webnovel

(Hot) Rebellion Vampire

21+ Rated story, contains adults-material such as blood, betrayal, fight-scene, sadist-scene and also sex. Please be wise. ~~~~~~~~~~ Mikaela duduk terdiam di pojok ruangan dengan tubuh dipenuhi luka. Gaun putihnya kini berubah menjadi semerah darah. Kedua tangannya memegangi bagian yang terhimpit di antara kedua pangkal pahanya, rasa perih yang tak dapat ia tahan setelah melayani nafsu tuan-nya sebagai seorang budak wanita. Lebih tepatnya budak manusia. Ya, budak manusia. Satu dari sekian banyak budak yang bernasib sial karena mendapat tuan seorang vampire kejam yang selalu memperlakukannya dengan sangat sadis dan tak kenal ampun, terutama di atas ranjang. Kehidupan gadis berusia sembilan belas tahun itu benar-benar terasa seperti di neraka. Hingga Daniel, seorang bangsawan vampire, penguasa yang dikenal sangat kejam dan begitu disegani datang dan menyelamatkannya. Namun alih-alih mendapatkan kehidupan yang lebih parah, Mikaela justru diperlakukan lebih mulia dibanding seorang putri raja. Siapa sebenarnya penguasa vampire bergelar Sir Daniel Blackehart itu? Kenapa ia bisa begitu baik terhadap Mikaela, seorang budak manusia yang bahkan dianggap budak terrendah di kalangan budak-budak lainnya? Dan rahasia apa yang disimpan oleh Daniel yang tidak diketahui oleh bangsawan-bangsawan vampire lainnya? Simak kisah Mikaela, sang budak manusia dan Daniel, vampire bangsawan sekaligus pemberontak di "(Hot) Rebellion Vampire".

Eazy_Hard · 奇幻言情
分數不夠
263 Chs

11 | Latihan Pagi Yang Menggairahkan

11 | L A T I H A N

P A G I Y A N G

M E N G G A I R A H K A N

***

Mikaela berhenti, berusaha mengatur napasnya yang sangat menderu. Ia berhasil menyelesaikan lima putaran. Reinhard berjalan mendekati Mikaela dan memberikannya sebotol air putih yang langsung diterima oleh Mikaela tanpa berterima kasih terlebih dahulu.

Reinhard memperhatikan Mikaela yang sedang dipenuhi keringat itu. Kaus putih yang terlihat cukup ketat dan celana training panjang yang benar-benar memperlihatkan lekukan tubuh indahnya. Lehernya yang bergerak seiring menegak cairan dari botol air minumnya itu, ditambah beberapa tetes air yang lolos dari sudut bibirnya membasahi lehernya.

Reinhard menelan ludahnya sendiri dan memalingkan pandangannya.

Tak bisa dipungkiri, keindahan tubuh Mikaela ditambah dengan kecantikannya yang tiada dua benar-benar bisa membuat setiap lelaki yang melihatnya kehilangan akal sehat walau hanya sesaat.

"Huaaah ... Terimakasih. Aku benar-benar ingin mati rasanya."

Reinhard melakukan pemanasan dengan kedua tangannya. "Jangan melemah, ini baru pemanasan."

"Aku tahu." balas Mikaela yang mengalihkan pandangannya pada Alexis yang masih saja berlari meski mungkin sudah lebih dari tujuh belas putaran. Gadis itu tak terlihat kehabisan napas sama sekali.

Entahlah, yang dipikirkan oleh Mikaela adalah, mungkin ia tidak akan pernah bisa mengimbangi Alexis meskipun gadis itu lebih muda darinya.

"Sepertinya kau akan bosan jika aku memberikanmu pelatihan pertarungan jarak dekat secara terus-terusan. Ikut aku." ucap Reinhard yang melangkah ke gudang diikuti Mikaela yang berjalan beberapa langkah di belakangnya.

Reinhard mengambil dua buah senjata bertipe sub-machine gun. Lebih tepatnya mini-uzi, senjata otomatis yang nyaman dipegang dengan satu tangan. Mikaela menerimanya setelah Reinhard memastikan bahwa pelurunya sudah terisi dan pengamannya sudah terlepas.

