webnovel

Rayuan Sang Laird

Tác giả: Yulia_R
Lịch sử
Đang thực hiện · 23.6K Lượt xem
  • 2 ch
    Nội dung
  • số lượng người đọc
  • N/A
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

"Lorraine sang Penggoda" adalah julukan lamanya. Selama bertahun-tahun, dia hidup dalam pengasingan setelah menyebabkan skandal besar yang mengguncang seluruh Hinghland. Kini, dia menyamar sebagai Lady Jillian, asisten ayahnya, yang menghadiri pesta tahunan para Highlander. Meskipun berusaha berpenampilan sederhana dan tidak mencolok, pesona alami dan daya tarik tubuhnya tidak bisa menipu hidung seorang pria. *** Lord Gillivray MacKnight selalu berusaha untuk menekan dan menyembunyikan sihirnya di depan orang lain. Namun, pada malam pesta di istananya, sesuatu yang buruk terjadi, dan dia secara tidak sengaja melepaskan kekuatannya. Untuk menghindari kecurigaan, dia mulai bersandiwara dan menarik siapa pun yang lewat ke atas ranjang. Siapa sangka, orang yang dia tarik adalah Lorraine MacLaren yang menyamar.

Thẻ
9 thẻ
Chapter 1Lorraine sang Penggoda

Lorraine kadang bertanya-tanya, apa yang akan wanita-wanita munafik itu lakukan jika tertangkap basah sedang telanjang bulat di ranjang seorang pria? Dan pria itu bukan suami mereka.

Mereka akan menikahinya. Itu pasti. Namun, bagaimana jika pria itu enggan bertanggung jawab? Ayah mereka mungkin akan mencarikan pria lain.

Senyum mengejek muncul di bibirnya. Apa keputusannya saat itu salah? Tidak, tentu saja tidak. Bahkan jika sekarang statusnya hanya perawan tua—bukan, sebutan perawan sudah tidak tepat. Bahkan jika sekarang dia hanya wanita menjijikkan yang kesepian, dia tidak pernah menyesali keputusannya.

Jika ada penyesalan, itu pasti karena dia tidak bisa membalaskan penderitaannya. Karena tidak mampu mengungkapkan kebenaran dari kejadian beberapa tahun yang lalu.

Malam itu terlalu ramai. Semua orang menatapnya dengan benci dan jijik. Mereka mencaci dan memaki tanpa membiarkannya membuat pembelaan apa pun. Bahkan amarahnya sendiri tertelan oleh banyaknya amarah orang lain.

Dia—Lady Lorraine MacLaren—putri tunggal Laird of Bunchrew—Bhaltair MacLaren—yang terhormat, ditemukan tanpa busana di ranjang penginapan bersama seorang pria. Jangankan orang lain, bahkan ayahnya sendiri sangat terkejut sampai jatuh pingsan di tempat.

Meskipun Highland tidak seketat kota-kota Skotlandia yang penuh bangsawan, tetapi tempat ini masih menjunjung tinggi nilai kehormatan. Siapa pun yang membuat skandal, hidupnya tidak akan berjalan dengan baik.

Pagi setelah malam itu berlalu, Bhaltair MacLaren datang membuka pintu kamar yang dikunci semalaman dari luar. Kedua mata Lorraine hitam dan sembab, pipinya merah jejak telapak tangan, penampilannya sungguh berantakan.

"Ayah, mereka menjebakku! Apa kau sungguh tidak percaya pada putrimu?" Dia masih mengharapkan jawaban 'ya' dari ayahnya. Namun, itu ternyata tidak pernah keluar dari mulut mulut sang laird.

"Percaya ataupun tidak, semua orang sudah menganggapmu sebagai wanita yang kotor. Aku memberimu dua pilihan," ucap Bhaltair dengan mata terkulai. Kain merah kotak-kotak di pinggangnya yang seharusnya terlihat agung justru tampak kusam dan suram.

"Pilihan apa?" Suara Lorraine nyaris tak terdengar.

"Menikah dengan pria itu atau berdiri di belakangku membantu mengurus perkebunan? Jika kau memilih menikah, aku berjanji reputasimu akan pulih. Dan kau mungkin akan menjadi istri yang bahagia dengan beberapa keturunan."

"Bagaimana jika aku memilih mengurus perkebunan?" tanya Lorraine sambil menggertakkan gigi.

