webnovel

Secret In Love

Ada cinta dan kesakitan saat kita harus memilih hidup dengan seorang pria yang tidak kita cintai, Itu yang Reista rasakan.. Merelakan masa mudanya dengan menikahi Duda Tampan kaya Raya dari keluarga Ettrama. Seorang pria yang memiliki kekayaan di atas rata-rata... Mungkin terdengar menyenangkan bukan?. Tapi bagaimana jika ternyata hidup tidak melulu membahas kebahagiaan? Reista harus merasakan hidupnya berantakan karena masa lalu dari suaminya hadir kembali! Kegilaan yang diciptakan oleh mantan istri Ramelson Ettrama, membuat keluarga Ettrama hancur berantakan. Penculikan, kekerasan, pembunuhan!.. berkumpul jadi satu dan membuat banyak kesakitan kepada Jiwa-jiwa suci yang tidak mengerti apa apa.. Hidup Reista bahkan harus berselisih dengan Racun yang menggerogoti tubuhnya dan membuat kedua bola matanya lepas!! Apakah kesakitan akan selalu menghantui Hidup Reista? apakah cinta akan membuat Reista bertahan bersama Ramelson Ettrama? semua akan dibahas dalam Bab-Bab selanjutnya.. Jangan lupa tinggalkan Komentar positif, Berikan koin di setiap bab terkunci. hal ini akan membuat penulis menjadi lebih bersemangat lagi... [Sequel berjudul, Secret In Love: Ahli Waris] Selamat membaca dan semoga hari kalian menyenangkan!!

silvaaresta · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
430 Chs

Tuan Gornio dan Nyonya Gornio

"bagaimana keadaan Reista sayang?". nyonya Gornio terlihat gelisah saat suaminya masuk kedalam rumahnya dengan sedikit kalut.

"Reista baik-baik saja, dia hanya butuh istirahat". tuan gornio mengecup kening istrinya dengan sayang, melihat guratan-guratan halus diwajah istrinya semakin membuat wajah cantik itu berseri.

"kau yakin? kau sudah datangkan dokter psikologi terbaik di negara ini kan?". pertanyaan nyonya Gornio membuat suaminya sedikit tertawa dan mencubit hidung istrinya dengan gemas.

"aku sudah melakukan semua keinginan kamu sayang, aku sudah memastikan menantu kita baik-baik saja".

"syukurlah jika begitu, aku takut bahwa Reista kenapa-napa". Nyonya Gornio memeluk erat suaminya.

"dimana cucu kita Renandra?". tanya tuan gornio.

"dia ada dikamar, sedang tidur. untungnya Renandra tidak mencari-cari Reista".

"kuharap dia akan bersabar untuk tidak bertemu dengan Reista untuk beberapa hari, sepertinya Reista dan Ramel butuh privasi agar mereka bisa saling mencintai".

"maksudmu apa sayang?". tanya nyonya gornio sedikit heran dengan wajah suaminya yang tersenyum.

"kau tau? aku bisa melihat cinta dimata anak kita untuk Reista, wajah kalut anakmu itu saat Reista terbaring lemas di bangkar rumah sakit, saat Ramel marah-marah dengan semua bawahannya. bahkan Ramel mau repot-repot menunggui Reista di rumah sakit".

"kau yakin? kau yakin bahwa Ramel mulai mencintai Reista?". Nyonya Gornio tersenyum senang dan lagi-lagi memeluk tubuh suaminya dengan erat.

"jadi ada hikmah dibalik musibah ini sayang, semua musibah yang diberikan tuhan pada kita. tuhan pasti menyiapkan kejutan dibalik semua ini".

"kau benar sayang, aku senang jika Ramelson sudah mau mulai membuka hati dan membuka lembaran baru untuk hidup dengan Reista".

"dan tugas kita sebagai orangtua saat ini adalah mendukung anak kita dan selalu ada disampingnya, berusaha semaksimal mungkin menyembuhkan Phobia yang dimiliki oleh Reista dan membuat Ramelson mempunyai keluarga yang utuh dan membuat cucu kita Renandra selalu mempunyai ibu yang baik untuk dirinya".