MMini-uzi merupakan varian Uzi yang berukuran lebih kecil, pertama kali keluar pada tahun 1980. Senjata ini memiliki panjang 360 mm dengan popor dilipat, dan 600 mm dengan popor dibuka. Panjang laras 197 mm dengan kecepatan tembakan 375 meter / detik (m/s), rata-rata tembakan sebesar 950 peluru per-menit dengan jarak efektif 100 m.

Reinhard membawa Mikaela menuju tempat latihan menembak. Di sana, terdapat beberapa sasaran tembak yang jaraknya bervariasi. Yang paling dekat adalah dua ratus meter, sedangkan yang terjauh adalah dua ribu lima ratus meter.

Sasaran berjarak seribu dua ratus meter keatas adalah untuk latihan dengan senjata bertipe sniper-rifle. Dan karena mereka membawa sub-machine gun, maka sasarannya adalah sasaran tembak berjarak seribu dua ratus meter kebawah.

"Coba tembak." titah Reinhard yang langsung mendapat anggukan dari Mikaela.

Dengan kedua tangannya, Mikaela mengarahkan senjata yang ia pegang ke arah target sasaran terdekat. Ia menutup sebelah matanya lalu menarik pelatuknya. Dalam satu kali tarikan pelatuk, Mikaela melepaskan lima buah peluru sekaligus yang menyebar ke berbagai arah. Tak satupun dari peluru itu yang mengenai target sasaran.

Mungkin memang sulit mengingat efektifitas jarak tembakan senjatanya hanya seratus meter, namun tetap saja, kemampuan menembak Mikaela jauh di bawah rata-rata amatir.

"Mungkin aku bodoh dengan membiarkanmu memakai tipe sub-machine gun di saat kau pertama kali memegang senjata."

Reinhard mengambil sebuah pistol, lebih tepatnya FN 57.

Pistol FN Five-seveN merupakan salah satu jenis senjata api pistol semi otomatis produksi perusahaan senjata asal Belgia, FN Five-seven . Penamaan pistol ini didasari atas penggunaan peluru berkaliber 5,7 mm yang digunakan senjata ini, sedangkan penulisan huruf F dan N besar ditujukan pada inisial perusahaan pembuat senjata ini yaitu FN.

Sebagai senjata sidearm untuk Personal Defense Weapon (PDW) FN P90, pistol ini menggunakan peluru dengan jenis yang sama yaitu 5,7 x 28 mm buatan FN yang dibuat pada awal 1990an. Peruntukan senjata ini pada awalnya untuk kalangan militer dan penegak hukum, tetapi pada tahun 2004 FN memproduksi juga varian bagi warga sipil dengan nama FN Five-seven USG yang dilengkapi dengan rel Picatinny.

Reinhard masih memegang mini-uzi. Dengan satu tangan, ia mengarahkan senjatanya pada sasaran yang sebelumnya berusaha dibidik oleh Mikaela. Ia memiringkan sennjatanya dan tanpa ragu menarik pelatuk senjata di tangannya dengan jari telunjuk.

Drrrrrrrrrrttttttttt ...

Peluru terus keluar dari senjata yang dipegang oleh Reinhard sampai semua peluru di dalam box amunisinya habis. Keseluruhan peluru yang keluar hanya membuat satu lubang tepat di tengah-tengah sasaran.

Tentu saja, hal itu membuat Mikaela menjatuhkan dagunya, menatap hampir tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat sekarang.

"Saat kau menembak, pastikan kedua matamu terbuka. Dalam jarak sedekat itu, kau tidak perlu mempertimbangkan kecepatan angin dan juga kelembaban udara. Dan sebisa mungkin kau harus mengatur napasmu. Detak jantung mempengaruhi refleks otot dan juga persendian, kalau detak jantungmu tak karuan, bahkan jarak dua puluh meter saja tak bisa kau kenai."

Mikaela mengangguk mengerti.

Ia menarik napas dalam-dalam, mengarahkan pistolnya ke arah sasaran.

