Hari ini sekolah cukup menyenangkan, tak ada sesuatu yang menyebalkan terjadi hari ini. Kecuali gara-gara Fara yang mengerjaiku tadi. Setidaknya aku bisa tertawa dengan teman-temanku saat disekolah. Malam pun tiba lebih cepat. Bi Inem menyiapkan makan malam untukku dan kak Genta. Hari ini kak Genta ada dirumah. Kami makan malam bersama di meja makan. Tak ada obrolan yang berarti, hanya sekedar menanyakan kabar sekolahku hari ini.
Setelah makan malam, aku lantas pergi ke kamar. Aku duduk di meja belajar, besok ada ulangan matematika. Aku harus belajar jika mau nilai ulanganku bagus. Aku memang suka pelajaran matematika, tapi bukan berarti aku orang yang genius. Bahkan terkadang melihat deretan angka-angka selama satu jam saja membuatku pusing. Tapi setidaknya, sedikit banyak aku menguasai pelajaran ini. Aku berkonsentrasi menjawab soal-soal dibuku tugas.
Satu soal, dua soal, tiga soal, sampai sepuluh soal, berhasil aku pecahkan dengan sempurna. Tapi soal selanjutnya, aku kesulitan menemukan jawabannya. Sejak tadi muter-muter terus disoal ini. Aku memutuskan melewati soal yang ini. Ku kerjakan soal selanjutnya, tapi hasilnya sama saja. Aku tidak berhasil memecahkan jawabannya. Itu membuatku kesal! Materi ini benar-benar membuat kepalaku ingin meledak. Sudahlah! aku menyerah! Belajar lama-lama tak baik buat kesehatan otakku! aku harus me refresh otak dulu.
Aku mengambil ear phone dan menyambungkannya dengan ponsel. Memutar lagu kesukaanku sambil menulis cerita di laptop. Ditengah-tengah kegiatan menulis- eh mengetik maksudnya- pintu kamarku dibuka oleh seseorang. Dan tak perlu ijinku, dia masuk begitu saja.
"Kak Genta!" Kak Genta tiba-tiba datang ke kamarku. Sudah biasa memang, Kak Genta datang ke kamarku hanya sekedar cerita atau main game disini. Dan aku membiarkannya saja.
"Kamu belum tidur dek?" tanya kak Genta lalu duduk ditempat tidurku.
"Belum, btw kemarin kenapa kakak gak pulang, papa nyariin tau!" tukasku.
"Ada yang harus kakak urus sebentar," jawab kakakku singkat. "Kamu ngapain malem-malem masih main laptop, bukannya tidur!" Aku mengangkat bahu acuh. Lalu kembali mengetik cerita dilaptop dan mengabaikan kak Genta yang sedang bermain game di ponselnya.
"Kamu buat cerita?" ucap kak Genta yang tiba-tiba ada dibelakangku.
"Kakak! bikin kaget aja." Kak Genta tertawa kemudian meminta maaf.
"Iya kak, cuma iseng aja," lanjutku lagi.
"Kakak lihat sekilas, cerita kamu bagus dek, kalo kamu bisa serius, kamu bisa aja jadi penulis terkenal dek." Mataku berbinar mendengar Kak Genta yang sepertinya mendukungku.
"Benarkah kak?" kataku sambil tersenyum. Dan kak Genta mengangguk lalu kembali duduk di ranjang. Aku tiba-tiba saja memikirkan sesuatu.
"Kak!" panggilku.
"Hmm," sahut kak Genta masih fokus dengan benda tipis ditangannya
"Aku... boleh nanya sesuatu nggak?" tanyaku hati-hati.
"Tanya aja." kak Genta tak menatapku dan asik bermain game diponselnya.
"Selama ini gimana cara kakak bayar kuliah? Kan papa sama Mama gak biayain kakak, aku penasaran aja." Kak Genta menghentikan gerakan tangannya bermain game lalu menatapku.
"Kamu mau tau banget?" Aku langsung mengangguk cepat. Kak Genta tertawa tipis.
"Nanti aja kalo sudah waktunya kakak kasih tau kamu dis."
"Yaahh kak Genta, gak seruu, padahal tadi aku udah serius mau dengerin," ucapku kecewa. Kak Genta lagi-lagi tertawa tipis.
"Oh ya! siapa sih, Dave sama Gege itu dis?" tanya kak Genta. Aku langsung menoleh mendengarnya.