Ayahnya menatap dengan dingin. "Maka jangan pernah berpikir kau masih bisa bersenang-senang. Karena sejak saat itu, kau akan diasingkan dan hanya bisa hidup dalam bayang-bayang!"

Lorraine mengepalkan telapak tangannya. Tanpa ragu dia menjawab tegas, "Aku tidak akan menikah dengan siapa pun."

Sesaat ekspresi wajah Bhaltair menggelap, giginya saling bergemeletuk, sebelum akhirnya dia berbalik badan menuju pintu. "Jangan menyesal dengan pilihanmu," desisnya yang kemudian membanting pintu.

Kedua mata Lorraine terpejam. Lalu hidupnya hancur sejak hari itu.

"Lady, undangan dari Bac." Suara Tira membangunkan lamunan Lorraine. Dia melihat surat undangan di tangan pelayan pribadinya yang diangsurkan ke meja. "Jika Your Ladyship tidak ingin hadir, katakan saja pada Milord."

Lorraine tidak membalas. Surat itu berpindah ke tangannya, lalu terbuka. Pesta tahunan para laird di seluruh Highland Skotlandia akhirnya tiba. Undangan itu sampai di tangannya, yang berarti ayahnya ingin dia datang.

Akhir-akhir ini dia memang sudah memikirkan tentang pesta itu. Sejujurnya dia tidak ingin datang, pasti akan ada banyak wajah-wajah yang tidak disukainya. Namun, ayahnya pasti sengaja melakukan ini.

"Tidak apa-apa. Kita akan datang," ucap Lorraine dengan datar. "Siapkan pakaianku. Aku tidak ingin terlalu mencolok malam ini. Jangan membuat kesalahan, Tira."

"Baik, My Lady."

Tira mengeluarkan pakaian untuk lady-nya. Gaun biru muda berbahan sutra murahan dengan potongan yang sederhana, korset dan kamisol senada, diletakkan di atas ranjang. Wig serta topeng juga dikeluarkan.

Wajah Tira tampak menimbang-nimbang, mungkin berpikir apakah pakaian itu akan cocok untuk sang lady. "Itu cocok. Aku akan memakainya. Jangan lupa siapkan kain pengikat dada," ujar Lorraine.

Tira langsung menoleh, lalu tatapannya tertuju ke arah dada Lorraine yang penuh di balik pakaian. Ada penolakan di balik wajahnya. "Itu tidak akan berhasil," katanya. Dengan ukuran sebesar itu, apa kain pengikat akan berhasil memperkecil?

"Aku akan mengaturnya." Lorraine segera berdiri setelah mengatakan itu. Suaranya terdengar dingin. "Sudah kukatakan, jangan mencolok!"

"Baik, saya mengerti," lirih Tira. Menjadi pelayan pribadi Lorraine selama bertahun-tahun membuatnya mengerti bagaimana karakter sang lady. Sejak kejadian malam itu, sikapnya memang banyak berubah. Ini masih belum seberapa jika dibandingkan dengan seberapa ketusnya Lorraine pada masa awal-awal kejatuhan hidupnya.

"Siapkan air rendaman untukku," perintah Lorraine kemudian, "gunakan aroma lavender."

"Baik."

Tira memenuhi semua keinginan Lorraine. Beberapa saat kemudian persiapan mandi sudah selesai dan Lorraine pun memasuki bak mandi yang terbuat dari timah. Aroma lavender yang menenangkan langsung memasuki hidungnya.

Dia bersandar di dinding bak. Kedua matanya terpejam. "Semua orang sudah pergi," ucapnya lirih.

"My Lady mengatakan sesuatu?"

"Kenapa kau tetap tinggal bersamaku?" Kemudian Lorraine membuka matanya, menatap dalam pada Tira, lalu menyiram bahunya yang telanjang dengan air yang mengucur dari sela-sela jari lentiknya. "Apa kau tidak bosan?"

"Semua orang pergi. Itulah kenapa saya tetap di sini, agar Your Ladyship tidak sendirian." Tira melangkah ke belakang bak mandi. Tangannya turun memijat pundak Lorraine. Kulitnya yang halus langsung menyambut telapak tangannya.

"Saya akan mendengarkan apa pun jika ada yang ingin Anda katakan," lanjutnya.

