Suara azan subuh berkumandang. "Sayang ... aku tidak bisa menjadi imammu. Orang lumpuh makruh menjadi imam. Jadi lebih baik kamu jama'ah sama Aqila. Dan aku salat lebih dulu," ujar Eza.
"Baik Kak."
Mereka melaksanakan salat subuh. Aqila terlihat lebih cerah. Dia tidak meninggalkan dzikir dan masih duduk di atas sajadahnya. Rina yang keluar lebih dulu.
'Semoga Allah membuka pintu hatinya. Aamiin.' Rina melihat Eza di dapur.
"Kakak ngapain?" tanya Rina, Eza menaikan wajahnya sambil menunjukkan bawang yang dikupasnya. "Sampai menangis."
"Aku ingin kita masak banyak lalu sedekah. Sayang ... dongengkan dong," ujar Eza yang menarikkan kursi untuk istrinya.
"Dongeng apa Kak?"
"Iya Mbak Rina biar aku semangat juga," sahut Aqila dengan penampilan barunya. "Aku berniat memakai hijab, semoga dengan aku yang menutup auratku. Hatiku juga akan mengikuti hijabku, doakan ya Mas, Mbak." Aqila ikut gabung.
"Pasti," jawab kompak Rina dan Eza.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com