webnovel

Salju Di Korea

Tác giả: Sholikhatin_Nikmah
Thành phố
Hoàn thành · 194.2K Lượt xem
  • 241 ch
    Nội dung
  • 5.0
    13 số lượng người đọc
  • NO.200+
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

Syifa adalah gadis desa perawakan tinggi cantik berkulit putih kekuning kuningan. Syifa tinggal bersama kakek dan neneknya di lingkungan pedesaan syarat dengan keramah-tamahan penduduknya sehingga mempengaruhi cara hidup Syifa. Sabda adalah seorang remaja dari kota yang hijrah ke desa karena mengikuti pindah tugas kerja orangtuanya. Sabda adalah remaja yang beruntung selain berwajah tampan juga hidup dari keluarga yang cukup mapan. Sabda seorang yang cerdas berkarakter tegas dan disiplin dalam hidupnya. Sabda dan Syifa bertemu ketika keduanya sekolah di sekolah menengah umum negeri tidak jauh dari tempat tinggal keduanya. Kisah persahabatan berbuah cinta antara keduanya ketika keduanya berpisah karena mengejar masa depan masing masing Syifa menjadi TKI di Korea sementara Sabda menyelesaikan tugas kuliahnya di USA. Ikuti kisah keduanya di SAlJU DI KOREA.

Chapter 1Bab 1 Syifa

Pagi itu Syifa bergegas bangun bersambut fajar diufuk timur, sebagai gadis remaja yang cerdas hidup bersama neneknya diujung desa yang akrab dengan suasana pedesaan segera dia buka pintu kamar menuju pancuran air di pojok rumah.

Ia ulurkan timba kedasar sumur untuk ambil air dan mengisinya pada sebuah bejana, begitu ia lakukan berulang ulang hingga bejana itu penuh berisi air. Ambil air wudhu dan kembali ke pojok kamar untuk sembahyang.

"Tok tok tok" terdengar ketukan pintu kamarnya wajah dan sorot matanya menghampiri suara dibalik pintu hingga terdengar

"Syifa sudah bangun nak?" suara lirih itu terdengar dibalik pintu kamarnya.

"Sudah nek" jawab syifa sekenanya,

"pergilah mandi dan siapkan segala sesuatunya! hari ini kamu sekolah, biar nenek siapkan sarapan untukmu"

"Iya nek" jawab syifa sembari membuka pintu kamar dan kembali menutupnya.

Gadis belia usia belasan tahun itu sengaja diasuh oleh neneknya sejak kecil semenjak ayahnya meninggal karena sebuah kecelakaan maut di ujung jalan beraspal, kendaraan yang ditumpangi ayahnya sepontan dihantam truk yang oleng karena rem blong. Semenjak ayahnya berpulang, ibunya memutuskan merantau ke luar negeri atas ajakan orang.

"Syifa! sarapan dulu nak! kakek menunggumu di ruang makan." Iya nek jawab syifa sambil membetulkan kuncir rambutnya di depan cermin.

"Syifa! engkau cantik seperti ibumu, cerdas dan murah senyum seperti ayahmu, semoga masa depanmu nanti membahagiakanmu, karena kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kakek dan nenek dan tentunya kebahagiaan ayah ibumu juga, belajarlah sungguh sungguh, hormati gurumu sayangi teman"

"Iya nek, amin. Terima kasih doanya." Begitu menjadi rutinitas dalam keseharian di pagi hari sebelum Syifa berangkat kesekolah dan kakeknya berangkat ke sawah.

"Syifa! sudah engkau persiapkan bekal sekolahmu nak?" tanya kakek sembari menuntun sepeda bututnya.

"Sudah Kek" jawab Syifa.

"Kalau udah mari berangkat, kakek antar sampai ujung jalan kampung hingga jalan ber aspal dimana kamu bisa temukan angkutan umum." kata kakek Syifa

Kampung Sedayu yang terletak disudut pulau jawa bagian timur dengan hamparan sawah yang luas melebihi luas pemukiman penduduknya bersambut dengan sikap ramah warganya.

"Pagi wak, sapa Syifa pada salah seorang warga yang hendak berangkat ke sawah." Iya neng, balasnya.

