webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Tranh châm biếm
Không đủ số lượng người đọc
275 Chs

Mencari Naga

Zen saat ini perlahan memakan makan siangnya diikuti oleh Shea dan Yue. Sedangkan Aiko saat ini dengan sabar menanti jawaban dari Zen saat ini. Zen makan dengan lahap, namun dia sedang mengirim sesuatu informasi kepada wanita disebelahnya saat ini.

"Apa benar seperti itu Zen?" tanya Aiko yang membulatkan matanya setelah mendapatkan pesan telepati dari Zen.

Zen hanya mengangguk kepada gurunya tersebut untuk menjawab keraguannya saat ini. Aiko saat ini masih belum percaya dengan apa yang didengarnya itu.

"Itu tidak mungkin Zen, mereka tidak setega itu melakukan hal sekeji itu" kata Aiko.

"Aku tahu, namun aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Seseorang menyerangku dengan sihirnya dan membuatku ikut terjatuh kedalam Labirin tersebut" jawab Zen tetapi masih menggunakan skill telepatinya.

Aiko masih mencerna perkataan Zen itu. Karena dia masih tidak percaya salah satu muridnya melakukan hal tersebut.

"Lalu bisakah kamu memberitahukanku siapa orang itu?" tanya Aiko.

"Hiyama Daisuke" kata Zen.

Aiko langsung tertegun mendengar nama yang disebutkan oleh Zen. Memang bukan sesuatu yang rahasia jika Hiyama seorang pria yang suka membuli, namun Aiko tidak menyangka Hiyama bisa melakukan sesuatu hal untuk membunuh salah satu temannya.

"Maafkan aku Zen, tetapi aku belum bisa mempercayai sepenuhnya perkataanmu itu" kata Aiko yang masih belum menerima salah satu muridnya menjadi pembunuh.

"Itu tidak apa – apa, karena aku juga nanti akan menagih apa yang sudah dia perbuat kepadaku" kata Zen.

"Apa mahsutmu Zen? Apakah kamu akan membunuhnya?" tanya Aiko.

"Mungkin" jawab Zen singkat.

"Kamu tidak boleh seperti itu Zen. Aku tahu kamu sangat marah dengan perbuatannya, tetapi kamu tidak boleh merubah dirimu menjadi seorang pembunuh, karena membalaskan dendam." Kata Aiko sambil terus memberikan kata – kata bijak untuk membujuk Zen tidak melakukan apapun kepada Hiyama.

"Hmm.. baiklah jika Aiko Sensei berkata seperti itu, aku tidak akan membalaskan dendamku" kata Zen sambil tersenyum. Namun dari senyum itu, Zen sudah mempunyai sebuah rencana bagaimana membalaskan dendamnya.

"Lalu mengapa kamu tidak kembali dan menyatakan dirimu selamat Zen?" tanya Aiko.

"Bukannya aku sekarang menemuimu, untuk memberitahukan diriku masih hidup?" kata Zen selanjutnya.

"Bukannya kamu sebenarnya akan menyelidiki kasus di pegunungan utara Zen?" tanya Aiko.

"Itu salah satunya, namun karena aku mendengar kabar bahwa Aiko sensei berada disini, aku mengambil misi ini." kata Zen berlasan.

Memang informasi tentang pergerakan para pahlawan yang dipanggil oleh pihak gereja, berada dimana – mana. Bahkan Zen hanya duduk diam pada sebuah restoran, dia bisa mendengarkan dimana keberadaan para pahlawan itu.

"Lalu mengapa kamu tidak kembali menuju kekerajaan, atau menemui temanmu yang lain? Shizuku dan Kaori sangat bersedih atas tragedimu itu, dan mereka saat ini berjuang keras untuk menemukanmu dan menjemputmu dari sana" kata Aiko.

"Mungkin aku akan kesana, tetapi aku tidak akan bergabung lagi dengan mereka" jawab Zen.

"Mengapa?" tanya Aiko.

Lalu Zen menjelaskan semua apa yang dia ketahui tentang kebusukan dunia ini, gereja, dan tentang dewa yang memanggil mereka kedunia ini, yang masih menggunakan skill telepatinya. Aiko sekali lagi terkejut dengan apa yang didengarnya itu.

Memang Aiko sudah mencurigai sesuatu seperti ini, namun dia tidak menyangka kecurigaannya itu ternyata benar. Mereka hanya memanfaatkan murid – muridnya saat ini dan membuat Aiko saat ini langsung murung, karena tidak bisa mencegah semua muridnya yang sudah terlanjur menjadi sebuah bidak keegoisan seseorang.

