webnovel

Secret In Love

Ada cinta dan kesakitan saat kita harus memilih hidup dengan seorang pria yang tidak kita cintai, Itu yang Reista rasakan.. Merelakan masa mudanya dengan menikahi Duda Tampan kaya Raya dari keluarga Ettrama. Seorang pria yang memiliki kekayaan di atas rata-rata... Mungkin terdengar menyenangkan bukan?. Tapi bagaimana jika ternyata hidup tidak melulu membahas kebahagiaan? Reista harus merasakan hidupnya berantakan karena masa lalu dari suaminya hadir kembali! Kegilaan yang diciptakan oleh mantan istri Ramelson Ettrama, membuat keluarga Ettrama hancur berantakan. Penculikan, kekerasan, pembunuhan!.. berkumpul jadi satu dan membuat banyak kesakitan kepada Jiwa-jiwa suci yang tidak mengerti apa apa.. Hidup Reista bahkan harus berselisih dengan Racun yang menggerogoti tubuhnya dan membuat kedua bola matanya lepas!! Apakah kesakitan akan selalu menghantui Hidup Reista? apakah cinta akan membuat Reista bertahan bersama Ramelson Ettrama? semua akan dibahas dalam Bab-Bab selanjutnya.. Jangan lupa tinggalkan Komentar positif, Berikan koin di setiap bab terkunci. hal ini akan membuat penulis menjadi lebih bersemangat lagi... [Sequel berjudul, Secret In Love: Ahli Waris] Selamat membaca dan semoga hari kalian menyenangkan!!

silvaaresta · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
430 Chs

Kue coklat

"waw, rasanya enak. Mommy suka kue coklat ini". nyonya gornio menyuap kue coklat itu sampai habis dan tersenyum kearah Reista yang tertunduk malu-malu. Maklum saja siapa sih menantu yang tidak senang saat dipuji oleh mertuanya sendiri.

"Beneran Mom? bagus kalau gitu. Reista akan sering buat kue coklat untuk Mommy".

"Masa untuk Mommy aja, Daddy juga mau dong". sekarang Tuan Gornio yang tak mau kalah, di mengambil sepotong lagi kue coklat dan menaruh diatas piringnya.

"Daddy suka juga, Reista jadi seneng". ucap Reista tulus.

"Rasanya enak Reista, tidak terlalu manis dan tidak terlalu pahit. Daddy juga suka teksturnya yang lembut apalagi ini dibuat oleh cinta sama menantu kesayangan Daddy". Tuan Gornio tertawa cukup keras, dan disenggol oleh istrinya sambil terkikik geli. Reista senang melihat kedua mertuanya saat ini. selalu memberikan hal positif pada hidupnya dan tidak menyalahkan apapun yang dilakukan. kurang beruntung apalagi hidup Reista mendapatkan hal ini.

"Mommy Mommy, Renandra juga suka loh. Renand mau ya dibuatin ini setiap hari".

"iya nanti Mommy buatin, tapi gak boleh sering-sering. gak bagus kamu makan kue coklat setiap hari".

"emangnya kenapa Mommy? kan ini buatan Mommy. Renand mau setiap hari makan seperti ini".

"Nanti giginya Renand ompong trus bolong-bolong. Renand mau jadi jelek terus gak tampan lagi?". Reista memberikan pengertian cukup lembut kepada anaknya Renandra, Reista tau betul bagaimana watak anak laki-lakinya. dia sama persis seperti Daddynya itu, akan sangat keras kepala jika keinginannya tidak terpenuhi.

"oh gitu ya Mom? yaudah deh, gak mau setiap hari. tapi seminggu sekali aja ya mom? Renandra suka semua buatan Mommy".

"iya pasti, nanti Mommy pasti sering masak hal lainnya untuk Renandra ya. Terus seminggu sekali Mommy buatin kue coklat biar Renandra terus semangat".

"Makasih Mommy". Reista tersenyum melihat wajah lucu anaknya yang mengunyah kue coklat hingga mulutnya penuh.

"jadi Ramel, gimana menurut kamu masakan Reista?". Tanya Nyonya Gornio yang menatap Ramel tetap tenang memakan kue coklat dipiringnya.

"enak Mom". ucap Ramelson.

"enak aja nih? gak mau ngasih sesuatu gitu ke istrimu. kamu ini suami gak peka banget ya". Nyonya Gornio berucap gemas melihat tingkah anaknya ini.

"Makasih ya Reista, Kue buatan kamu enak. aku suka". ucapan singkat Ramel yang dibumbui dengan senyuman kecil membuat hati Reista rasanya berdebar-debar. jantungnya hampir melompat Ria saat diperhatikan wajah Ramel dengan senyuman itu.

"Sama-sama, aku seneng kalau kamu suka kue buatan aku".

"aku selalu suka apa yang kamu buat, sering-seringlah membuat sesuatu. masakan istri pasti lebih enak daripada masakan chef terkenal". pujian Ramel membuat pipi Reista bersemu merah. Nyonya Gornio dan Tuan Gornio hanya tertawa pelan dan pura-pura melanjutkan makannya. Reista meneguk segelas jus jeruk untuk menetralkan jantungnya yang sudah berdisko ria.

"makasih, aku janji akan sering-sering buat masakan untuk kamu dan Renandra".

