneteskan airmatanya, betapa ia sangat mencintai Jong In tapi kini ia hanya akan berperan sebagai kakaknya.
"Jong in-ah saranhae". Ucapnya dengan pelan di telinga jong in "..Kim Jong In Neomu saranhae". Ucapnya lagi sambil meneteskan airmata. Kala itu Jong In belum tidur pulas ia mendengar apa yang di katakan oleh Hye sun.
Jong in membuka matanya dan menarik Hye sun yang hendak melangkah pergi. Hye sun terputar dan mendekap dalam pelukan Jong In. "Noona!". Panggilnya lembut. "Jangan pernah menangis untukku, jika kau menyukaiku bilang padaku".
Hye sun tak bisa menahan airmatanya dan meneteskannya ia membalas pelukkan Jong in yang masih duduk di ranjangnya.
"Maafkan Noona". Gerutuk Hye sun pecah dalam tangis.
"Syuutt diam. Kau tak salah, aku yang seharusnya minta maaf karena sibuk dengan pekerjaanku dan tak mengerti perasaanmu padaku. Aku mengerti, jangan merasa tersakiti mencintaiku belum ada satu orangpun wanita yang mengisi hatiku kecuali nae eomma. Semua akan baik-baik saja jika kau mengungkapkannya padaku". Sambil melepaskan pelukannya dan menatap wajah Hye sun yang penuh dengan airmata.
"Jangan menangis". Kata jong In sambil menghapus airmata Hyesun dengan Ibu jari. "..satu-satu wanita yang membuatku merasakan kenyaman, satu-satu yang membuat merasakan kehadiran eommaku. Itu adalah kau Hyesun Noona,..Kau mencintaiku?".
"Ani,..". Kata Hyesun pecah lagi dalam tangis.
Jong In langsung mencium salah satu kening Hyesun. "Kau mencintaiku?".
"Ani,..". Kata Hyesun lagi meneteskan airmata.
Jong In langsung mencium pipi Hyesun. Dan bertanya lagi "Kau mencintaiku?".
"An,..". Kata hyesun terputus karena jari telunjuk Jong In menempel dibibir hyesun, Jong In menggelengkan kepala. "Jika kau begini aku benar-benar akan menciummu".
"Katakan padaku, Kau mencintaiku?". Tanyanya sekali lagi.
"Ne. Aku sangat mencintaimu!". Seru Hyesun akhirnya.
Jong In langsung memeluk Hyesun.
Drrttt drtttt drrttt bunyi ponsel Jong In. Mereka saling melepaskan pelukkan dan jong in menjawab panggilan itu.
"Yoboseyo?". Sapanya.
"Jong in-ah! Bisakah kau kemari? SeoBi tak mau pulang jika bukan kau yang menjemputnya!".
"Kalian dimana?". Setelah si penelpon memberitahu tempat mereka berada Jong In langsung meluncur kesana dalam keadaannya yang masih lemah. Hyesun sedikit melarangnya sebagau dokter tapi Jong In meyakinkan Hyesun bahwa ia kuat.
Setibanya di tempat itu, tepat di parkiran saat Jong In hendak keluar ia melihat label gedung yang akan di masukkannya itu. Label itu sangat ia kenal dan terbayang bayangan-bayangan beberapa bulan lalu. Kakinya melangkah mundur selangkah bagian lukanya terasa sangat perih seiring bayangan-bayangan saat ia di asrama.
Jong In tidak mungkin masuk kedalam sana, persembunyiannya akan segera terbongkar jika ia masuk kesana. Ia menelpon para penjaga Choi seobi ia memberitahu pada mereka bahwa ia tak bisa kesana padahal ia sudah di depan gedung itu.
"Nn. Seobi tak akan mau keluar dan pulang jika kau tidak datang dan menjemputnya".
"Kyak!!! KIM JONG IN!!! Jika kau tak datang aku akan telanjang disini!!!". Teriak Seobi dalam panggilan. Pikiran Jong In menjadi kacau.
"Jong in-ah cepat datanglah kemari! Ia datang kemari dengan memakai pakaian( pakain yang sopan) kau katakan padanya. Ia mengancam akan membukanya jika kau tak datang. Datanglah!". Pintah penjaga itu.
Jong in memutuskan panggilan dan menarik nafas panjang seraya menutup matanya. Ia melangkah dengan penuh keyakinan. Masuk kedalam gedung itu.
Saat melewati pintu putar seakan tim penjaga alarm mendapat kode dan kamera menyorot kearah Jong in. Segera Tim Penjaga Keamanan itu menghubungi atasannya.
"Tuan Hwang!..Kai! Kai yang kita cari telah kita temukan..aku bisa mendeteksi tato sinar radar pintu mendeteksi logo tatanya". Kata agen penjaga keamanan itu pada ketua K Grup.
"Bagaimana dengan keadaannya?".
