webnovel

Kekecewaan Brian

" Pe apa Za?" tanya Brian. Fatma terdiam, dia tersadar jika dia telah berkata kasar terhadap suaminya. Astaghfirullah! Ampuni hamba Ya Allah! Kenapa hamba menjadi orang yang kasar seperti ini! batin Fatma sedih. Sejak berbicara dengan Nabil, pikirannya seakan mengalahkan akal sehatnya.

" Fatimah Zahirah Fayyad! Aku mungkin memang bukan orang yang baik menurutmu, tapi sejak mengenalmu, aku tidak pernah melihat wanita lain selain dirimu!" kata Brian hampir saja berteriak, untung keadaan pantai belum begitu ramai. Fatma terkejut mendengar amarah dibalik kata-kata Brian, Apakah hamba salah jika curiga padanya, Ya Allah? Kenapa dia sebegitu marahnya? Kenapa dia seperti orang suci? batin Fatma. Ya Allah! Hamba mohon, berikan hamba petunjuk atas permasalahan ini! Jangan jadikan hamba istri yang buta hati dan pikiran! Amiin! do'a Fatma.

" Apakah kamu cemburu?" tanya Brian.

" Apa yang harus aku cemburukan darimu? Aku bahkan hampir tidak mengenalmu!" jawab Fatma, seketika membuat Brian merasakan kekecewaan. Aku akan terus bersabar, Za! Karena aku sangat mencitai dan menginginkanmu. Hanya kamu yang bisa membuatku merasa bahagia di dunia ini.

Fatma telah memulai aktivitasnya di sekolah sejak beberapa hari yang lalu, dia lebih sering menghabiskan waktunya di sekolah daripada di rumah. Hatinya masih terasa sakit dengan apa yang terjadi. Sedangkan Brian juga lebih banyak lembur daripada dirumah, dia juga masih merasa kecewa dengan tuduhan dan sikap Fatma padanya.

" Apa kalian semua tidak becus bekerja? Apa kalian mau makan gaji buta? Apa semua harus aku yang melakukannya?" teriak Brian di ruang rapat, membuat semua yang ada disitu tertunduk takut. Memang beberapa hari ini Brian selalu uring-uringan di kantor dan dimanapun dia berada. Danis merasa jika Bosnya pasti memiliki masalah dengan istrinya.

" Jika dalam jangka waktu 2 hari kalian masih tidak bisa melakukannya, ambil gaji dan pesangon kalian di Nindy!" kata Brian kemudian meninggalkan ruangan dan menuju ke ruanga kerjanya dengan wajah kesal.

" Bos!" panggil Danis takut.

" Apa?" tanya Brian dengan keras.

" Ada Pak Rino dan Pak Noval di bawah!" kata Danis.

" Suruh mereka naik!" kata Brian. Rino dan Noval adalah teman Brian saat kuliah di Aussie, mereka memiliki perusahaan di Indonesia yang merupakan warisan dari orang tuanya. Tok! Tok! Tok!

" Masuk!" jawab Brian saat ada yang mengetuk pintu ruangannya.

" Brian my man!" sapa Rino. Brian tersenyum melihat mereka berdua.

" Halo, Rin! Nov!" sahut Brian sambil menyatukan tangan kanan mereka seperti adu panco.

" Apa kabar lo?" tanya Noval.

" Baik! Duduk! Kalian mau minum apa?" jawab Brian dan bertanya.

" Bir aja!" jawab Rino.

" Ok!" kata Brian lalu mengambilkan sebotol bir dari dalam lemari es dan 2 buah gelas.

" Lo nggak minum, bro?" tanya Noval.

" Masih jam segini, Bro!" jawab Brian.

" Hahaha! Bisa aja lo! Eh, ngomong-ngomong lama juga lo nggak ke club?" kata Rino.

" Iya! Kemana aja lo?" tanya Noval.

" Gue ada kerjaan di Aussie! Jadi harus PP!" jawab Brian bohong.

" Sekarang masih?" tanya Rino sambil meminum birnya.

" Masih! Tapi besok gue baru akan kesana!" jawab Brian.

" Berati malam ini lo kosong dong? Kita tunggu di Club, Ok!" kata Noval senang.

" Ada yang nyariin lo beberapa hari ini!" kata Noval.

" Siapa? Kenapa nggak kesini aja?" tanya Brian.

" Dia bilang dia maunya ketemu lo di club! Dia kangen sama adik lo!" kata Rino.

" Gue nggak pernah dua kali menyentuh wanita! Lo tahu itu!" kata Brian.

" Iya, gue udah bilang! Tapi dia bilang dia wanita yang istimewa, bro! Dia menjaga miliknya khusus buat lo! Dalam arti kata dia masih virgin!" tutur Noval.

