Dia adalah loli1 cantik.
Dia memakai gaun bermotif bunga dan rambutnya dikonde. Kulitnya yang lembut seputih salju dan matanya yang lebar berkilauan. Wajahnya elok dan menawan hati, sementara bibirnya lembut dan penuh berwarna merah muda berkilat.
Si loli kecil menepuk dadanya yang rata dan mengatur napas. Waktu dia berhati-hati mengintip keluar dari pintu masuk dan menyadari tidak ada yang dapat menyusulnya, dia akhirnya menghela napas lega. Ketika dia menyadari Bu Fang sedang memandanginya, dia langsung melotot dan berkata, "Lihat apa kamu? Belum pernah lihat wanita cantik sebelumnya ya!"
"Kamu hanya loli berdada rata," jawab Bu Fang dengan mudah dan bangkit berdiri dari kursinya.
Bu Fang 1,8 meter tingginya dan melihat loli pendek dari atas sana. Loli kecil ini harus mendongak untuk melihat Bu Fang.
"Apakah kamu mau makan sesuatu?" tanya Bu Fang. Waktunya tinggal kurang dari setengah jam menuju jam tutup restoran. Dia awalnya berpikir tidak akan ada pelanggan lain dan tidak berharap ada loli kecil yang muncul entah dari mana.
"Siapa yang kamu sebut berdada rata!" Loli kecil cemberut dan dia dengan marah melihat Bu Fang dengan marah sambil berkata, "Saya cuma belum lewat masa pubertas!"
Bu Fang tanpa ekspresi melirik ke arah dadanya yang rata dan ujung mulutnya melebar . . .
Ketika loli kecil itu melihat ekspresi wajahnya, dia hampir marah besar.
"Jika kamu akan memesan cepatlah. Hanya ada waktu kurang dari setengah jam sebelum tutup toko," kata Bu Fang dingin.
Loli kecil melihat keluar pintu masuk sekali lagi dan ketika dia melihat orang yang mengejarnya sudah berlari melewati jalan kecil, dia menghela napas lega. Lalu dia bergerak ke arah meja, duduk di kursi dan berkata, "Apa yang kamu punya di sini, beri tahu saya."
"Semua tertulis di menu, berbaliklah dan lihat sendiri," jawab Bu Fang.
"Kenapa kamu tidak memberi tahu saya saja langsung?!" loli kecil marah dan menoleh ke arah Bu Fang sekali lagi, lalu memutar kepalanya untuk melihat menu.
"Di sini sarang kriminal! Di sini tidak salah lagi sarang kriminal!" Ketika loli kecil melihat harga di menu, dia langsung marah-marah. Dia loncat dari kursinya dan menunjuk Bu Fang dengan jarinya sambil berseru.
"Pemilik berhati hitam2, saya akan membuat ayahku menangkapmu!"
Wajah Bu Fang berubah menjadi gelap dan ujung mulutnya berkedut. Dia adalah seseorang yang bercita-cita menjadi Dewa Masak, dia tidak mau membuang waktu untuk loli kecil ini.
Maka, Bu Fang menepuk kepala loli kecil, lalu menggendongnya dan berjalan menuju pintu masuk restoran. Sambil berjalan, dia berkata pada gadis itu, "Anak baik, kamu harus pulang ke rumah dan bermain."
Loli kecil itu, yang digendong oleh Bu Fang, langsung memberontak dan wajah kecilnya yang elok berubah marah.
"Kamu bandot, lepaskan saya!"
Dia tidak mau pergi. Para pengawal ayahnya masih mencarinya dan jika dia keluar, dia akan langsung ditangkap.
"Saya akan memesan sesuatu, saya akan memesan!" mata loli kecil berputar sedikit dan dia berkata perlahan.
Bu Fang tertegun beberapa saat, lalu dia menurunkannya.
Loli kecil menautkan alisnya dan dengan marah mendengus, lalu dengan cepat duduk kembali ke kursinya dan berkata, "Beri saya masakan yang paling mahal!"
"Tidak bisa, tingkat kultivasimu tidak memenuhi persyaratan," kata Bu Fang tanpa ekspresi.
Loli kecil bingung sambil berpikir, "Tempat seperti apa ini, mengapa tingkat kultivasi saya harus diperiksa hanya untuk makan masakan!"
"Kalau begitu, beri saya satu porsi Nasi Goreng Telur," kata loli kecil putus asa sambil mengedutkan mulutnya.
"Mohon tunggu sebentar." Bu Fang melirik ke loli kecil, lalu dia kembali ke dapur.
Loli kecil merasa bosan setengah mati waktu dia menunggu. Dia menoleh ke sekitarnya dan menyadari bahwa suasana restoran ini tidaklah terlalu jelek.
Setelah beberapa saat, Bu Fang berjalan keluar dari dapur dengan mangkuk porselen biru putih berisi Nasi Goreng Telur.
"Ini Nasi Goreng Telur pesanan Anda, selamat menikmati."
"Baunya . . . Baunya lezat sekali!"
Mata loli kecil langsung bersinar. Dia terdiam ketika dia memandang Nasi Goreng Telur yang bersinar. Keharuman pekat membuat perutnya keroncongan sangat kencang.
Loli kecil mulai melahap makanannya tanpa kendali.