Sementara roda terus berputar dibalik jeruji sepeda kakek menyusuri jalan desa yang sesekali harus konsentrasi penuh ketika bertemu dengan kubangan lumpur dan harus mengalihkan arah laju sepeda agar tidak terperosok didalamnya.

"Udah sampai Syifa, itu temanmu udah menunggu." ungkap kakek dengan nafas sedikit terengah engah.

"Iya kek, Terima kasih." kata Syifa kepada Kakeknya.

"Hati-hati di jalan" imbuh kakek menasehati.

Pagi itu Lena dan teman teman Syifa yang lain telah lebih dulu datang ke tempat biasa menunggu angkutan umum.

"Datang lebih awal kamu, Lena?" sapa Syifa.

"Iya, kebetulan ada yang ngasih tumpangan sampai di sini."

"Ayo yang SMA... SMA.. SMA naik", ungkap pak sopir angkutan umum sambil memperlambat mobilnya hingga berhenti di tempat yang dituju. Mobil angkutan itulah yang mengantarkan warga sekitar hingga pada tempat yang dituju, pasar, kantor, sekolahan dan tempat lainnya dan tentunya beraneka ragam pula penumpangnya. Tidak lama kemudian pak sopir memberikan instruksi kepada penumpang.

"Mohon persiapan sebentar lagi sampai sekolahan." lantas Syifa, lena dan anak sekolah yang lain bergegas siap turun hingga mobil angkutan itu berhenti di tempat yanG di tuju.

Tiba di sekolah wajah riang hati bahagia Syifa, Lena dan teman temannya yang lain langsung menuju ruang kelas dimana mereka belajar. Baru beberapa langkah dari pintu masuk sekolah mata Syifa tertuju pada dua orang yang berdiri tegap dihadapannya.

Sorot mata itu tajam seolah menguliti satu persatu siswa yang tidak disiplin, mulai potongan rambut, seragam dan kelengkapan siswa lainnya. Dua orang itu adalah guru BP dan wakil kepala sekolah.

"Selamat pagi pak" sapa Syifa dan teman teman

"Pagi" jawab tegas bapak itu.

Tanpa basa basi dan canda dengan teman temannya Syifa berjalan cepat menuju ruang kelas.

"Pagi teman teman," sapa Syifa pada teman temannya yang sedang sibuk membersihkan ruang kelas.

"Pagi syifa" jawab temannya yang pakai kerudung.

"Masuk rumah, sekolahan itu harusnya pakai ucapan Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Dan dijawab Waalaikumsalam warohmatulahi wabarokatuh." tungkas salma dari sudut ruang kelas.

"Mungucap salam dengan cara apapun dan membalasnya itu baik dan tidak ada keburukan dalam ucapan itu dan tidak ada alasan bagi kita untuk melarangnya." sahut syifa menasehatkan.

"Tahu darimana kamu bisa bilang begitu, bukankah sudah seharusnya orang islam mungucap salam dan membalasnya seperti itu?" tanya salma menyelidik.

"Berpendapat seperti itu benar, namun berpendapat bahwa ucapan salam adalah doa keselamatan bagi siapa saja dan kepada siapa saja tentu dengan cara yang berbeda beda itu dibolehkan oleh agama sebagai ajaran rohmatan lilalamin atau menyebarkan kedamain keseluruh alam." jawab Syifa menjelaskan.

"Ooh gitu, lumayan masuk akal juga penjelasanmu Syifa." gumam Salma sambil menata meja di sudut ruang kelas.

"Teng... teng... teng..." bunyi lonceng sekolah terdengar nyaring menyusup ke ruang-ruang kelas memecah suasana canda riang para siswa, sebuah tanda bahwa pelajaran akan segera dimulai. Semua siswa bergegas masuk dan duduk ditempat masing masing.

Tiba tiba suasana menjadi hening diikuti dengan suara sepatu "tok.. tok.. tok" dari balik pintu hingga dibuka dengan ucapan salam.

"Selamat pagi anak-anak." suara Pak Martono guru fisika memecah keheningan ruang kelas.

"Pagiii.. paaak ...." jawab semua siswa serempak.

