webnovel

RESMI PACARAN

Aku masih bingung dengan kejadian semalam itu mimpi atau nyata? Benarkah diriku Aryna sudah mempunyai seorang kekasih Mas Hari Abimanyu? Namun rasanya seperti mimpi.

Pagi ini kepalaku pusing, semalam mimpi indah bertemu Mas Hari Abimanyu, kita berdua makan nasi goreng lalu dia menyatakan isi hatinya. Mengutarakan keinginannya menjadi kekasihku.

Tiba-tiba ponselku berdering, pesan dari Mas Hari Abimanyu masuk. Aku langsung membukanya sebab penasaran.

[Selamat pagi pacar, kamu sudah siap belum? Jika sudah siap kita berangkat bersama, ya?] Begitu isi pesan dari Mas Hari Abimanyu.

"Pacar? Jadi semalam aku memang sudah resmi jadi pacar Mas Hari Abimanyu, ya? Tapi kok, rasanya seperti bermimpi indah," ujarku sambil menggaruk rambut yang sebetulnya tidak gatal sama sekali.

"Ada apa Aryna? Cepat habiskan sarapanmu kita harus segera berangkat kerja," kata Mbak Syakila.

"Mbak Syakila tahu tidak jika Mas Hari Abimanyu tinggal di sebelah kontrakan kita," kataku memberitahu kakak angkatnya yang ternyata dia terkejut.

"Benarkah? Mbak Syakila tidak tahu, soalnya Abi tidak cerita. Kenapa dia pindah? Padahal ada rumah, aneh sekali," timpal Mbak Syakila heran.

"Mungkin Mas Hari Abimanyu ingin dekat dengan aku," jawabku penuh percaya diri.

"Kamu benar semalam resmi jadi pacar Abi?" tanya Mbak Syakila memastikan lagi.

"Iya, sepertinya tapi aku merasa terlalu cepat bahkan seperti mimpi," sahutku.

"Semalam kamu memang bermimpi, Aryna!" Mbak Syakila menoyor kepalaku.

"Benarkah? Aku bermimpi apa Mbak?" tanyaku yang merasa jadi aneh tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan.

"Kamu mimpi apa, ya? Lupa. Sudah cepat makannya, sudah siang tahu!" ujar Mbak Syakila dengan nada tinggi tapi dia tidak marah sama sekali.

"Iya, baiklah," jawabku.

"Aku sampai lupa membalas pesan Mas Hari Abimanyu," gumamku dalam hati lalu segera membalas pesan dia.

[Selamat pagi juga Mas Hari Abimanyu, apa betul semalam kita sudah resmi jadi pacar? Maaf aku bingung soalnya aku juga bermimpi indah semalam. Mas Hari Abimanyu kenapa pindah? Ya, sudah nanti kita berangkat barang sama Mbak Syakila juga.] Aku membalas pesannya cukup panjang kali lebar.

Tidak lama pesan dari Mas Hari Abimanyu masuk, dia begitu cepat membalas pesan dariku.

[Kamu belum jadi seorang nenek masa sudah pikun? Semalam kita sudah resmi jadi pacar tanya saja bapak penjual nasi goreng di gang, dia adalah saksinya. Memangnya kamu mimpi indah apa sayang? Iya, kita berangkat bertiga. Jika berdua memang tidak bisa?]

Aku membaca pesan dari Mas Hari Abimanyu tersedak.

"Iya, sih semalam aku makan nasi goreng dan sepertinya memang kenyataan jika aku sudah resmi jadi pacar Mas Hari," gumamku lirih.

[Jangan dong, kasian Mbak Syakila masa kita tinggal berdua. Mbak Syakila adalah kakakku jadi dia harus selalu bersama denganku. Jadi kita sekarang sudah resmi pacaran?] Aku balas pesan Mas Hari Abimanyu sambil memastikan apakah kita benar-benar sudah pacaran?

Mas Hari membalas pesanku dia berkata jika kami sudah resmi jadi sepasang kekasih.

Aku pun tersipu malu wajahku terasa panas, ini adalah pertama kalinya menjalankan hubungan dengan lawan jenis sebagai pacar.

Selesai sarapan aku segera mencuci tangan dan mengambil tas kecil berisi ponsel dan dompet. Mbak Syakila pun sudah menyiapkan bekal nasi putih memakai kertas minyak agar tidak perlu mencuci tempat bekal padahal ada wadah makanan di kontrakan.

