1 1

Sean adalah aktor sekaligus penyanyi terkenal yang dibawahi agensi Polaris Production. Paras artis yang terlihat cantik sekaligus tampan itu memikat hati para wanita yang menjadi penggemar dan bahkan rekan kerjanya, namun sayangnya sang artis ini tidak memiliki perasaan spesial untuk siapapun kecuali pada seorang CEO berwibawa nan tampan yang telah memikat hatinya. Ya, siapa lagi kalau bukan Jason. CEO itu cukup terkenal karena parasnya yang sekelas artis papan atas. Kalau saja dia tidak buta nada, dia pasti sudah menjadi artis yang terkenal. Hubungan antara artis dan CEO itu sudah menjadi rahasia antara mereka berdua sejak masih SMA. Hanya dua wanita terpercaya mereka yang mengetahuinya, yaitu Viena yang bekerja sebagai manajer Sean dan Eliana yang merupakan adik angkat sekaligus sekretaris Jason. Mereka berempat sepakat untuk menyembunyikan hubungan itu, karena kalau sampai ketahuan karir Sean dan Jason bisa hancur berantakan.

.

.

Marry menyesap segelas cappuccino sampai tersisa setengahnya. Udara yang dingin karena hujan di luar membuat Marry ingin menuliskan sesuatu yang ada di idenya. Gadis penyuka cerita BL atau Boys Love itu ingin membuat cerita seri BL-nya sendiri. Sebuah rahasia besar yang tidak diketahui siapapun kecuali beberapa temannya yang menyukai hal yang sama. Dengan nama samaran dia menerbitkan novelnya yang sudah terdiri dari beberapa chapter itu ke sebuah website novel ternama yang juga memiliki beberapa BL yang sebagian besar sudah dia baca semua.

Marry tersenyum puas kala melihat karya nya itu sudah mendapatkan 1000 pembaca. Tidak pernah ia duga bahwa cerita yang dia buat secara iseng itu mampu mengundang banyak pembaca. Dia semakin bersemangat membuat cerita

Awal yang bagus, sayang sekali setelah sampai pada chapter ke - 88, Marry kehabisan ide dan memutuskan untuk mengakhiri novelnya dengan cara termudah. Apa lagi kalau bukan membuat salah satu karakternya mati. Marry menuliskan idenya pada secarik kertas yang kemudian dia selipkan pada dompet pinknya itu.

.

Rumor buruk beredar menimpa sang bintang yang tengah naik daun itu. Kontrak yang awalnya dibentuk oleh beberapa perusahaan iklan dan acara TV seluruhnya dibatalkan. Bahkan drama yang tengah dibintanginya itu harus menarik episode yang telah tayang dan melakukan syuting ulang karena aktornya harus diganti. Tidak ada yang ingin mengambil resiko untuk menggunakan artis yang tengah dicap negatif oleh masyarakat. Artikel buruk tentangnya mudah ditemukan karena sedang menjadi pembicaraan hangat bagi semua orang bahkan penggemar yang katanya setia itu.

Tidak hanya secara media, Sean juga diserang secara fisik. Fans yang ternyata bukan fans itu pernah menyerangnya di bandara hingga membuat kepala sang bintang berdarah dan harus menerima beberapa jahitan. Tidak hanya berdampak pada sang bintang yang kini redup, media massa tidak pernah puas sehingga mereka juga ikut menyerang agensi yang membawahi Sean. Staff sampai CEO nya diserang berbagai rumor tidak mengenakan. Hal ini berdampak beberapa kontrak yang agensi mereka bentuk mulai mundur satu persatu.

Jason marah besar kala perusahaan milik orang tuanya itu terkena dampak dari Sean yang merupakan kekasihnya. Dengan segera Jason menyuruh Sean dan Viena untuk menghadap padanya. Pihak agensi tidak bisa berbuat banyak karena berita yang tersebar mampu memengaruhi terlalu banyak orang. Bahkan perusahaan penyiaran terbesar yang awalnya sangat menyukai Sean kini malah menyerangnya dengan menambah rumor itu lebih buruk lagi.