Reinhard berjalan mendekati Mikaela dan berhenti tepat di belakangnya. Ia meraih tangan Mikaela dari belakang, menempatkan wajahnya di samping Mikaela, berusaha membantunya membidik sasaran. "Kali ini aku akan membantumu, tugasmu hanya menghafal arah tembakanku dan mengulanginya terus sampai kau terbiasa."

Jika dilihat dari sisi manapun, Reinhard terlihat seperti sedang memeluk Mikaela dari belakang.

Dor ...

Sebuah peluru melesat, dan peluru itu melewati lubang peluru yang dibuat oleh Reinhard sebelumnya di target sasaran itu.

Mikaela membulatkan matanya sempurna. Ia memperlihatkan ekspresi penuh kebahagiaan. Mikaela menoleh ke samping. "Waw, terimakasih. Aku tak percaya aku bisa mengenainya, meski dengan bantuanmu."

Reinhard merasa bahwa wajah Mikaela terlalu dekat. Bahkan hidung mereka hampir bersentuhan. Ia bisa merasakan napas Mikaela, dan juga aroma keringat yang khas.

Mikaela mengerutkan keningnya. Ia merasakan sesuatu yang keras seakan sedang mendorong bokongnya. Ia tak tahu benda apa itu, namun Mikaela merasa kurang nyaman dengan hal itu.

Reinhard yang menyadarinya langsung mundur dan berbalik. Ia melihat ke bawah, dan benar saja, 'pangeran kecil'-nya terbangun tanpa ia sadari.

Mikaela memang gadis penuh hormon yang sangat berbahaya bagi setiap lelaki.

"Kau latihan saja sendiri. Aku punya sesuatu yang harus kuurus." ucap Reinhard yang langsung pergi tanpa menunggu balasan dari Mikaela.

Saat melewati gudang, Alexis bersandar pada pintu gudang sambil kedua tangannya terlipat menyilang di depan dadanya. "Sepertinya kau kesulitan dengan 'adik kecil'mu. Perlukah kubantu? Aku bisa menggunakan tangan. Kalau kau mau, aku bisa menggunakan mulutku. Aku sudah berlatih, jadi mungkin mulutku bisa melakukannya dengan baik. Atau, kalau kau ingin, aku bisa menggunakan--"

"Berisik." ucap Reinhard kesal sambil berjalan melewati Alexis tanpa memperdulikannya.

Alexis mengerucutkan bibirnya. "Huh, dasar."

Alexis mengarahkan pandangannya pada Mikaela yang masih berlatih menembak sendirian. Ia memperhatikan lekukan tubuh Mikaela, dan ekspresinya menjadi semakin suram.

"Meskipun dadaku lebih besar darinya, tapi tetap saja, aku tidak bisa mengalahkannya." gumamnya yang lalu berjalan pergi.

Dari sisi lain, tepatnya di jendela lantai dua sebuah kamar yang merupakan kamar milik Daniel. Daniel duduk di pinggiran jendela, dengan sebatang rokok yang sudah terbakar setengahnya, ditemani segelas anggur yang ditaruh di atas meja tempat ia duduk.

Pandangannya tak bisa lepas dari Mikaela.

Sebanyak apapun ia pikirkan, ia tetap tak bisa memungkirinya. Mikaela memang sangat berbahaya bagi lelaki. Bahkan saat Daniel meyakinkan dirinya sendiri bahwa Mikaela adalah adiknya, walaupun itu sebelum Daniel berubah menjadi sejenis makhluk abadi berupa vampire.

Mungkin jika Mikaela menggoda birahinya, Daniel tak dapat menahan diri.

Namun bukan hanya hal itu yang mengganggu pikirannya selama beberapa hari ini.

Yang ia pikirkan adalah, Juliette. Wanita ras dracula yang mengubahnya menjadi vampire. Entah kapan ia bisa terlepas dari belenggu wanita itu.

Karena ia sadar.

Selama ia masih berada di bawah belenggu Juliette, ia ragu apakah dirinya bisa benar-benar melindungi Mikaela.