"Kemarin sampai pada hukum kekekalan energi, ada yang bisa kasih penjelasan?" tanya Pak Martono pada semua siswa.

"Saya pak " jawab Syifa sambil menunjuk jari keatas. Belum sempat Syifa memberikan jawaban tiba-tiba terdengar ketukan dibalik pintu, spontan semua pasang mata tertuju darimana suara itu berasal. Segera Pak Martono melangkahkan kaki dan kemudian membuka pintu.

"Selamat pagi pak." ucap kepala sekolah kepada Pak Martono.

"Pagi, silakan masuk, ada yang ingin disampaikan pak?" tanya Pak Martono kepada Kepala Sekolah.

"Iya pak"mjawab Kepala Sekolah.

"Baik, perlu kami beritahukan kepada siswa dan siswi kelas dua IPA, pada hari ini ada teman baru kalian, namanya Sabda Purnama, bisa dipanggil Sabda. Dia mengikuti orangtuanya yang pindah tugas di kota ini, silakan masuk Sabda!" kembali Pak Kepala sekolah menimpali agar Sabda masuk ke ruang kelas.

"Terima kasih Pak, selamat pagi teman teman." Sabda menyapa temannya.

"Pagiiiii..." jawab semua siswa dan siswi hampir bersamaan diikuti kedipan mata satu sama lain tanda keganjenan melihat cowok kece.

"Anak-anak saya kira cukup apa yang saya sampaikan, nak Sabda bisa langsung belajar di sini dan saya mohon diri kembali ke kantor." kata Kepala Sekolah mengakhiri pembicaraan.

"Sabda, kamu bisa ambil tempat duduk yang kosong dan kita bisa lanjutkan pelajaran hari ini." kata Pak Martono.

"Baik pak, terimakasih." kata Sabda sambil melangkahkan kaki menuju bangku kosong di belakang.

Bạn cũng có thể thích

Istriku yang Sangat Galak Tercinta

"Buku baru 'Dimarahi sebagai Bintang Kematian, Semua Orang Besar di Ibu Kota Berlomba-lomba Memanjakanku' sekarang tersedia!" Dikenal juga dengan "Era Kebangkitan: Menjadi Kaya dengan Sistem Check-In." [Protagonis wanita berkekuatan fisik luar biasa vs protagonis pria yang dendam, sinis, dan elegan] Setelah terjadi ledakan laboratorium, Lin Tang kembali ke era miskin itu dan terikat dengan sistem check-in. Sebelum dia sempat mengklaim paket hadiah pemula, tunangannya yang penuh percaya diri, datang untuk membatalkan pertunangan mereka. Alasannya, dia akan mendapatkan pekerjaan tetap. Lin Tang menatap pria biasa yang penuh keyakinan itu, membuka bibir merahnya sedikit dan berkata, "...putuskan saja!" Kurang dari sebulan kemudian, tunangan lamanya dipecat karena suatu alasan. Lin Tang berjalan-jalan di kabupaten dan menjadi pejabat eksekutif di Stasiun Penyiaran di Pabrik Tekstil. OS internal mantan tunangan: Apakah sudah terlambat untuk rujuk sekarang? - Waktu itu keras! Walaupun dimanja tiga kakak laki-lakinya dan orang tuanya, segala sesuatu dari makanan hingga kain bahkan sabun memerlukan kupon... Bahkan hidup hemat tidak bisa meredakan kondisi menyedihkan itu. Melihat bubur hitam dalam mangkuk, Lin Tang terdiam, “......” Untungnya, dia memiliki sistem! Butuh sesuatu? Cukup check-in untuk mendapatkannya. - Bertahun-tahun kemudian. Seorang pria tampan memandang istrinya yang lembut dengan kulit putih, berhasil menahan ekspresi seriusnya saat berkata, “Saya dengar kamu bisa melumpuhkan babi hutan hanya dengan dua pukulan?” Mata Lin Tang berkilauan, jari-jarinya dengan lembut memberi tekanan, dan Stoples Enamel di tangannya berubah bentuk. Dia menjawab dengan serius, “Omong kosong! Jangan percaya rumor-rumor itu. Kita orang beradab dan tidak bisa sebiadab itu!”