Lorraine terdiam sambil menikmati pijatan Tira. Hanya wanita itu yang mau bertahan bersamanya. Wanita itu yang menjaga dan menemaninya setelah hidupnya berubah menjadi kacau.

"Maaf, aku banyak menyusahkanmu."

"Tidak. Saya tahu jelas apa yang terjadi. Hari itu, bukankah para lady di Hell's Pleasure yang memulai? Mereka bertindak begitu jauh, tetapi kenapa Your Ladyship bungkam sampai sekarang?"

Emosi di hati Tira membuat pijatannya mengencang. Lorraine merintih lalu pijatan Tira terlepas. "Maaf ...."

Lorraine menggeleng. Beberapa saat kemudian berkata, "Siapa yang akan bisa percaya padaku? Tidak ada bukti dan reputasi banyak orang akan dihancurkan. Bahkan jika mereka diam, beberapa laird tidak akan membiarkanku hidup dengan baik."

"Lalu kenapa Lord Bhaltair tidak berbuat apa-apa?"

"Ayahku ... mungkin terlihat kejam, tetapi sebenernya dia melakukan ini agar orang-orang itu merasa tenang. Jika aku berkeliaran dengan bebas, mereka akan merasa cemas dan mungkin akan melakukan sesuatu. Terutama untuk membahayakanku."

Tira menjadi cemas. Dia segera berjongkok di sisi bak mandi, lalu menatap Lorraine dengan waspada. "Kalau begitu jangan pergi ke pesta ini," ucapnya dengan sungguh-sungguh. Pesta tidak lebih penting dari nyawa sang lady.

"Tidak ada yang akan mengenaliku. Jangan khawatir."

Akhirnya Tira berusaha keras mengatur penampilan Lorraine. Setelah selesai mandi, dia membantu majikannya mengenakan pengikat dada yang cukup kuat hingga ukurannya yang besar mampu disamarkan.

Lorraine mengenakan korsetnya yang terasa longgar. Mungkin berat badannya menyusut berkat kekhawatirannya selama beberapa hari ini pada pesta yang akan dilaksanakan, atau mungkin juga karena dadanya yang diikat.

Gaun birunya berhasil melekat di tubuh. Meskipun tampak kebesaran, tetapi tidak terlihat terlalu buruk. Wignya disisir, lalu dipasang untuk menutupi rambut cokelat terangnya. Tira pun membedaki wignya beberapa kali.

Tak terasa kesibukan itu sudah memakan banyak waktu. Kini matahari hampir tenggelam. Perjalanan memang cukup jauh jadi mereka tidak bisa berangkat terlalu malam.

Penampilan palsu Lorraine terlihat lembut dan datar. Seharusnya tidak ada daya tarik apa pun untuk pria mana pun. Dan dia merasa lebih aman. Setidaknya dia tidak ingin membuat masalah dengan para pria di sana.

Sudah hampir tujuh tahun 'Lorraine sang Penggoda' menghilang dari publik. Sekarang hanya ada Lady Jillian, asisten Bhaltair yang membantu mengurus perkebunan MacLaren. Tujuh tahun menghilang dan Lorraine berharap tidak ada orang yang mengenalinya.

Kain yang mengikat dada membuatnya sesak napas. Namun, dia tidak memedulikan itu. Topeng bulu yang sederhana dipasang di wajah. Akhirnya dia pun melangkah keluar dari kamar menuju ruang utama kastel MacLaren.

"Lady Jillian, Milord sudah menunggu."

"Terima kasih," ucap Lorraine sambil mencengkeram kipas lipatnya. Berkali-kali dia menekankan keyakinannya. Barangkali inilah saat untuk menemukan titik balik dalam hidupnya.