"Mbak aku sudah siap," kataku tersenyum.

Mbak Syakila mendekat dia menyisir rambutku dengan rapi dan lembut.

"Begini kan tambah cantik, biar Abi semakin cinta," ujar Mbak Syakila tertawa kecil.

"Mbak Syakila kapan punya pacar?" tanyaku. Dia sudah berusia matang tapi belum mempunyai kekasih lagi sejak putus dengan tunangannya dulu.

"Aku tidak mau pacaran atau tunangan lagi, jika memang ada laki-laki yang mau denganku lebih baik langsung menikah," sahut Mbak Syakila tegas.

"Iya, juga Mbak."

Apa yang dikatakan Mbak Syakila itu benar tapi kenapa dia mendukung aku pacaran dengan Mas Hari Abimanyu? Aku bertanya pada diri sendiri. Mungkin bagi Mbak Syakila Mas Hari Abimanyu memang laki-laki yang baik dan pantas untukku. Namun jodoh siapa yang tahu?

Jantung ini terasa mau meledak saat melihat wajah Mas Hari Abimanyu keluar dari kamar sebelah.

"Selamat pagi dua bidadari," sapa Mas Hari Abimanyu kepadaku dan juga ke Mbak Syakila. Tentu saja, sebab hanya ada kita berdua.

"Selamat pagi juga Abi, kamu konyol sekali pindah ke kontrakan yang kecil dan sempit, padahal punya rumah gedung," ejek Mbak Syakila ketawa kecil.

"Pagi juga Mas," sahutku senyum.

"Namanya juga sedang berusaha mendapatkan hati seseorang," sahut Hari Abimanyu dengan tersenyum manis semakin terlihat gagah apalagi ada lesung pipi di wajahnya.

Kadang aku ingin cemburu melihat kedekatan antara Mbak Syakila dan Mas Hari Abimanyu tapi aku tidak mau terlihat egois terlebih mereka sudah kenal sejak lama. Sebagai pacar yang baik aku tidak boleh terlalu cemburu dan mengatur pasangan.

"Selamat ya, Abi akhirnya kamu sudah resmi jadi pacar Aryna, kamu harus jaga dia, awas saja jika kamu sakiti," hardik Mbak Syakila menarik telinga Mas Hari Abimanyu dan tingkah itu membuat hatiku seperti terbakar oleh api cemburu.

"Aryna jangan cemburu, Mbak Syakila mana mungkin suka dengan Mas Hari Abimanyu yang umurnya jauh lebih muda," pekikku dalam hati berusaha menyakinkan diri sendiri.

"Siap Killa, mana mungkin aku akan tega menyakiti kekasih yang paling aku cintai," jawab Mas Hari sambil menggandeng tanganku.

"Apa-apaan sih? Lepas, ah! Aku malu, tahu!" Aku menepis tangan Mas Hari Abimanyu soalnya masih canggung jika harus bergandengan tangan di depan Mbak Syakila.

"Masa menolak digandeng pacar?" tanya Mas Hari Abimanyu sedikit merasa kecewa atas sikapku. 

"Aku malu," sahutku berjalan lebih cepat mendahului Mas Hari dan Mbak Syakila.

"Kenapa harus malu? Kamu tidak telanjang," gumam Mas Hari Abimanyu lalu aku cubit saja pinggang dia.

"Malu masa harus telanjang! Ha ha ha lucu sekali," kataku meringis.

"Tapi bergandengan tangan itu biar kamu jalannya aman denganku ketika ada batu," tutur Mas Hari Abimanyu dia modus.

"Memangnya aku tidak punya mata tidak lihat batu?" tanyaku sinis.

"Lihat sih, tapi kamu gadis ceroboh kalau jalan kayak orang dikejar-kejar warga makanya terburu-buru dan bisa jadi tersandung batu," jelas Mas Hari Abimanyu.

Mbak Syakila hanya tertawa melihat perdebatan antara aku dan Mas Hari yang mungkin terlihat konyol sekali.

"Kalian berdua pacaran tapi kayak kucing sama tikus, ribut terus. Bagaimana jika kalian segera menikah saja," ledek Mbak Syakila.

"Tidak mau, Mbak Syakila saja dulu yang menikah," sahutku.

"Tidak masalah jika Aryna dulu yang akan menikah dengan Abi, aku sebagai kakak sangat merestui," ungkap Mbak Syakila membuat aku semakin menjadi kesal.