"kau tau sayang? saat kau bicara padaku untuk menjodohkan Reista dengan Ramel dulu aku sempat ragu, ya kau taulah bahwa Reista sedikit terlihat ceroboh dan kekanakan, namun semakin aku mengenalnya aku tau, aku tau bahwa wanita seperti Reista sangat cocok bersanding dengan anak kita Ramelson. sifat lemah lembutnya bahkan bisa meluluhkan hati cucu kita Renandra".

"aku ini suamimu, kita sudah bersama hampir 30 tahun sayang, kau masih saja tidak percaya dengan apa yang aku lakukan, aku tau sifat anak kita. dan untuk sifat Reista tentu saja aku juga tau, dia sekertarisku yang sangat cekatan dikantor, dia tidak pernah menjual dirinya untuk sebuah jabatan dan juga uang. dia dekat dengan banyak orang dan berteman dengan siapapun, sebenarnya banyak yang mencintai dia, tapi Reista selalu menolak semua laki-laki itu".

"mengapa dia menolak semua laki-laki?".

"entahlah, aku tidak tau. tapi yang pasti untuk saat ini kita harus bahagia bahwa anak kita Ramelson sudah membuka hatinya dan kita pasti akan mendapatkan cucu baru". Tuan Gornio sedikit tertawa saat mengatakan hal itu.

"apa maksudmu cucu baru?".

"kau tau, pengawal kepercayaanku yang ikut dengan Ramel saat mereka berbulan madu kemarin?".

"ya aku tau sayang, kau mengatakan itu sebelum Ramel dan Reista berangkat berbulan madu.

"pengawalku bilang bahwa Ramelson dan Reista sudah melakukan hubungan suami istri, dan bahkan katanya suara Reista terdengar sampai keluar Resort".

"benarkah, astaga aku iri dengan pengawalmu, mengapa mereka yang mendengar itu semua. kenapa aku tidak". Nyonya Gornio sedikit mengerucutkan bibirnya sebal.

"kau tidak boleh begitu sayang, yang kita tau sekarang bahwa kuyakin tidak lama lagi kita akan segera mendapatkan cucu".

"kau yakin sekali?".

"tentu saja, Ramelson itu keturunanku dan sudah kupastikan dia akan menuang semua benihnya didalam rahim Reista".

"kau ini, mengapa kau sudah setua ini namun mulutmu masih tidak tau malu".

"kita sedang membicarakan anak kita, itu tak apa sayang".

"tapi tetap saja itu tidak tau malu sayang".

"sudahlah, memangnya kau tidak senang jika kita mendapatkan cucu baru?". tanya tuan Gornio yang sedikit gemas dengan tingkah istrinya itu.

"tentu aku senang, aku sudah lama tidak menimang-nimang bayi lagi".

"berdoa saja, kuyakin kali ini tembakan dari Ramelson pasti tepat sasaran".

"Tuan Gornio!!!!!!".

"ampun-ampun sayang". Nyonya gornio menjambak rambut suaminya dengan sedikit kesal, mulut suaminya dari dulu hingga sekarang benar-benar tidak bisa berubah. wajah karismatiknya adalah kamuflase untuk menutupi tingkah konyolnya itu.

"ampun-ampun tapi kamu terus mengulanginya".

"yasudah-yasudah aku mengalah, aku tidak akan mengulangi lagi".

"janji?". Nyonya gornio menunjukan jari kelingkingnya.

"astaga sayang, kita sudah tua dan kau masih menggunakan jari kelingking untuk membuat janji?".

"kau tidak mau!". Mata nyonya gornio sudah menyipit tak suka.

"ahh sayangku, tentu saya aku mau. membuat janji denganmu tentu saja menyenangkan". akhirnya tuan gornio mengapit keliking istrinya dengan kelingking punyanya. entah mengapa diumur 60 tahun ini, dia merasa selalu menjadi anak muda saat bersama istrinya. itulah mengapa dulu ia begitu tergila-gila pada istrinya dan menikahi wanita cantik ini.