"Nyam nyam." Untuk beberapa alasan, Bu Fang tiba-tiba merasa cara dia makan mirip dengan anjing hitam besar.
Semangkuk Nasi Goreng Telur telah habis dimakan oleh loli kecil.
Sambil mengelus perutnya yang buncit, loli kecil dengan nyaman menghela napas sambil berbaring di kursi. Pikirnya, "Benar-benar lezat!"
"Jadi harganya satu kristal, terima kasih, "Bu Fang melihat loli kecil dari atas.
Loli kecil mengedipkan matanya yang indah ketika dia memandang Bu Fang. Tiba-tiba, matanya basah dan mulutnya yang kecil berwarna merah muda berkerut. Dia mengiba pada Bu Fang, "Kakak, saya lari dari rumah dan saya tidak membawa uang sedikitpun. Karena saya sangat imut-imut, bolehkah kakak tidak menyuruh saya untuk membayar?"
Bu Fang tanpa ekspresi berpikir, "Oh, jadi loli ini mau makan gratis. Ternyata dia sama saja dengan Blacky.
Anjing besar hitam berbaring di pintu masuk tiba-tiba mengangkat kepalanya dan dengan waspada dan memandang sekitarnya. Ketika dia tidak menemukan apa-apa, dia menguap dan berbaring lagi.
"Kamu tidak punya uang?" tanya Bu Fang.
"Betul!" loli kecil mengedipkan matanya yang basah dan lebar dan dengan penuh rasa iba berkata, "Saya tidak punya uang."
"Whitey," panggil Bu Fang ringan.
Loli kecil bingung, lalu merasa bayangan besar tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Pembuat masalah, kamu akan ditelanjangi sebagai contoh bagi yang lain," kata Whitey mekanikal sambil mengedipkan mata elektrikalnya.
"Telan . . . telanjang?! Robot ini mau menelanjangi saya?!"
Loli kecil terkejut, lalu wajahnya berubah putih pucat ketakutan.
Ujung mulut Bu Fang berkedut kencang juga dan dia cepat-cepat menghentikan Whitey.
"Sistem, apa hukuman untuk orang yang makan gratis?" tanya Bu Fang sambil menyentuh hidungnya. Biar bagaimanapun juga, anak nakal ini masih seorang gadis. Walaupun dia tidak punya payudara, menelanjanginya bukanlah hal yang baik.
Loli kecil ini sudah ketakukan setengah mati dan kedua kakinya gemetar. Pikirnya, "Di sini pasti sarang kriminal! Ada benda mengerikan yang mau menelanjangi gadis imut-imut seperti saya!"
"Ada dua hukuman; satu, si pelanggar akan ditelanjangi sebagai contoh bagi yang lain; dua, si pelanggar akan membayar hutangnya dengan tubuhnya." jawab sistem serius.
"Membayar hutang dengan tubuhnya? Ada ya metode seperti itu?" Bu Fang mengangkat alisnya dan menoleh ke dada loli kecil yang rata, lalu dia menghela napas dan menggelengkan kepala.
"Yang dimaksud dengan 'membayar hutang dengan tubuhnya' adalah mereka harus bekerja sebagai pelayan di restoran selama seminggu." Sistem dengan serius mengkoreksi pikiran kotor dalam pikiran Bu Fang.
Tanpa melewati satu detakan jantung, Bu Fang batuk kecil.
"Karena kamu tidak punya uang untuk membayar tagihan, maka kamu harus bekerja di sini selama satu minggu sebagai pelayan. Pekerjaan utamamu adalah menyajikan makanan kepada para pelanggan," kata Bu Fang.
Loli kecil tertegun sebentar, lalu dengan gembira menganggukan kepalanya dan berkata, "Baiklah!"
Kali ini, giliran Bu Fang untuk terkejut. Pikirnya, "Mengapa kamu langsung setuju, seharusnya kamu menolak?"
"Kamu tidak akan mendapat bayaran!" Bu Fang mengingatkannya, hanya mendapat jawaban loli kecil memutar bola matanya.
Maka, loli kecil yang lari dari rumah tinggal di Restoran Kecil Fang Fang dan menjadi pelayan.
Ketika jam buka restoran berakhir, Bu Fang menutup toko dan naik ke atas.
Loli kecil, yang lari dari rumah dan tidak mempunyai tempat tinggal, diberi kamar lain untuk tidur. Ini hanya karena dia memohon dan mengganggu Bu Fang selama beberapa waktu sebelum dia akhirnya setuju.
-----
Tuan rumahku, selamat untuk mampu menyelesaikan misi jangka pendek, kamu sebentar lagi akan menerima hadiah dari sistem. Hadiah sistem sedang dikeluarkan . . ."
Bu Fang dengan bersemangat duduk di kamarnya, menunggu dengan penuh harap. "Hadiah saat ini adalah menu masakan baru."
"Kamu telah mengambil satu langkah nyata maju di jalanmu untuk menjadi Dewa Masak. Hadiahnya: metode memasak untuk Ikan Tiga Masak dan Siomai Emas; satu bagian dari set peralatan Dewa Masak."
Bu Fang terkesima, "Ikan Masak Tiga? Siomai Emas?"
"Apakah hal itu termasuk membuka keterampilan masak baru? Sekaligus dua menu!"
Bu Fang merasa disambar oleh kebahagiaan.