"Tadi kakak sempet lihat cerita kamu dilaptop, kakak tahu itu cerita tentang diri kamu sendirikan?" lanjut kak Genta.
"Enggak! kakak sok tahu!" bantahku. Tapi memang benar sih sebenarnya itu memang kisahku sendiri yang aku buat cerita. Tapi gak ada yang spesial kok beneran deh!
"Yaudah kalo kamu gak ngasih tahu dis, pokoknya kalo kamu punya hubungan spesial sama cowok, kamu harus cerita ke kakak ya!" ucap kakakku.
"Iya, lagian aku gak punya hubungan sama siapa-siapa kok kak, bener deh," ujarku sambil mengangkat ke dua jari membentuk huruf V. Kak Genta tertawa melihatku.
"Iya iya, kakak percaya kok sama kamu," ucap kak Genta lalu dia beranjak mendekat dan mengacak-acak rambutku.
"Yaudah kamu tidur gih, kakak kekamar dulu," perintah kak Genta lalu mencubit hidungku sebelum pergi.
"Awww kak Genta sakit tau." Aku meringis mengaduh. Kak Genta tertawa ringan lalu pergi meninggalkanku.
Aku lalu bersiap-siap tidur. Berbaring menatap langit kamar sambil memikirkan sesuatu menjadi kebiasaan ku sebelum tidur. Apa ya yang dirahasiakan Kak Genta? Aku penasaran deh. Perlahan-lahan aku mulai mengantuk dan terlelap tidur.
***
Suara alarm berdering sangat keras membangunkan ku. Aku melirik jam beker, jarum jam menunjukkan pukul 5:30 lalu segera bergegas bersiap-siap berangkat ke sekolah. Aku turun kebawah untuk sarapan. Disana sudah ada papa dan mama. Entah kemarin mereka pulang jam berapa, aku tak tahu. Aku duduk dikursi depan mama. Makanan sudah tersedia dimeja makan. Lengkap dengan buah-buahan yang selalu ada di meja makan. Kak Genta juga baru saja turun, lalu duduk di sebelahku mengambil buah apel lalu memakannya.
Saat semua sudah ada di meja makan, kami segera memulai sarapan kami. Hanya terdengar suara denting garpu dan sendok di meja makan.
"Genta! kemarin kamu kemana saja tidak pulang!" Papa membuka suara.
"Ada urusan sebentar," jawab kak Genta singkat.
"Kamu semakin lama semakin susah diatur Genta! Selalu pulang larut malam, kelayapan, apa kamu lupa kalo kamu punya rumah Genta! kalo saja kamu menuruti perkataan papa untuk mengambil jurusan hukum kamu pasti tidak akan seperti ini Genta!" tegas papa.
Kak Genta menghentikan makannya, lalu pergi begitu saja. Tak mempedulikan perkataan papa barusan. Sedangkan mama, mama juga hanya menatap kak Genta nanar. Aku pun sama.
"Genta! Genta! papa gak suka ya, kamu tidak menurut seperti ini," ucap papa dengan nada suara agak tinggi. Tiba-tiba suasana meja makan terasa begitu tegang. Mama berusaha menenangkan papa. Aku sendiri ingin segera lepas dari suasana seperti ini.
Aku berdiri lalu berkata, "Pa, Ma! disha berangkat sekolah dulu ya, udah telat nih." Sebenarnya itu hanya alasanku saja biar aku bisa pergi dari sini. Aku tidak suka melihat papa marah-marah.
"Kamu sudah selesai dis?" tukas mama.
"Iya ma, aku berangkat ya Pa, Ma!" kataku pamit ke mereka berdua.
Hari ini aku tidak naik angkot ke sekolah tapi akan bersepeda. Agak jauh memang, tapi tak apalah. Itung-itung bisa menikmati sejuknya udara pagi hari. Melepaskan sebentar pikiran yang kacau gara-gara kejadian dimeja makan. Dari pada dirumah, aku lebih suka ke sekolah. Bertemu Fara yang selalu cerewet ataupun Dave yang kadang suka jail. Itu membuatku sedikit terhibur dan melupakan masalah yang ada.
Akhirnya sampai juga disekolah! Aku memarkirkan sepeda ditempat parkir. Aku jarang sekali ke tempat ini. Karena biasanya aku naik angkot ke sekolah, jadi tidak perlu parkir.