Akhirnya Aiko sensei hanya berdiam karena saat ini dia merasa bersalah saat ini. Sedangkan Zen masih lahap memakan makanannya dan diikuti oleh Yue dan Shea. Saat ini mereka berdua bingung, mengapa Zen tidak menjawab satu pertanyaanpun dari wanita disebelahnya.

Saat ini, mereka hanya mendengar Aiko hanya menanyakan berbagai pertanyaan, namun Zen tidak menjawabnya dan makan dengan santai. Akhirnya makanan yang mereka pesan sudah habis, namun Aiko saat ini masih murung.

"Tenanglah Sensei, akan kupastikan menjaga kalian" kata Zen sambil menepuk kepala gurunya itu.

Aiko yang mendapatkan perlakuan itu sempat terkejut, namun dia membiarkannya saja, karena merasa nyaman saat ini.

"Terimakasih Zen." Kata Aiko.

"Dan juga tolong rahasiakan apa yang kita bincangkan sebelumnya, termasuk kepada semua muridmu sensei, jika sensei masih ingin hidup didunia ini" kata Zen sambil menatap Aiko dengan intens.

Sebenarnya Aiko ingin menanyakan alasan dari perkataan Zen tersebut, namun setelah mendapatkan tatapan yang serius dari Zen, Aiko hanya mengangguk untuk menandakan bahwa dia mengerti dengan perkataan Zen tersebut.

"Baiklah kalau begitu, kami akan pamit terlebih dahulu" kata Zen.

"Apakah kamu akan langsung melakukan misimu Zen?" tanya Aiko yang melihat muridnya itu akan beranjak dari sana.

"Mungkin besok, karena hari ini aku akan mengelilingi kota ini sejenak" kata Zen.

"Benarkah? Kalau begitu, sampai jumpa besok Zen" kata Aiko. Dan hanya dibalas anggukan dan lambaian dari Shea dan Yue. Akhirnya ketiga sosok itu menghilang dari tempat itu dan menyisakan Aiko, beserta murid – muridnya yang menatapnya kepergiannya itu.

.

.

Keesokan harinya, Mobil yang dikendarai oleh Zen saat ini dipenuhi oleh beberapa orang yang memutuskan mengikuti dirinya saat ini. Mereka beralibi, untuk mencari teman mereka yang hilang saat ini.

"Terimakasih menerima permintaan kami Zen" kata Aiko dan hanya dibalas senyuman dari Zen.

Murid yang lain saat ini hanya terpesona dengan mobil yang dibawa Zen saat ini. Mereka tidak menyangka mereka akan melihat mobil sekali lagi, dan menaikinya didunia ini.

"Ah kalau kalian haus, ambilah minuman pada mini bar itu" kata Zen sambil menunjukan minibar kepada yang lainnya.

Mereka dengan senang hati membuka mini bar itu dan melihat minuman yang selama ini mereka sudah tidak meminumnya.

"Dari mana kamu mendapatkan minuman seperti ini Zen?" tanya Aiko.

"Aku membuatnya" kata Zen berbohong. Sebenarnya dia membawanya dari dunia Sword Art Online, namun dia sudah melepaskan semua labelnya untuk menghindari kecurigaan.

"Ah dan juga aku mempunyai bir kalengan dibagian bawah, jika Aiko-sensei menginginkannya" kata Zen.

Aiko sempat gembira setelah mendengar kata bir, namun dia mulai melototkan matanya kearah Zen, karena mengira Zen meminumnya. Suasana dimobil itu sempat mencair karena akhirnya murid yang diajak Zen, akhirnya sadar bahwa Zen tidak seperti apa yang digosipkan saat ini.

Beberapa saat kemudian, mereka sudah tidak mengendarai mobil lagi, dikarenakan pegunungan ini tidak mempunyai akses jalan untuk dilalui. Mereka saat ini bersama – sama mendaki gunung ini, dan setelah beberapa jam mendaki mereka menemukan bekas pertempuran didataran ini.

"Zen, aku merasakan sebuah tanda kehidupan dibalik air terjun itu" kata Shea.

Akhirnya mereka menuju air terjun itu, yang dibaliknya terdapat sebuah gua dan didapati hanya seseorang yang berhasil selamat, yaitu orang yang menjadi tujuan misi Zen ditempat ini. Memang saat ini mereka sudah mendapatkan beberapa tanda pertempuran besar diarea itu, dan mencoba mengikuti jejak orang yang berhasil selamat dari pertempuran itu.

Setelah pria itu diobati lukanya, Zen lalu membawa mereka untuk kembali menuju kota Ur. Namun saat keluar dari Goa tersebut, seekor naga muncul entah dari mana saat ini.

"Akhirnya, tunggangan putriku sudah sampai"