webnovel

Bab 2. Bayang Kebencian

dalam Kamar mandi, terlihat Wei Zhi Xia yang sedang bermandikan air sabun. Saat itu dia juga ditemani Pelayan setianya yang sejak tadi sudah berdiri dibelakang Tubuh Wei'xi, gadis itu kemudian mulai menundukkan Kepalanya, dengan bola Mata biru yang juga besar Wei'xi menunjukkan rasa jijik dan marahnya kepada bayangan yang berada didalam air. Wajah Fei Hung yang sedang tertawa dan juga kedua orang tuanya yang sedang disiksa, juga dirinya yang ikut dianiaya.

Brak! Wei'xi membenturkan tangan kanannya ke dalam air, sehingga rusak bahkan menghilang bayangan dari mereka di sana. 'Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri di masa lalu! Kau harus membayarnya Fei Hung!' batin Wei'xi yang sudah dipenuhi dengan kemarahan itu berbicara.

Mingmei yang melihat tingkah dari Putri Wei'xi semakin aneh, dia hanya bisa memasang raut Wajah gugup, tanpa sanggup bertanya, "apa yang telah terjadi kepada Anda, Putri?" dalam benak Mingmei yang sedang berpikir, sambil terus memperhatikan diri Wei'xi yang sedang kesal.

Tidak lama kemudian, akhirnya Wei'xi telah selesai untuk membersihkan diri, segera Wei'xi bangkit dari Kolam air besar. Mingmei yang sadari tadi telah membawa pakaian dengan warna putih terlihat rapi dikedua tangannya, perlahan Wei'xi meraih Pakaian itu, dan mengenakannya. Mingmei hanya terdiam sambil menundukkan Kepalanya dihadapan Wei'xi. Setelah berpakaian dia segera keluar dari dalam Kamar mandi bersama dengan Mingmei.

Mereka bergegas untuk masuk ke dalam Kamar Putri Wei'xi, Pintu pun segera di buka oleh Mingmei, setelah berada di dalam Kamar, Wei'xi melihat beberapa Pelayanan di Istananya yang sudah berkumpul menjadi satu. Wei'xi dan Mingmei berjalan untuk dapat mendekati mereka, lalu dia menghentikan langkahnya saat sudah berada di tengah para Pelayanannya itu. 'Dahulu aku mengacaukannya? Saat ini pun sama, namun bedanya. Aku sedang mengacaukan rencanamu!' dalam benak Wei'xi yang sedang dirias oleh para Pelayannya.

Di dalam ruangan Raja Zian Chen terlihat seorang Wanita yang mengenakan gaun biru tua, dia adalah Ratu Huanran yang sedang duduk di samping Raja. Tampaknya bukan hanya itu saja mereka juga sedang membuka pembicaraan. "Raja aku sangat khawatir akan lamaran ini." Ratu Huanran yang menatap Wajah Raja Zian Chen gelisah.

Raja Zian Chen yang mendengar perkataan dari Istrinya membuat dirinya juga ikut berpikir mengenai hal itu. "Aku yakin Wei'xi bukanlah anak yang seperti itu, dia tidak akan mungkin mengkhianati aku, kau tenang saja Istriku," jawab Raja Zian Chen yang mencoba untuk menenangkan diri juga hati Istrinya.

"Aku harap demikian," tambah Ratu Huanran yang segera memalingkan Wajahnya ke arah samping kanan.

Tidak lama kemudian, salah seorang Pengawal Istana Wuxin, masuk ke dalam Ruangan Raja. Keduanya segera melihat ke arah Pria itu. "Raja, Keluarga Kerajaan dari Istana Wai Tansu yaitu, Pangeran Lie Qingang telah berada di Pintu Gerbang Istana, bersama dengan Kaisar Lie Qing San," ucap salah seorang Pengawal ambil bersujud dihadapan Raja dan Ratu.

Terkejut kedua orang itu mendengar kedatangan dari Keluarga Kerajaan, segera Raja bangkit dari duduknya juga dengan Ratu Huanran. "Biarkan mereka masuk," jawab Raja dengan tegas. Kemudian, dia segera memalingkan Wajahnya untuk dapat melihat Ratu Huanran, "Istriku, mari kita sambut mereka," kata Raja Zian Chen kepada Ratu Huanran.

Ratu Huanran menganggukkan Kepalanya dihadapan Raja Zian Chen, kemudian mereka bergegas untuk dapat keluar dari dalam ruangan.

Sementara itu, di dalam Kamar Putri Wei'xi. Terlihat gadis itu yang sedang duduk di atas Kursi rias bersama dengan para Pelayan. Tiba-tiba Mingmei berbisik di Telinga kanan Putri Wei'xi, "Putri... Keluarga Kerajaan telah tiba, saat ini Pangeran Lie Qingang dan Kaisar telah berada diluar Istana. Ratu dan Raja kini sedang menyambut kedatangan mereka," bisik Mingmei dengan lembut kepada Putri Wei'xi.