"Adisha!" panggil seseorang. Aku mencari sumber suara yang memanggilku, tapi tiba-tiba dia sudah ada disampingku.
"Gerald!" Iya ternyata Gerald yang memanggilku. Kenapa juga harus ada Gerald disini. Tak ada Fara pula, aku harus ngomong apa ya? Aku gugup sekali sebenarnya, tapi aku mencoba terlihat sesantai mungkin.
"Iya, aku baru kali ini melihatmu ada diparkiran dis, padahal tiap pagi aku selalu memarkirkan motorku disini," ucap Gerald.
"Eh iya, aku memang biasanya naik angkot kesekolah, tapi hari ini lagi pengen aja naik sepeda, ternyata seru juga," kataku senormal mungkin.
"Oh gitu." Gerald tersenyum ramah lalu kubalas dengan anggukan saja.
"Mau bareng ke kelas?" tawar Gerald.
"Eh, boleh deh." Duh Adisha kenapa kamu setuju sih, seharusnya kamu tolak aja tawarannya. Kamu kan gak terbiasa ngomong sama cowok dis! Haduhh gimana nih! Aku harus ngomong apa coba? Masa iya sih aku diem aja. Aku kan bukan Fara yang bisa santai. Sudahlah! memangnya apa yang perlu dikhawatirkan. Toh Gerald juga manusia kan! Aku mencoba menstabilkan kegugupanku.
"Yaudah yuk," ajaknya. Kami berjalan beriringan ke kelas. Aku hanya diam, tak tahu harus berkata apa.
"Eh dis! Untuk lomba karya tulis ilmiah kita, kapan kita mulai mengerjakannya?" kata Gerald membuka percakapan.
"Emmm soal ituuu...nanti deh aku tanya Fara dulu," jawabku.
"Gimana kalo nanti aja dis, pas waktu istirahat, kamu tidak keberatan kan?" saran Gerald.
"Emm boleh deh, tidak masalah, nanti aku bilang ke Fara ya!" ucapku setuju.
"Yaudah kalo gitu dis, entar kita ngerjainnya diperpus aja ya, sekalian bisa nyari bahan referensi. Nanti aku yang bawa laptopnya, kebetulan sekarang aku membawanya," tukas Gerald. Aku terus berjalan mendengarkan Gerald yang terus saja bicara, sambil manggut-manggut saja.
"Eh dis!" panggil Gerald yang tiba-tiba berhenti.
"Iya?" a6ku menoleh ke arahnya.
"Kamu mau kemana? Mau ikut aku kekelas ya?" tanya Gerald. Apa maksud Gerald? jelas-jelas aku mau ke kelasku. Aku menatapnya bingung.
"Maksudku, kamu sudah sampai dikelasmu dis, kamu malah berjalan terus," ucap Gerald lalu menunjuk ke arah belakangnya. Aku melihatnya, kelasku sudah terlewat beberapa langkah. Aku tertegun menatapnya. Astaga Disha! kok bisa sih kamu ngelamun. Malu-maluin tahu nggak!
"Eh iya bener, maaf aku tadi tidak memperhatikan," kataku malu-malu. Haduuuh Disha! mau ditaruh mana mukamu! malu banget tau! Entar dikira aku gak fokus gara-gara memperhatikannya lagi! Tanpa melihatnya lagi, aku langsung pergi ke kelasku. Gerald sepertinya tertawa dibelakangku. Kenapa pula ini terjadi! Aku menepuk dahiku pelan.
Aku berjalan ke arah kursiku. Disana sudah ada Fara yang tengah duduk. "Kamu kenapa dis? wajahmu terlihat merah, kamu sakit?" tanya Fara.
"Enggak kok, aku nggak sakit, cuma... cuma... itu... tadi aku habis lari pas mau ke kelas Ra, iya aku habis lari tadi hehe," kataku berbohong.
"Beneran? kamu kok aneh sih dis!" kata Fara tak percaya.
"Beneran kok."
"Muka Disha merah, bukan karna lari Ra," kata Dave yang tiba-tiba muncul didepan kami. Aku dan Fara menoleh ke arahnya. Maksud Dave apa sih? Emang dia tahu?
"Terus apa? memangnya lo tahu Dave?" tanya Fara.
"Tadi Disha kepergok merhatiin Gerald sampai-sampai dia gak fokus kalo sudah sampai dikelas," tukas Dave. Apa Dave bilang? Kok dia tau sih aku bareng Gerald ke kelasnya?