"Eliana." Panggil Jason.

"Iya?"

"Panggil Sean dan Viena sekarang."

"Tapi kak, ini sudah lewat jam kantor."

"Panggil mereka sekarang atau aku buat kau menderita di depan pertemuan keluarga besar nanti."

Dengan tergesa - gesa Eliana menelfon Viena untuk segera datang ke kantor bersama Sean. Viena yang tahu pasti mereka akan membahas apa langsung menyuruh Sean bersiap - siap.

Sesampai mereka disana, keduanya tidak disambut baik oleh beberapa staff yang masih bekerja disana. Kantor dalam keadaan yang buruk hanya karena rumor yang beredar. Daripada disebut rumor, Viena lebih suka menyebutnya rahasia yang terbongkar. Dia hanya bisa berharap sang CEO mampu menemukan jalan keluar untuk masalah ini.

Viena, Sean, Eliana, dan Jason kini duduk saling berhadapan di ruang rapat. Suasana diantara mereka berempat terasa dingin. Tragedi ini membuat hubungan diantara mereka berubah seratus delapan puluh derajat. Viena yang tidak tahan menghela nafasnya sambil menyesap minuman yang tersedia di atas meja.

"Kalian pasti sudah tahu apa yang akan kita bahas sekarang." Ucap Jason membuka pembicaraan. Memecah keheningan yang mengisi kurang lebih sepuluh menit diantara mereka.

"Tentu. Jason kau punya rencana?" Tanya Viena.

"Bukankah kau juga sudah punya rencana?" Tanya Jason balik.

"Rencanaku hanyalah menggelar pers untuk membantah semua berita yang beredar. Kita tidak bisa berbuat banyak, karena memang fakta yang kita sembunyikan seperti itu." Jawab Viena.

"Kau sudah cukup pintar menyadari hal itu, lalu kenapa masih bertanya? Apakah bersama orang kotor itu membuatmu menjadi bodoh?"

"Apa maksudmu orang kotor?" Tanya Sean dengan nada tajam.

"Tidak perlu aku beri tahu kau sudah menyadarinya kan?"

"Kak, jangan seperti itu. Berita ini tersebar juga bukan sepenuhnya salah kak Sean. Aku yakin kalau kita menyelidikinya lebih dalam kita bisa mengetahui penyebar beritanya." Balas Eliana.

"Jason, aku yakin pasti masih ada cara untuk membersihkan nama Sean dan agensi ini. Kita hanya perlu ekstra berhati - hati dalam menanganinya." Tambah Viena

"Bagaimana bisa kita membersihkan nama seorang bintang yang sudah di cap sebagai penjilat CEO agensi sendiri?"

"Tidak perlu membersihkan namaku. Cukup bersihkan nama agensi ini. Aku tidak akan lepas tangan, aku akan sepenuhnya bertanggungjawab atas masalah yang aku timbulkan. Setelah semua ini selesai aku akan mengundurkan diri." Ucap Sean.

"Sean, aku yakin pasti ada-"

"Syukurlah kau sadar bahwa kau yang membawa masalah."

"Kakak!"

"Tentu aku sadar. Maka dari itu aku akan bertanggung jawab."

"Dengan apa kau bisa bertanggung jawab, hm? Kau sadar kan berapa kerugian yang kau sebabkan karena masalah ini?"

"Jason. Berita ini tersebar bukan karena kesalahan Sean. Semuanya terjadi karena rumor yang beredar diantara para penggemar."

"Penggemar yang berbuat, idol yang bertanggung jawab. Sean tidak bisa mengendalikan penggemarnya sendiri, apakah masih pantas dikatakan dia tidak bersalah?"

"Siapa yang mampu mengendalikan penggemar? Kakak, apa kau tidak sadar kalau agensi sudah mengeluarkan surat yang menentang berita itu, kemudian kak Sean juga sudah menentang beritanya pada interview-nya waktu itu. Semuanya mereda kemudian malah jadi masalah besar setelah beberapa penggemar gila membagikan foto kakak dan kak Sean yang sedang bergandengan tangan kemudian membuat berita yang lebih parah lagi."