"Aku sedang menyorotkan cctv kepadanya.. ia memakai jas hitam dan ada logo Perusahan Security Team di samping Kanan bahunya.. sepertinya ia bekerja disana.".
"Dia menuju kearah mana?!".
"Dia menuju kamar 2020". Kata penjaga itu sambil menzoom monitor.
"Awasi di terus, yang penting kita tau dimana dia berada".
Jong In memasukki kamar 2020 dan membukanya ia mendapatkan Seobi sedang berbaring diranjang dengan bajunya yang sudah terobek besar.
"Kau darimana saja! Kami menghubungimu tak kau anggkat!". Sergap penjaga itu. "..kau tau Nn.choi harus ikut meeting sebentar malam sebagai pengenalan putri dari Perusahaan Appanya jika ia tidak mau pulang dan menghadiri pertemuan itu maka kita semua akan tau akibatnya!".
Jong in tidak mengurbis perkataan penjaga itu yang menyalahkannya, ia melanjutkan langkahnya dan menghampiri Seobi yang terlihat berantakan.
"Nn. Choi ayo kita pulang!". Sambil mengulurkan tangannya.
"Aku tidak mau!!!". Seru Seobi menolak.
"Kau bilang, saat aku datang menjemputmu maka kau akan pulang".
"Ada satu syarat. Kau harus menerima apapun yang akan aku acuhkan..kau tidak boleh menolaknya. Jika tidak maka aku tidak akan mau menghadiri acara itu!". Sambil menutup wajahnya di selimut.
"Baik! Aku akan mengikuti apapun yang kau mau. PUAS!". ujar Jong In menyerah.
Seobi langsung senang dan melompat bangun dari ranjang. "Gendong aku!".
Jong in menarik nafas panjang, ia tidak boleh bergerak terlalu banyak karena lukanya baru di jahit kembali. "Aku lelah". Tolak jong in.
Seobi terlihat kecewa. "Kau lupa?". Sanggah seobi.
Jong in menghela nafas. "Aku beneran lelah".
Seobi mengisyaratkan pada para penjaganya untuk keluar dari kamar itu. Merekapun keluar setelah melihat kode Seobi. Setelah mereka keluar Seobi langsung membantingkan tubuh Jong in keranjang dan menindihnya terlihat jong in mengerutkan keningnya menahan sakit. "Kau lelah?".
"Seobi-ya geumanhae aku benar-benar lelah sekarang". Ungkap Jong In pada Seobi yang menindih tubuhnya.
Karena seobi diatas tubuh Jong in bajunya dirobeknyabtadi melorot sehingga memperlihatkan gundukkan buah dadanya yang terbalut oleh BHnya dada mulusnya terpapang di hadapan Jong In. Jong in langsung membuang pandangan kearah lain.
"Wahhh ternyata kau lelaki normal". Goda Seobi.
Jong in berusaha mendorong tubuh Seobi untuk menjauh dari tubuhnya akan tetapi Seobi malah menepis dan tak sengaja tangannya memukul perut jong in yang terluka.
"Ah!". Desah jong in kesakitan dan memejamkan matanya kuat.
"Seobi-ya kumohon. Aku benar-benar lelah jadi kumohon turunlah dan berhenti!". Geram jong in mulai kesal.
"Kau berbicara banmal(informal) padaku?".
"Kumohon padamu dengan sangat!!". Bentak Jonh In berada di puncak emosinya dan mendorong tubuh seobi kesamping dengan kuat, seobi terpental di sebelah Jong in.
Jong in berusaha bangun sambil memegang perutnya yang terluka.
"Ahh!". Desahnya sambil mengigit bibir penahan perih.
Seobi melihat Jonh in yang duduk membelakangi sambil menahan perutnya. "Kau kenapa? Padahal aku sama sekali tidak melukaimu". Tegas Seobi mendekat pada Jong in dan melihatnya.
"Ah! Sudahlah ayo kita pulang".
Karena masih penasaran dengan apa yang dirasakan jong in, seobi menarik tangannya dan membalikkan tubuhnya kearah seobi.
"Kau terluka?". Tanya seobi perhatian.
Ia menjauhkan tangan jong in yang memegang perutnya dengan kasar. Ia menyikap kemeja putih Jong In keatas dan melihat perban yang membalut di perut Jongin.
"Hah?!".dengus Seobi kaget. "..ini yang kau bilang lelah, mengapa kau tak bilang padaku kau terluka? Mengapa ini bisa terjadi?". Kata Seobi panjang lebar karena khawatir.
Pandangan Jong In berahli pada baju Seobi yang Robek besar. Ia membuka jas yang ia pakai dan membalutkan pada Seobi. "Jangan pernah lagi merobek baju mahalmu". Mendengar itu Seobi memanyunkan bibirnya.
T
B
C
Semoga kalian suka😉
vote coment
Bersambung