"Aku mengerti," balas Wei'xi dengan tegas kepada Mingmei.

Kemudian dia mulai memperhatikan dirinya yang berada didalam Cermin besar. Bayang-bayang dari Fei Hung masih membekas di pandangannya. Gema tawa, juga isak tangis terngiang di telinga Wei'xi. Gadis itu kemudian mengepalkan tangan kanannya dengan sangat erat. "Sungguh menjijikkan!" batin Wei'xi kembali bersuara, dia sedang terlalut dalam ingatan.

Sampai pada akhirnya, salah seorang Pelayan berbicara sedikit lantang kepada Putri Wei'xi, "Putri?!" ucapnya dengan nada cukup tinggi.

Terkejut Wei'xi yang mendengar suaranya dipanggil. Segera dia tersadar kembali, lalu Wajahnya dia palingkan ke arah samping kiri. "Ada apa?" tanya Wei'xi yang segera menatap tajam Wajah Pelayan itu.

"Mohon maaf, karena saya telah berbicara keras kepada Anda, sebenarnya sudah berkali-kali saya memanggil nama Anda, namun sedikit pun Anda tak bergeming," ucap Pelayan itu yang segera menundukkan Kepalanya dengan rasa takut di dalam dirinya.

"A---ah, aku hanya sedang melamun saja, tidak perlu seperti itu, apakah sudah ada titah dari Raja untuk memintaku pergi menghadap?" tanya Wei'xi yang menatap Wajah Pelayan itu dengan tajam.

'Hais, sial! Karena kejadian itu selalu terulang, membuat diriku larut ke dalamnya.' dalam benak Wei'xi yang sedikit merendahkan pandangannya.

"Benar, Putri," ucap Mingmei yang segera mengangguk mendadakan dia mengerti.

"Kalau begitu, aku harus segera menghadap Raja, Mingmei mari ikut denganku." Wei'xi dengan segera bangkit dari duduknya, sambil memasang Wajah tenang.

"Baik, Putri," balas Mingmei yang segera menganggukan Kepala.

Wei'xi kemudian, berjalan untuk dapat keluar dari dalam Kamar, raut Wajahnya sangat dingin, sungguh jauh berbeda dari dirinya yang biasa. Sampai membuat Mingmei bingung akan hal itu. "Sebenarnya apa yang terjadi kepada Anda, Putri? Saya lihat Anda begitu sangat marah dan kesal, akan tetapi Anda juga tampak senang. Dan lagi Anda sering sekali melamun, Putri... Saya harap Anda baik-baik saja,' batin Mingmei berkata, dia tatap Wajah Wei'xi dari arah samping.

'Aku sedikit paham tentang Keluarga Kaisar, hari ini aku tidak boleh mengacaukannya! Terima kasih telah memberiku hidup untuk kedua kalinya, aku berjanji tidak akan aku sia-sia kan hari ini, dan seterusnya! Semua kehancuran berawal dari hari ini, akan tetapi aku tidak akan membiarkan diriku dikendalikan oleh cinta! Aku pernah jatuh sekali, dan aku tidak ingin seperti itu lagi, Manusia memang tidak bisa lari dari cinta. Tapi itu bukan berarti cinta adalah jalan keluarnya.' Hatinya masih berbicara, sambil terus berjalan untuk dapat sampai di ruangan Raja, hingga tibalah dia di depan ruangan Raja Zian Chen, segera Wei'xi menghentikan langkahnya, di sana sudah ada Pangeran Lie Qingang dan Kaisar, Ayah dan Ibundanya yang telah menunggu Wei'xi dengan sabar.

'Untung saja masih ada hari ini! Dahulu aku hanya menggunakan hatiku, tanpa sadar bahwa Dewa juga memberiku akal yang luas, dan hari ini. Dewa mengizinkan aku untuk mempergunakan akal yang telah dia karuniakan untukku,' batin Wei'xi, lalu dia melangkahkan kakinya untuk dapat memasuki ruangan Raja.

Semua orang terdiam sambil terus menatap ke arah Wei'xi. 'Ayah... Ibu... Aku tidak ingin kalian, lagi... Maaf... Maafkan aku.' Lagi-lagi suara itu masih berasal dari hati yang kalut, langkah kakinya pasti, mendekat dan masih menatap Wajah Raja Zian Chen dan Ratu Huanran.

Kemudian, Putri Wei'xi menghentikan langkahnya. Segera dia menundukkan Kepala, sambil memberikan salam hormatnya kepada Raja, Ratu, Kaisar dan Pangeran. "Maafkan Wei'xi yang telah membuat kalian lama menunggu," kata Wei'xi yang masih menundukkan Kepalanya.