webnovel

Tirai Penghalang

Ini hanya cerita sederhana seorang pemuda dalam mencari hal untuk penopang hidupnya. Seperti kebanyakan orang muda lainnya. Mencari pekerjaan, menjalin persahabatan, pencarian jati diri, dan… cinta. Drama keseharian anak manusia yang sudah biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Cerita tentang kehidupan berkeluarga, meski bukan dengan orang tua kandung. Cerita tentang hubungan baik antar kakak dan adik sepupu. Tentang keakraban antar satu dan lain sahabat, meski berbeda warna, rasa, dan asal. Tentang keagungan cinta yang datang tiba-tiba, tidak pernah diharapkan, menghampiri begitu saja dalam kondisi yang tak biasa. Lantas… Bagaimana bila cinta itu ternyata indah? Bagaimana bila ternyata ia begitu tinggi? Dan bagaimana bila ternyata ia begitu berbeda dari diri? Lets find out.

Ando_Ajo · Hiện thực
Không đủ số lượng người đọc
223 Chs

Habluminannas

"Aiih, si Abah mah," ujar Rezqi, dan kembali terbatuk-batuk.

"Lhaa, gue bener, pan?"

Bang Tohap dan Pak Saman sama mengangguk-angguk sembari menyembunyikan tawa mereka.

"Jaman gue mude kek elu dulu," kata Abah Malih. "Ade bidadari kek si Shari, beuuh… jan lu tanye deh, perang golok kite mah ngerebutin hatinye."

"Iyee…" Rezqi geleng-geleng kepala, lalu menyeka wajahnya dengan ujung baju kaus yang ia pakai itu. "Tapi, itu kan zamannya kuda masih gigit besi, Bah."

"Lhaa, sekarang pun masih," tukas Abah Malih. "Masih gigit besi aje tuh kuda gue lihat noh kapan hari di Monas."

"Haiis… iya dah, iya," Rezqi tersenyum kecut. "Kenapa nggak Abah Malih sendiri aja yang lamar?"

Bang Tohap dan Pak Saman tak kuasa lagi menahan tawa mereka, sementara Abah Malih terlihat bersungut-sungut mendelik memandang Rezqi.

"Elu emang somplak, ye!" dengus laki-laki tua itu, ia membenahi kopiah lusuh di kepalanya yang jauh dari kata hitam. "Lu nyuruh gue bunuh-bunuhan ame si Djaja, heh?"

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com