" Penasaran gue!" kata Brian. Dia memang belum pernah bercumbu dengan gadis yang masih virgin, karena dia tidak perduli dengan hal itu. Tapi entah kenapa ajakan kedua temannya ini sangat menggodanya, terlebih saat ini dia sedang ada masalah dengan Fatma.

" Apa kalian punya fotonya?" tanya Brian.

" Untuk apa fotonya jika lo bisa lihat langsung tubuhnya! Hahahaha!" tawa Rino dan Noval.

" Sialan kalian! Kalian sendiri, masih betah sama pasangan selingkuh kalian?" tanya Brian.

" Iya lah! Si Karin mana bisa seperti Si Sherly!" kata Rino.

" Iya, Bro! Si Winda juga, jauh sama si Mona!" kata Noval.

" Terus kenapa lo pacarin?" tanya Brian.

" Tajir melintir, Bro!" jawab keduanya.

" Dasar matre lo!" kata Brian.

" Harus bro!" sahut Rino.

" Nggak takut ketahuan?" tanya Brian.

" Nggak lah! Karin itu rumahan banget! Yang penting kalo dia telpon gue, gue selalu siap buat gue!" kata Rino.

" Winda juga sama! Orang mereka sepupuan! Hahaha!" tawa mereka lagi. Brian hanya geleng-geleng kepala.

" Terserah kalian deh!" kata Brian. Tok! Tok!

" Masuk!" jawab Brian disela tawa mereka. Seorang wanita cantik dan sexy masuk ke dalam ruangan Brian. Roknya pendek setengah paha dengan atasan tidak seberapa ketat tapi cukup transparan.

" Pak! Ini laporan bulan kemarin!" kata wanita itu. Astaga! 3 pria tampan sedang berkumpul! Mata gue beruntung banget! batin wanita itu. Mata Rino dan Noval berkelana seakan menelanjangi wanita tersebut.

" Letakkan di meja, Des!" kata Brian. Desi berjalan dengan langkah melenggok memang disengaja untuk memikat Bosnya, karena dia sangat mengagumi dan mencintai Bosnya itu. Dia meletakkan dokumen itu diatas meja lalu pergi keluar ruangan.

" Dikondisikan tu mata!" kata Brian.

" Sekretaris lo?" tanya Rino. Brian menganggukkan kepalanya.

" Pantes aja lo betah di kantor! Udah pernah lo sikat?" tanya Noval.

" Nggak!" jawab Brian singkat.

" Gila aja lo!Ada barang bagus dianggurin!" kata Noval.

" Buat kita, ya!?" tanya Rino.

" Mau main threesome kalian?" ucap Brian.

" Yup! Kalo dia kuat ya gantian boleh!" jawab Rino.

" Benar-benar kalian sudah gila xxx!" kata Brian.

" Hahaha! Mumpung masih kuat, Bro!" jawab Noval.

" Terserah kalian kalo dia mau! Itu hak kalian, tapi jangan di jam kerja!" kata Brian.

" Siap, Bos! Kalo gitu kita pergi dulu! Jangan lupa nanti malam!" kata Rino.

" Ok!" jawab Brian. Kemudian mereka berdua keluar dari ruangan Brian dan Brian memikirkan ucapan kedua temannya itu.

" Bos!" panggil Danis.

" Hmm?" ucap Brian.

" Sudah jam makan siang!" kata Danis.

" Iya! Pergilah!" kata Brian. Jam makan siang! Apa masih perlu aku belajar? Sedangkan istriku saja seperti tidak perduli dengan diriku? batin Brian bergejolak. Sepertinya sedikit melampiaskan hasrat untuk melupakan dia sangat aku butuhkan! batin Brian. Dia beranjak dari duduknya dan menuju keluar ruangannya. Brian makan disebuah resto mewah, sejak Fatma mengajar lagi, dia sudah tidak pernah makan dirumah. Brian memesan steak dan juz jeruk, tangannya disibukkan dengan ponsei yang tidak ada hentinya bergetar. Sebuah mata memandangnya dengan tatapan kagum dan takjub. " Boleh aku bergabung disini?" tanya seseorang.

" Tidak!" jawab Brian tanpa melihat wajahnya. Tapi dia tetap saja duduk di depan Brian.

" Pergilah! Aku tidak tertarik padamu!" kata Brian.

" Brian Daniel Manaf!" ucap orang tersebut. Brian mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang ada di hadapannya. Cantik! batin Brian.

" Lupa padaku?" tanya gadis itu.

" Apa aku harus mengenalmu?" tanya Brain kesal lalu kembali menekuni ponselnya.

" Gue Ashley Gordon!" kata Ashley. Brian terkejut, dia menatap wajah gadis di hadapannya itu yang sedang tersenyum padanya.

" Ashley? Anak Om Mark yang cengeng dan ingusan?" ucap Brian. Gadis itu menganggukkan kepalanya.