webnovel

Seberapa Pentingnya Aku

Tác giả: Lee_Echa_San
Thanh xuân
Hoàn thành · 9.9K Lượt xem
  • 7 ch
    Nội dung
  • số lượng người đọc
  • N/A
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

Keluarga besar Hardi, keluarga terkaya di Bali, memutuskan untuk mengangkat Maurin sebagai anaknya. Karena keluarga mereka menginginkan anak perempuan, sedangkan anak mereka laki-laki berjumlah 3. Namun kedatangan Maurin tidak disambut gembira dengan salah satu anak kandung Hardi, yakni si Tomi. Tomi sangat membencinya, hingga selalu membully Maurin di depan teman-teman sekolahnya. Tapi disisi lain, Maurin sangat menyayanginya. Tak hanya Tomi, istri Hardi dan kedua anaknya pun ikut bersikeras mengusir Maurin. Sampai suatu hari, Tomi mendapati penyakit liver. Dimana dia butuh donor hati, agar bisa tetap bertahan hidup. "Aku rela mendonorkan hatiku," ucap Maurin. Bagaimana kelanjutannya, simak trus ya!

Chapter 1Maurin Dibully

"Huu ... rasain! Emang enak," seru Tomi dengan teman-temannya saat berhasil membuat tubuh Maurin penuh dengan laburan tepung.

"Kalian kenapa sih jahat banget," ucap Maurin yang hanya bisa merundukkan kepalanya sambil mengibaskan butiran tepung pada rambutnya. Maurin sungguh tak menyangka jika cowok yang selama ini dianggap saudaranya, begitu sangat membencinya. Padahal Maurin selalu menunjukkan kasih sayang terhadap Tomi.

"Eh ... eh ... ada apa ini? Ibu kan sudah bilang, dilarang merayakan ulang tahun dengan melempar tepung ataupun lainnya. Kenapa kalian masih bandel?" dengus Ibu Ratna, salah satu guru killer di sekolah Maurin dan Tomi.

"Maaf, Bu," ucap Tomi dan kawan-kawannya secara bersamaan.

"Kalian ikut saya ke kantor, sedangkan kamu Maurin, segera bersihkan diri kamu ke kamar mandi!"

Semua murid di sekolah tersebut hanya bisa memandangi Maurin dengan tatapan jijik. Mereka sama sekali tidak ada yang peduli dengan keadaan Maurin, kecuali anak dari ibu kantin di sekolah itu. Gadis malang tersebut berjalan ke arah kamar mandi sambil menangis. Dia tak tahan jika terus-terusan mendapat bullyan dari Tomi. Padahal dia sudah bilang kepada Pak Hardi, agar disekolahkan ke tempat yang biasa-biasa saja, bukan sekolah favorit tempat anak orang kaya semua. Namun Pak Hardi tetap menyekolahkan Maurin dengan Tomi di sekolah yang sama.

"Ya Tuhan, Maurin kamu kenapa?" tanya Yola, anak ibu kantin.

"Biasa, Yol. Tomi dan kawan-kawan ngerjain aku lagi," jawab Maurin dengan mata masih sembab.

"Yaudah, aku ada sampo. Kamu mandi kramas sekalian ya, sayang sekali rambut panjang bagus begitu dilabur tepung. Sudah seperti kripik rambut, hehehe," canda Yola.

Maurin pun menurut, dan tertawa kecil. Karena Maurin memang sosok gadis yang penuh tawa sebelumnya. Masuk ke dalam keluarga Pak Hardi, bagaikan masuk ke dalam kandang harimau. Hampir setiap hari, Maurin mendapat terkaman, cacian, hingga hinaan di rumah tersebut. Ya, karena istri Pak Hardi dengan ketiga anaknya tidak pernah suka dengan kehadiran Maurin. Hanya Pak Hardi yang selalu baik hati kepada Maurin.

Setelah selesai mandi, Maurin bergegas ke kelasnya, karena masih berlangsung jam pelajaran. Yola hanya bisa menatapnya iba dari kejauhan, hingga tanpa disadari air matanya berlinang membasahi pipi.

"Sampai segitunya Tomi memperlakukan Maurin," gumam ibu Yola yang secara tiba-tiba berada di samping Yola.

"Ibu, bikin kaget aja," sahut Yola. "Mungkin Tomi masih tidak terima kalau papanya mengangkat Maurin sebagai anaknya, Bu," lanjutnya.

Siang harinya, pelajaran akhirnya selesai. Bel sekolah berbunyi, tanda siswa dan siswi boleh pulang. Sebelum pulang, para murid mendapat tugas untuk dikerjakan di rumah secara berkelompok. Kebetulan Maurin satu kelompok dengan Tomi dan kawan-kawannya. Mimpi apa semalam, sehingga Maurin harus satu tim dengan Tomi.

Setelah guru keluar kelas, Tomi dengan kawan-kawannya menghampiri bangku Maurin.

Bruk! Tumpukkan beberapa buku dilemparnya ke atas meja Maurin.

"Kan kita kerja kelompok," ucap Maurin.

"Kelompok katamu? Males banget kerja kelompok sama anak angkat. Kan kamu pintar tuh, mendingan kamu kerjakan semua tugas kita. Nggak perlu kerja kelompok segala," sahut Tomi dengan tatapan mata elang.

