webnovel

KELANA

Lela melihat taman dari atas balkon kamar milik Kelana. Ia yang masih mengenakan kemeja milik Kelana, kini nampak sedang menikmati udara pagi hari sambil melihat seorang pemuda tampan di taman itu. Ya, dialah Kelana. Seorang pemuda yang ia ketahui ternyata kaya raya. Kelana pun pula sering ditawari menjadi seorang model iklan atau majalah. Melihat Kelana yang saat ini sedang menyiram tanamannya sendiri membuatnya seperti melihat seorang yang agung.

Tiba-tiba Kelana menengadah dan melambai ke arahnya. Lalu dibalas senyuman oleh Lela. Kelana meletakkan selang air. Lalu mendatangi gadis itu. Entah ada sihir apa, yang jelas Kelana tiba-tiba merangkulnya.

Lela terkejut, ia berbalik. "Kenapa?"

"Aku inginkan kamu?" bisik Kelana.

"Tidak!" Lela mendorong Kelana. Ia segera berlari untuk menghindari pemuda itu. "Jangan!"

Kelana menarik paksa pakaian gadis itu dari belakang. Hingga robek di bagian punggung. Menyisakan sebuah cakaran mendalam. Perih, dan darah tak Lela hiraukan. Ia berusaha untuk menjaga dirinya walau harus bersusah payah.

"Kemari!" Suara Kelana tiba-tiba membesar.

Lela terkejut, ia menyadari ada hal yang aneh yang terjadi. "Tidak! Aku tahu itu kau!" tudingnya. Ia mundur saat tangan Kelana mencoba merobek bajunya. Dengan sigap gadis ini menyilangkan tangan untuk menutupi dadanya.

"Hahaha .... Rupanya kau istri yang tak lupa dengan suaminya. Sekarang ayo, kita bersenang-senang, Lela!"

"Aku tidak sudi! Aku akan menantangmu!"

"Hem, tidak ada yang bisa menentangku, Lela! Jadi ikuti saja kemauanku!"

"Tidak!" Lela ditarik kemudian dihempas ke ranjang. Ia menjerit saat tubuhnya kini ditahan oleh Sarka dalam bentuk Kelana.

"Hem, hari ini kita puaskan kebersamaan kita!"

"Kelana, tolong aku!" teriak gadis ini sambil menghindari serangan Sarka yang bertubi-tubi.

Brak! Tiba-tiba pintu terbuka. Kelana dengan cepat menarik Sarka. Brak! Sarka terlempar ke dinding. Bagai kertas yang ternyata membuat Kelana heran. Ia tidak percaya dirinya mampu melempar seseorang.

"Kelana!" pekik Lela sambil menutupi dirinya dengan selimut.

Sarka melompat ringan. Untuk berdiri. Di situlah Kelana heran, karena rupanya sama persis dengan lelaki itu. "Beraninya kau ikut campur!"

"Siapa kau? Kenapa wajah kita sama?" tanya Kelana.

"Aku adalah suaminya!"

"Tidak! Aku tidak ingin menikah dengan siluman. Aku ingin cerai!" bantah Lela.

Kelana masih tidak mengerti. Ia kini diam dan mendengar perdebatan mereka. Setelah beberapa menit, barulah ia tahu dari perdebatan itu. Lela telah dikutuk untuk menjadi janda sial yang tak akan bisa menjalani pernikahan dengan sempurna.

"Aku sampai mati tidak akan sudi menjadi pemuasmu!" teriak Lela.

"Kau akan jadi perawan hingga mati, Lela. Cobalah untuk menikah atau melakukan hal yang dilarang. Hahaha...."

Lela mengisak, ia mencengkram selimut. Tiba-tiba selimut yang ia pegang itu terbakar tanpa api. Hangus merambat, membuat sebagian selimut nyaris tinggal separuh lagi.

Kelana terkejut, ia segera menarik selimut dan membuangnya. Dari situ ia menemukan bahwa kini gadis itu telah terluka parah. Bahkan pakaian depan pun terkoyak lebar. "Apa yang kau lalukan terhadap gadis ini?" Ia membentak Sarka.