"Enggak kok, siapa juga yang merhatiin Gerald, kamu salah faham tau!" Aku membela diri.
"Gerald? Kamu tadi ke kelas bareng Gerald dis?" tanya Fara penasaran.
"Emm iya tadi aku ketemu Gerald diparkiran, terus ngajak jalan bareng deh ke kelas, tapi suwer deh aku gak merhatiin Gerald, tadi tuh Gerald ngomongin soal lomba kita Ra, tapi akunya aja yang gak fokus, tapi beneran deh bukan karena aku merhatiin Gerald kok! suwer!" jelasku panjang lebar memberitahu apa yang terjadi.
Fara tertawa melihatku. "Kamu kok lucu sih dis, baru kali ini aku melihatmu salah tingkah begitu, apalagi didepan cowok, hahaha." Dave hanya diam saja memperhatikanku dan Fara. Fara bilang apa sih! Siapa juga yang salah tingkah? Aku tadi tuh cuma malu aja.
"Apa sih Ra! Gak lucu tau! Siapa juga yang salah tingkah, sok tau kamu!" elakku lagi. Fara tetap tak berhenti tertawa. Aku jadi kesel sendiri.
"Lo tadi ngomongin lomba dis? Lomba apa? Kok gue gak tau," ucap Dave yang berhasil membuat Fara berhenti tertawa.
"Kepo banget sih lo," sahut Fara sebelum aku mengucapkan sesuatu.
"Jangan bilang lo... ce--" lanjut Fara mengarahkan telunjuknya ke depan Dave. Tapi seketika Dave membungkam mulut Fara agar tidak bisa bicara.
"Tuh mulut ya,,, gak bisa dikontrol... awas lo sampai keceplosan," ucap Dave dengan suara lirih tapi masih bisa aku dengar.
"Kalian berdua kenapa sih, dari kemaren aneh tau gak," kataku heran melihat tingkah laku keduanya.
"Enggak kok gak ada apa-apa dis, Fara aja noh yang suka bikin orang pengen murka," jelas Dave. Fara dan Dave saling melemparkan tatapan ingin mengunus. Entah apa yang mereka bicarakan, yang penting mereka sudah tidak ingat lagi tentang aku dan Gerald. Oohh syukurlah!!
Bel masuk berbunyi, membuyarkan obrolan kami bertiga. Hari ini waktunya kelas olahraga, tadi kita dapat pengumuman kalo kelas olahraga kali ini digabung dengan kelas 12 IPA 1. Oh tidaakk!! bukankah itu kelas Gerald? Semoga aja Gerald lupa tentang kejadian tadi pagi. Aku dan Fara mengambil pakaian olahraga kami ditas yang sudah kami bawa dari rumah. Kemudian pergi keruang ganti untuk berganti dengan seragam olahraga. Ada dua ruang ganti disini, yang satu untuk cowok dan yang satunya lagi untuk cewek.
Saat diruang ganti....
"Eh Ra!" panggilku ke Fara yang ada di sebelahku.
"Tadi Gerald ngajak kita ngerjain karya tulis ilmiah buat lomba Ra!" kataku memberitahu Fara tentang obrolanku dengan Gerald tadi pagi. Tadi tidak sempat memberitahunya gara-gara Fara mengejekku. Dan sekarang aku harus memberitahunya.
"Oh ya? Kapan? Dimana? Aku saja belum sempet mikirin dis," ucap Fara santai.
"Aku juga sama sih sebenarnya, tapi tadi Gerald bilang kalo bisa hari ini kita mulai buat karya tulis ilmiahnya, katanya kita ngerjainnya diperpus aja entar Gerald yang bawa laptopnya," kataku memberitahu apa yang Gerald bicarakan tadi kepadaku.
"Emmm ok, tidak masalah, yaudah yuk kita keluar sebelum di absen," ajak Fara ke tempat yang akan kita gunakan untuk olahraga. Aku mengangguk, lalu kami berjalan beriringan. Diruang ganti ini tinggal aku dan Fara saja, teman-teman yang lain sudah pergi dari sini. Pelajaran olahraga, aku tidak begitu menyukainya. Karena aku lemah di beberapa bidang olahraga. Aku menghembuskan napas sebal.
Gimana? gimana ceritanya? Adisha lebih cocok sama Dave? atau sama Gerald? jangan lupa tinggalkan coment ya!;)
Terima kasih sudah membaca:)