"eh eh, buat Mommy sama Daddy juga dong Reista". ucap Nyonya Gornio yang sudah menyela ucapan Reista.

"iya Mommy sama Daddy juga, Nanti Reista buatin. pasti". Reista memberikan jempolnya sebagai tanda pasti dan dibalas oleh nyonya Gornio dengan tepuk tangan yang riang.

"Gak salah Mommy pilih kamu sebagai Menantu Mommy".

Mereka semua yang ada disitu hanya tersenyum dan melanjutkan mengunyah makanan. pagi hari ini seperti awal yang baru bagi Reista. keterbukaan Ramel untuk dirinya dan kebahagiaan yang diberikan oleh anak serta mertuanya, Reista yakin ini tidak bisa dibeli dengan uang apapun. Reista tidak akan berhenti bersyukur saat tuhan memberikan kebahagiaan untuk keluarganya saat ini, dan akan selalu mencoba untuk menjadi istri,ibu serta menantu yang baik untuk mereka.

"oh ya Nak Reista, besok dokter Andre mau berkunjung kerumah kita sekalian berbincang mengenai kesehatan kita".

"oh ya Mom? memangnya dokter Andre itu spesialin apa Mom". tanya reista.

"iya dia dokter umum, Mommy hanya lebih senang kita konsultasi kesehatan agar menjauhi hal-hal yang tidak baik". nyonya gornio berbicara sedikit pelan, dan melirik suaminya yang mengangguk mengerti dengan ucapan istrinya itu. Mereka berdua tidak mau Reista tau bahwa dokter andre adalah dokter psikolog yang akan menangani phobia Reista. semaksimal mungkin Reista tidak memikirkan hal-hal aneh tentang dirinya. agar Reista tetap dalam keadaan stabil dan tidak ketakutan lagi.

"bagus kalau begitu Mom, Reista setuju jika semuanya untuk kebaikan keluarga ini.". Reista hanya tersenyum tulus, tanpa tau apa yang terjadi sebenarnya pada dirinya sendiri.

"untuk beberapa saat, Mommy tidak ingin kau bekerja di perusahaan Ramel. mungkin untuk waktu seminggu, Mommy ingin kau istirahat yang cukup dirumah saja, dan Mommy juga ingin Ramel tidak kekantor ya. kerjakan pekerjaan dirumah saja, berikan banyak waktu untuk anak dan istrimu, untuk urusan meeting dan proyek yang harus kamu temui, biar nanti asisten Daddy kamu yang urus itu, iya kan suamiku". tanya Nyonya Gornio kepada suaminya, suaminya hanya mengangguk dan menepuk pundak Ramelson yang memang duduk disebelahnya.

"iya Mom, Ramel akan kerjakan pekerjaan dirumah dan tidak akan terlalu sibuk. Ramel juga butuh sedikit istirahat".

"bagus kalau begitu, temani Reista terus ya. karena nanti sore Mommy dan Daddy harus kembali kerumah. besok siang kita kemari lagi untuk sama-sama bertemu dengan dokter Andre".

"iya Mom".

Reista diam saja dengan interaksi mereka berdua, Reista merasa ada hal yang janggal disini. entah mengapa Nyonya Gornio sangat khawatir dengan kami. apa memangnya yang terjadi? lagipula kami hanya berlibur beberapa hari, dan tidak menghabiskan banyak tenaga.

Mungkin ibu mertuaku benar-benar ingin kami hanya istirahat, semoga saja bukan hal-hal aneh, Reista berdoa semoga saja diantara kami tidak punya penyakit yang serius. karena sedari tadi Nyonya Gornio mengatakan dokter Andre, firasatnya sangat tidak bagus dan tidak tenang.

"yasudah Mommy dan Daddy sudah selesai makan, kami kembali kekamar dulu ya. kalian nikmati kebersamaan kalian". nyonya dan tuan gornio meninggalkan kami bertiga dalam suasana yang tiba-tiba tak nyaman.

Reista hanya berdehem dan membersihkan mulut Renandra, lalu membantunya turun dari kursi makan.

"Mommy, Renandra kekamar juga ya. Renand mau kerjain PR".

"yasudah, hati hati naik keatas. jika sudah selesai berikan PR itu kepada Mommy, biar Mommy periksa ya".

"siap Mom". Reista melihat anaknya berlari naik keatas tangga dan itu membuat Reista lagi-lagi tersenyum.

"jadi Reista, apa yang akan kita lakukan di hari yang cerah ini?". ucapan Ramel membuat Reista melihat kearahnya.

"entahlah, aku tidak punya rencana apa-apa". jawab Reista polos.

"kita menonton film saja di gazebo taman belakang dengan laptopku, ya setidaknya sambil mendengar suara gemericik air dan hawa yang adem dari bunga mawar".

"ide kamu bagus juga, ayo".

"aku ambil laptop dikamar, kamu tunggu disini".

Reista mengangguk dan Ramel buru-buru naik keatas kamarnya. Reista hanya menggelengkan kepalanya pelan, lucu sekali tingkah Ramel beberapa akhir ini. menonton film dengan pria yang dicintai di hari yang cerah, itu sepertinya sangat menyenangkan, entah sudah berapa kali hati Reista rasanya terus berbunga-bunga.