"Jangan coba ikut campur atau kau pun juga akan mati!" ancam Sarka, sambil menuding Kelana.

Kelana yang marah langsung menantang Sarka. Namun, dengan cepat Lela menahan tubuh Kelana.

"Jangan! Dia bukan tandinganmu!"

"Apa maksudmu?"

"Dia bukan manusia."

Namun, Kelana tidak peduli. Ia justru melepaskan gadis itu, lalu maju. "Atas perbuatanmu ini. Aku akan menjebloskanmu ke penjara!"

Lela terduduk lesu. Rupanya Kelana buta akan hal gaib. Mana mungkin jin dapat dihukum seperti itu. Coba menjelaskan pun tak ada guna untuk Kelana.

"Hahaha .... Manusia bodoh!" Brak! Dengan gerakan dahsyat. Sekali tepis, Kelana langsung terpental.

"Kelana!" Lela segera melompat untuk mengejar tubuh Kelana yang tadi dihempas oleh Sarka. Gadis ini berhasil menahan tubuh Kelana yang nyaris membentur dinding. Walau dadanya kini sakit dan nyaris ambrol. Akibat terkena puncak kepala Kelana yang menghantam langsung dadanya.

"Aku akan terus membayangimu, Kasih. Hahaha!" Cling! Sarka pun lenyap.

Gadis ini perlahan meletakkan kepala Kelana ke pangkuannya. Setelah itu barulah ia terbatuk dan keluar darah. Lela mengalami luka dalam yang fatal. Gadis ini mengusap dadanya. Untuk meredakan nyeri yang membuatnya kesulitan untuk bernapas. Setelah meredakan sakit selama 30 menit. Ia pun segera menarik Kelana ke atas ranjang. Tanpa memperdulikan keadaannya yang harusnya telah berganti dengan pakaian utuh. Lela segera memeriksa keadaan Kelana. Hingga ia sadari Kelana telah tewas. "Tidak! Jangan pergi, tolong jangan ambil dia!" Lela mengguncang tubuh Kelana. Ia mencoba mengobati Kelana dengan kekuatan gaib yang ia miliki. Namun, hasilnya nihil. Hingga akhirnya memberikan napas bantuan.

Perlahan Kelana sadar. Ia merasakan kepanikan Lela. Saat ini gadis itu tengah berusaha untuk membantunya. Kelana yang merangkul Lela, lalu menyentuh pinggang gadis itu. Lela terkejut, sebab ia disentuh oleh Kelana.

"Pak!" Lela segera melepaskan diri.

"Aku baik-baik saja," kata Kelana. Seperti tidak pernah berbuat salah kepada Lela. Kelana memperhatikan keadaan Lela. Ia segera melepaskan pakaiannya.

Lela terkejut, menyadari dirinya yang kini mungkin terlihat menggoda bagi Kelana. Ia segera berlari ke pintu. "Jangan!" Namun, Kelana tetap mendekatinya. "Jangan, kumohon!"

Kelana menutupi tubuh gadis itu dengan kemejanya. "Aku tidak akan menodaimu, Lela. Bukankah kita ini sekarang berteman," kata Kelana sambil mencium kening Lela.

Lela tertunduk malu. Ia lalu diajak ke ranjang kembali. Luka dipunggung dirawat oleh Kelana dengan telaten. "Ish!" rintihnya saat kain hangat untuk membersihkan darah mengenai kulitnya.

Kelana dengan lembut meniup luka itu. Entah apa pikiran pemuda ini, tapi yang jelas selalu menghadirkan rasa tersendiri yang membuat Lela merasa kadang Kelana memiliki maksud untuk menggodanya.

"Apa yang kamu lakukan, mencium lukaku?"

"Aku mencoba memberikan kasih sayangku. Siapa tahu dengan itu lukamu lekas sembuh," dalihnya.

"Tidak ada yang seperti itu. Kecuali kaucabul. Tolong, jangan seperti tadi!"

"Aku tak akan berani. Aku takut mati," ledek Kelana. Ia masih belum percaya dengan kutukan itu.

"Kalau ingin bukti, maka nikahi aku!" tantang Lela sembari berbalik.