a visitor from South Flight · Thành phố
Không đủ số lượng người đọc
618 Chs

Setelah Meninggalkan CEO, Dia Mengejutkan Dunia

``` Mo Rao lahir di keluarga dokter militer. Orang tuanya telah mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan nenek Fu Ying, sehingga yang terakhir memaksa Fu Ying untuk menerima Mo Rao sebagai istrinya. Mo Rao selalu tahu bahwa Fu Ying memiliki gadis pujaan bernama Qu Ru. Gadis ini gagal menikah dengan Fu Ying sebagaimana keinginannya karena nenek Fu Ying menghalanginya. Setelah menikah, Fu Ying sangat memperhatikan Mo Rao. Mereka bahkan sangat cocok terutama di atas ranjang. Fu Ying selalu menemukan dirinya tenggelam dalam kelembutan Mo Rao. Hingga suatu hari, Fu Ying berkata, “Qu Ru telah kembali. Mari kita bercerai. Aku akan mentransfer properti yang telah aku janjikan kepadamu atas namamu.” Mo Rao berkata, “Bisakah kita tidak bercerai? Bagaimana jika... aku hamil...?” Fu Ying menjawab tanpa hati, “Aborsi saja! Aku tidak ingin ada lagi hambatan antara aku dengan Qu Ru. Lagipula, Qu Ru memiliki leukemia, dan sumsum tulangmu secara kebetulan cocok dengan dia. Jika kamu bersedia mendonasikanmu, aku bisa menjanjikanmu apa saja.” Mo Rao berkata, “Bagaimana jika syaratku adalah kita tidak bercerai?” Mata Fu Ying berubah dingin. “Mo Rao, jangan terlalu serakah. Bahkan jika aku menjanjikanmu demi Qu Ru, kamu tahu sendiri aku tidak mencintaimu.” Kata-kata ‘aku tidak mencintaimu’ menusuk hati Mo Rao seperti sebilah pisau. Senyumnya tiba-tiba menjadi terpelintir dan dia bukan lagi wanita penurut seperti dulu. “Fu Ying, ini pertama kalinya kamu membuatku muak. Kamu menyebutku serakah, tapi bukankah kamu sama? Kamu ingin aku menceraikanmu agar kamu bisa bersama dengan Qu Ru? Baik, aku setuju dengan itu. Tapi kamu bahkan bermimpi kalau aku akan menyelamatkannya? Jangan lupa, tidak ada yang namanya mendapatkan semua yang terbaik dalam hidup, sama seperti antara kamu dan aku.” Kemudian Mo Rao pergi. Fu Ying benar-benar merasa sesak, dan perasaan ini membuatnya gila. Ketika Mo Rao muncul sekali lagi, dia telah menjadi bintang yang menyilaukan. Ketika dia muncul di hadapan Fu Ying, bergandengan tangan dengan kekasih barunya, Fu Ying tidak peduli lagi dan berkata, “Sayang, bukankah kamu bilang kamu hanya akan mencintaiku?” Mo Rao tersenyum samar. “Maaf, mantan suami. Aku salah dulu. Kamu hanya pengganti. Aku sebenarnya mencintai orang lain.” ```

Mountain Springs · Thành phố
Không đủ số lượng người đọc
670 Chs

Satu Malam Liar

Lucinda Perry, seorang penyendiri sosial dan pekerja keras, berjanji pada dirinya sendiri untuk benar-benar menggila di ulang tahunnya yang ke-25 dan bahkan mencetak one night stand jika ia mendapatkan promosi yang sudah lama ditunggu di pekerjaannya. Beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-25, dia dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi dan tidak hanya itu, tapi ke kantor pusat di kota yang berbeda. Harus menghabiskan malam ulang tahunnya di kota baru, dia pergi ke klub di mana dia bertemu dengan orang asing tampan, Thomas Hank, yang menawarkan diri untuk menjadi one night stand-nya setelah melihat daftar berani-melakukannya, yang termasuk memiliki satu malam berdiri. Thomas Hank, setelah digunakan oleh beberapa wanita di masa lalu, bertekad untuk mendapatkan wanita impiannya yang akan mencintainya untuk dirinya sendiri dan bukan karena kekayaannya. Jadi ketika dia bertemu Lucinda