Bạn cũng có thể thích

Battle Divorce

[ Jadilah istri Maxim von Waldeck hanya dalam nama. ] Itulah tugas sederhana yang diberikan kepada Daisy, seorang mata-mata dari pasukan revolusioner. Maxim von Waldeck, seorang tentara bayaran yang lahir di luar nikah, dikenal sebagai anjing pemburu keluarga kerajaan. Ia dikirim ke garis depan sebagai umpan meriam, dengan peluang selamat yang nyaris nol. Tak ada wanita yang rela mengambil peran sebagai janda sebelum waktunya. Rencananya mudah: berpura-pura menjadi istrinya selama perang, lalu melarikan diri sebelum kerajaan jatuh setelah kekalahan mereka. Jika ia berhasil, imbalan besar menantinya—cukup untuk pensiun dengan nyaman. “Aku akan segera kembali, istriku.” Ya, senang bertemu denganmu. Beristirahatlah dalam damai. “Kita akan menyempurnakan pernikahan ini saat aku kembali.” Mimpi yang tinggi, bukan? Semoga arwahmu tenang. Daisy mengira itu hanyalah impian kosong seorang pria yang mendambakan masa depan bahagia. Namun kemudian— [ Maxim von Waldeck Meraih Kemenangan Besar yang Tak Terduga! ] Segalanya berbalik jauh dari yang ia duga. [ Pahlawan Nasional, Grand Duke Waldeck! Apa yang paling Anda nantikan saat kembali ke rumah? ] [ Memeluk istriku tercinta, Daisy, dalam dekapanku. ] Tidak mungkin. Ini pasti kesalahan cetak. Namun, Maxim von Waldeck adalah pria yang menganggap janji lebih berharga dari nyawanya sendiri. "Aku pulang, istriku." Dengan kata-kata itu, ia tiba-tiba menarik Daisy ke dalam pelukannya. Mata Daisy berputar panik, tak percaya akan tingkahnya yang tak terduga. “Haruskah kita menuju kamar sekarang?” “Apa?” Ia berbisik lembut di telinganya, senyum malas terukir di bibirnya. “Maaf, tapi aku sedikit terburu-buru.” Tubuhnya terasa berat dan panas, bagian depan celananya menegang, seakan siap meledak kapan saja. ‘Apakah bajingan ini seorang maniak mesum?’ Bisakah Daisy menceraikannya sebelum penyamarannya terbongkar?

serenaserenity · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
15 Chs

Pangeran Bertopeng

``` "Itu adalah permainan bertahan hidup." Kekaisaran Alfaros yang agung sedang dalam kekacauan. Pangeran Regan akan kembali dari medan perang setelah empat tahun. Dulu, ia adalah pangeran tercantik di Kekaisaran. Ironisnya, pangeran yang sama hari ini dikenal sebagai Pangeran Bertopeng. Ada cerita yang mengatakan bahwa dia memiliki bekas luka besar di wajahnya, wajah yang dulu sangat tampan. Bekas luka itu begitu mengerikan hingga Kaisar merasa takut saat melihatnya dan mengirimnya kembali ke medan perang. Tapi perang telah usai. Dan ia akan kembali. . . . Memandang mata hijau yang tidak berkedip sekalipun melihat wajahnya yang penuh bekas luka, Regan terkejut sejenak. Pada saat yang sama, ada sesuatu yang berkilat di matanya yang dingin ketika ia melihat betapa tenangnya dia. "Siapa namamu?" "Evelyn, Yang Mulia" "Evelyn..." Regan mengecap nama tersebut di bibirnya. Mata merahnya menatap wajahnya yang sepenuhnya kosong dan dia berkata "Evelyn, kamu akan menjadi budak pribadi saya mulai hari ini." Evelyn terlihat tenang. Namun, seiring waktu berlalu, Evelyn menyadari bahwa Regan menginginkan lebih. Jauh lebih banyak dari yang bisa dia berikan. Dia mencoba untuk menghentikannya. Tapi apa yang akan dia lakukan ketika sang pangeran dengan paksa meletakkan hatinya di tangan dia dan bersikeras untuk mengambil hatinya? Akan kah Evelyn kemudian memilih untuk menjauh atau untuk melanjutkan? Terlebih pada saat ketika horor masa lalunya mengeyani hatinya __________ Kisah ini adalah bagian dari kontes jadi jika Anda menikmati membacanya, silakan dukung untuk mendorong penulis. Sebagai balasan, saya jamin Anda bahwa alur cerita tidak akan mengecewakan Anda karena penuh dengan lika-liku. Cover milik saya. Dibuat oleh: Lay Lee ```

Ada_5253 · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
291 Chs

số lượng người đọc

  • Đánh giá xếp hạng tổng thể
  • Chất lượng bài viết
  • Cập nhật độ ổn định
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới
Các đánh giá
Ôi! Bạn sẽ là người đánh giá đầu tiên nếu bạn để lại đánh giá của bạn ngay bây giờ!

HỖ TRỢ