"Ta-tapi kan ..."

"Nggak perlu tapi-tapi, kalau kamu nggak nurut, aku buang sepeda butut kamu!" ancam Tomi.

"Ja-jangan ... oke, aku kerjakan semuanya." Maurin mengalah, dia ingat dengan kata-kata ibu pantinya dulu. Bahwa sejahat-jahatnya orang kepada kita, sedikitpun kita jangan membalasnya dengan perbuatan jahat pula.

Dengan menikmati terik matahari yang begitu panas, Maurin mengayuh sepeda ontelnya menuju rumah Pak Hardi. Tiba-tiba mobil Tomi perlahan mendekati Maurin. Tak lama kemudian, kaca mobilnya terbuka. Ternyata Alexa, pacar Tomi berada di dalam mobil Tomi.

"Halo ... anak angkat, panas ya! Kasihan sekali. Nih biar nggak panas," ucap Alexa sambil menyiramkan air ke arah Maurin

Byuur!

Tanpa ada rasa bersalah sama sekali, mobil Tomi kembali melaju meninggalkan Maurin yang basah kuyup.

"Keterlaluan," gumam Maurin dalam hati.

Perjalanan ke rumah Pak Hardi dari sekolah cukuplah jauh. Seragam Maurin yang tadinya basah, sampai rumah menjadi kering saking panasnya sinar matahari. Namun tak terlihat mobil Tomi di garasi rumahnya, mungkin dia masih asyik jalan dengan Alexa.

"Assalamualaikum," salam Maurin saat memasuki rumah. Terlihat istri Pak Hardi sudah menghadangnya di ruang tamu.

"Selalu saja kamu pulang telat, kerjaan di rumah numpuk tuh!" dengus Bu Rani.

"Ma-maaf, tadi ada insiden kecil. Saya ganti baju dulu, Bu."

Usai ganti baju, seperti biasa Maurin bersih-bersih rumah dan mencuci pakaian sekeluarga. Selain cuma anak angkat, mereka juga menganggap Maurin sebagai pembantu. Karena uang saku yang ia terima setiap hari tidaklah gratis. Namun Pak Hardi tidak pernah tahu bagaimana perlakuan mereka kepada Maurin setiap harinya. Di depan Pak Hardi, mereka pura-pura baik dengan Maurin, dan sebaliknya.

"Non, biar Mbok Asih saja yang ngerjain semuanya. Nanti kalau Pak Hardi tahu, Mbok bisa ikut kena marah," kata asisten rumah tangga di rumah itu.

"Nggak apa-apa kok, Mbok. Biar kerjaan cepat selesai. Kalau Mbok Asih capek, Mbok bisa istirahat," sahut Maurin yang memang baik hatinya.

"Semoga Non Maurin bisa mendapatkan kebahagiaan, kasihan dia selalu dijahati," gumam Mbok Asih dalam hati. Dia juga tidak tega melihat Maurin yang terus-terusan seperti itu.

Setelah pekerjaan rumah selesai, Maurin langsung mengerjakan tugas kelompok dari sekolahnya tadi. Mau tidak mau, dia harus mengerjakan 5 buku sekaligus hingga dia lupa makan siang.

Kruk! Perut Maurin berbunyi.

Sebenarnya dia lapar sekali, tapi apalah daya, tugasnya masih banyak. Hingga pukul 20.00 malam, tugasnya baru selesai. Maurin berniat memberikan kelima buku tersebut kepada Tomi. Terlihat Tomi sedang asyik bermain game di ruang tengah, lalu Maurin menghampirinya.

Belum sampai mendekati Tomi, kepala Maurin tiba-tiba berat dan pusing. Seketika langkah kakinya terhenti, tangannya berusaha meraih sesuatu yang bisa menahannya agar tak jatuh. Penglihatannya pun mulai gelap.

Prank!

Secara tidak sengaja, tangan Maurin menyenggol sebuah pigora foto yang berada di atas etalase. Akhirnya dia tidak sadarkan diri, namun dia masih mendengar suara situasi sekitar walaupun dia pingsan. Entah kenapa dia bisa seperti itu jika pingsan, matanya terpejam namun masih mendengar.

"Ya ampun ... anak angkat, malem-malem masih berulah," ucap Tomi yang melihat ke arah Maurin.

Maurin mendengar langkah kaki Tomi mendekatinya, lalu memanggil Mbok Asih untuk membersihkan kaca pigora foto yang berserakan.

"Oh, jadi kamu sudah menyelesaikan tugas sekolah ini," ucap Tomi dengan nada lirih. "Fine, terimakasih anak angkat," lanjutnya.

Kemudian tubuh Maurin terangkat, ternyata Tomi mengangkatnya dan membaringkan tubuhnya ke sofa.

"Cantik juga." Maurin mendengar ucapan Tomi, terasa napas dari hidung Tomi semakin dekat.

"Aaa ..." teriak Maurin ketika membuka matanya.

Bạn cũng có thể thích

số lượng người đọc

  • Đánh giá xếp hạng tổng thể
  • Chất lượng bài viết
  • Cập nhật độ ổn định
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới
Các đánh giá
Ôi! Bạn sẽ là người đánh giá đầu tiên nếu bạn để lại đánh giá của bạn ngay bây giờ!

HỖ TRỢ