Perry yang imut dan polos di klub, dia memutuskan untuk menjaga identitas aslinya dari dia dan mencari tahu apakah dia layak untuk dia pertahankan. ***Excerpt*** Apa yang lebih menghibur daripada sisi karakter yang gila? Katakan halo pada Sonia dan Bryan. Jantung Sonia berhenti berdetak sebentar, lalu berbagai pemikiran mulai berterbangan di kepalanya pada saat yang sama. Bryan Hank? Idola selebriti yang dia naksir sedang berlutut tepat di depannya dan memintanya untuk menjadi istrinya? Apakah dia salah mengira dia dengan orang lain? Apakah mungkin ini adalah lelucon, atau mungkin ini seperti salah satu lelucon selebriti dan ada kamera-kamera di sekitar, menunggu untuk merekam dia membuat dirinya tampak bodoh? Atau mungkin dia sedang bermimpi? Sonia bertanya-tanya sambil melihat-lihat sekitar mereka, tetapi yang dia lihat hanyalah penonton yang penasaran. "Tolong! Jadilah istriku dan buat aku menjadi pria paling bahagia di Bumi," katanya dengan suara keras yang menarik perhatian semua orang. Editornya yang telah ditunggunya selama lebih dari satu jam karena dia mencoba menandatangani kesepakatan dengan produser film yang tertarik dengan salah satu ceritanya, muncul saat itu juga, "Sonia, kamu kenal Bryan Hank?" Tanyanya dengan heran saat melihat adegan di depannya. Sepertinya sudah berjam-jam sejak Bryan berlutut, tapi ternyata baru satu menit. Bryan tahu tidak ada wanita yang cukup gila untuk menerima proposal gila seperti itu, dan bahkan jika ada yang mau menerima, membayarnya dan membatalkan keseluruhan hal tersebut akan mudah karena yang dia inginkan hanyalah skandal yang bisa terjadi dari situ. Judul beritanya mendatang akan tentang proposal pernikahan yang ditolak atau pertunangannya yang dikatakan, yang cukup membuat Sophia lepas dari kaitannya. "Ya!" Jawab Sonia dengan semangat sambil menganggukkan kepalanya dan mengulurkan jarinya agar dia memakaikan cincin pertunangan. "Ya?" Tanya Bryan dengan bingung saat mendengar jawabannya. "Ya! Aku akan menjadi istrimu dan membuatmu menjadi pria paling bahagia di dunia!" Sonia berkata dengan tertawa dan menggerakkan jarinya hingga Bryan memasukkan cincin itu ke jarinya. Secara mengejutkan cincin itu adalah ukuran yang tepat untuknya, dan duduk di jarinya seolah-olah dibuat khusus untuknya. Suara tepuk tangan meledak di sekitar mereka saat Sonia berdiri dengan senyum lebar di wajahnya dan memeluk Bryan sebelum menciumnya tepat di bibir. Bryan sedikit terkejut dengan keberaniannya tapi cepat pulih karena ini adalah permainannya, dan dia harus ikut serta. Dia lah yang mendekatinya terlebih dahulu, bagaimanapun juga. Jadi ketika dia mencoba memutuskan ciuman, dia memegang dagunya dan perlahan menggigit bibir bawahnya sebelum membuka bibirnya dengan lidahnya dan mengisapnya dengan cara yang menggoda, mengeluarkan desahan dari Sonia. Sonia merasa pusing. Ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Itu haruslah mimpi. Bagaimana lagi dia bisa menjelaskan bahwa pada suatu saat dia duduk di lobi hotel menunggu editornya, dan pada saat berikutnya dia bertunangan dengan idola selebriti yang dia naksir dan menciumnya di sini di depan umum?

Miss_Behaviour · Thành phố
Không đủ số lượng người đọc
1016 Chs
Mục lục
Âm lượng 1

số lượng người đọc

  • Đánh giá xếp hạng tổng thể
  • Chất lượng bài viết
  • Cập nhật độ ổn định
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới
Các đánh giá
đã thích
Mới nhất

HỖ TRỢ