"Jason, kau juga tidak berkomentar tentang masalah ini pada media, tentu mereka akan tetap curiga."

"Sean lah sumber masalahnya. Kerugian yang kita dapat adalah salah Sean."

"Aku sudah mengatakannya. Aku akan bertanggung jawab."

"Apakah dengan bertanggung jawab kau dapat menutup kerugian agensi?"

"Lalu apa mau mu?"

"Akhiri hubungan kita disini juga. Aku tidak peduli kau akan melakukan apa, namun kau harus mampu membuat masalah ini selesai dalam waktu satu minggu. Kalau tidak kau akan menghadapi konsekuensinya. Orang egois sepertimu perlu mendapat pelajaran."

"Kau mau aku melakukan apa lagi? Managerku dan staff yang bekerja disini sudah berusaha sekuat tenaga untuk menutupi rahasia kita! Sekarang, setelah aku dihadapkan masalah seperti ini kau malah membuangku begitu saja dan bilang kalau aku egois? Bukankah ini terlalu ironis?"

"Aku tidak peduli. Kau sudah mencoreng nama agensi. Kau tidak bisa menjaga rahasia. Kita akhiri sampai disini."

"Tentu! Kita akhiri disini. Aku jamin akan menyelesaikan masalah ini dan menemukan siapa penyebar berita itu. Setelah semua ini selesai, kau boleh melakukan apapun yang kau suka."

"Kalau tidak, aku akan menghancurkan wajah manismu itu sampai tidak dapat dikenali kemudian membuang tubuhmu di laut agar tidak ditemukan."

"Jason, itu berlebihan!" Teriak Viena.

"Kakak, bukankah itu-"

"Setuju. Aku sudah hampir menemukannya. Satu minggu sudah cukup, aku tinggal mencari bukti terakhir kemudian melemparkannya tepat di depan wajahmu."

"Aku tunggu."

Sean beranjak pergi. Pintu ruangan itu ditutup dengan kasar. Sean pergi bergegas menuju mobilnya mengabaikan panggilan Viena yang terdengar jelas kekhawatirannya. Tamparan kasar mendarat pada wajah CEO.

"Kakak keterlaluan!" Teriak Eliana.

"Itu salahnya, agensi kita jadi dipandang buruk karena dia. Sudah semestinya dia-"

Tamparan yang lebih keras dari sebelumnya mendarat di wajahnya hingga membuat tubuh itu terhuyung.

"Aku bisa memukulmu lebih keras dari ini. Semestinya aku tahu dari awal kalau akan seperti ini. Sean terlalu baik untuk menjadi pendamping seorang CEO egois yang tidak tahu malu bahkan setelah dibantu menutupi rahasianya bahkan sampai orang itu merusak dirinya sendiri!" Bentak Viena yang kemudian pergi untuk menyusul Sean.

Usaha Viena tidak membuahkan hasil. Bos sekaligus sahabatnya itu sudah melaju dengan kecepatan tinggi menuju tempat yang tidak bisa terpikirkan olehnya. Disisi lain Sean sendiri tidak tahu dia akan menuju kemana. Dia hanya ingin menghapus semuanya. Dia ingin menghilang dari dunia ini. Dia sudah lelah. Tidak butuh waktu lama, Sean akhirnya mampu tersenyum dengan tulus. Pria itu menutup matanya dengan lembut, menyambut kegelapan yang menenangkan.

'Apa ini akhirnya?'

.

.

Marry menghela nafas. Jam menunjukan pukul dua pagi. Setelah menerbitkan chapter terakhirnya, gadis itu memutuskan untuk beristirahat. Dia memutuskan untuk membuat epilognya besok sore setelah pulang sekolah. Dia merasa kasihan pada pembaca yang mengharapkan akhir bahagia dari pasangan itu. Marry harus menyiapkan mental untuk menghadapi serangan komentar para pembaca setianya. Masalah esok hari akan dia serahkan esok hari. Gadis itu kemudian terlelap dalam mimpinya yang indah.

.

-TBC-

avataravatar