webnovel

Saksi Kunci

Briptu Shinta memasuki ruangan interogasi. Disana ada atasannya dan seorang wanita dengan seragam pom bensin. Wanita ini berkulit sawo matang terbakar matahari,. dengan rambut dikuncir ekor kuda dan di pelipisnya terlihat sebuah garis kemerahan yang menandakan kalau ia baru saja melepas topinya. Briptu Shinta mencoba mencocokan dengan wanita pemilik kontrakan. Tetapi bentuk tubuhnya yang tergolong pendek dan agak berisi itu sepertinya tidak sama dengan wanita pemilik kontrakan ataupun ibunya Aditya. Lagipula wanita di depannya ini melampirkan KTP dan tanda pengenal di pom bensin tempatnya bekerja. Briptu Shinta sendiri pernah melihat wanita ini beberapa kali di pom bensin dekat kantornya berada. Briptu Shinta membaca nama di KTP wanita tersebut. "Mbak Wiwiek Winarsih, betul?" tanyanya. "Betul Bu." jawab Wiwiek. "Jadi informasi apa yang kamu punya? " tanya Briptu Shinta kembali. "Saya melihat berita pagi tadi, mengenai wanita yang mengaku pemilik kontrakan itu. Saya rasa saya pernah melihatnya di pom bensin Bu!" kata Wiwiek. "Yang bener mbak? yakin gak salah orang?Kamu ingat jelas kejadiannya?" tanya Briptu Shinta yang masih skeptis. "Bener Bu!! saya yakin seratus persen karena aneh Bu!! Lagipula saya ini ingatannya kuat Bu, saya jadi karyawan teladan, soalnya saya jarang melupakan orang, jadi sama pelanggan saya selalu ingat. Saya juga ingat ibu, sering isi bensin di om bensin saya juga kan Bu?" kata Wiwiek. "Hehehe bener mbak, trus anehnya itu aneh gimana mbak?" tanya Briptu Shinta. "Jadi awalnya ada ibu-ibu cuantiiik buangeet naik mercy warna merah marun, tapi gak beli bensin, melainkan langsung parkir di depan toilet. Saya pikir dia kebelet, ibu itu menghilang ke dalam toilet saya sibuk lagi melayani pelanggan yang hendak membeli bensin, tapi kok lama sekali ibu itu tidak keluar-keluar. Didalam toilet itu ada dua wc, tapi hanya satu yang berfungsi. Satunya rusak! Dan kondisi toilet pagi itu tidak ramai. Hanya ibu itu saja yang ke toilet. Sesibuknya saya biasanya orang keluar dari toilet akan terlihat saya karena letaknya masih dalam pandangan saya. Tetapi saya tidak pernah melihat ibu cantik itu keluar, yang saya lihat hanya seorang perempuan lusuh yang mirip dengan yang di beritakan di berita pagi ini." kata Wiwiek. "Lalu, ibu yang lusuh itu pergi kemana?" tanya Briptu Shinta. "Wah, gak tahu saya, yang jelas keluar dari pom bensin ke arah kanan. Yang Saya bingung adalah ibu cantik itu tidak pernah keluar, lalu ketika saya sedang sepi saya ke toilet, takutnya ibu cantik itu pingsan atau sakit kan? tapi toiletnya kosong Bu! lalu saya lihat ke WC yang rusak, eh.. ada tas Tote bag bermerk ketinggalan di belakang pintu, didalamnya ada baju yang tadi dipakai ibu cantik itu Bu!! saya bingung kemana perginya ibu itu, masa dia keluar gak pakai baju ya Bu?" kata Wiwiek dengan pandangan bingung. Sepertinya Wiwiek tidak terlalu cerdas. "Lalu?" kata Briptu Shinta mengembalikan cerita Wiwiek ke jalurnya. "Lalu tasnya saya kembalikan lagi ke belakang pintu, niatnya mau saya jagain, tapi saya gak mungkin bawa-bawa tas bagus gitu kerja, jadi saya tinggal disana hanya saja saya selalu perhatikan siapa saja yang masuk. Nah kira-kira sejam kemudian, ibu yang lusuh itu datang lagi dan langsung masuk ke toilet. Saya deg-degan, takutnya dia nyuri tasnya ibu cantik. saya tungguin ada kali lima belas menitan Bu! Ibu lusuh gak keluar-keluar!! Yang keluar malah si ibu cantik itu!! Saya lega karena tas Tote bag ada di cangklongin ke pundaknya. Ibu cantik itu langsung naik ke mercy marunnya dan segera pergi tanpa membeli bensin!! Nah ini lagi nih yang paling aneh Bu ..tahu gak Bu, saya tungguin sampai sore, ibu lusuh itu tidak keluar lagi Bu! sudah saya cari berulangkali ke seluruh penjuru toilet, bahkan ke toilet pria, gak ada Bu!! aneeehhh!!!" seru Wiwiek. "Hmmmm.." Briptu Shinta juga bingung dengan Wiwiek yang ternyata masih menganggap ibu cantik dan ibu lusuh adalah individu yang berbeda. Akhirnya ia memilih tidak menjelaskan pada Wiwiek, ia mengambil selembar kertas yang berisi sketsa yang dibuat Lastri dari kesaksian Agustine semalam. Ia meletakkan sketsa itu di depan Wiwiek, maksud hati ingin menanyakan apakah ibu cantik itu terlihat serti sketsa ini atau tidak, tetapi belum juga terucap Wiwiek sudah nyeletuk, "Naahhh.. itu ibu cantik!! wah bagus gambarnya, bajunya juga sama.. ini baju yang dipakai waktu ke toilet di pom bensin Bu!" kata Wiwiek dengan polos. Lalu Briptu Shinta mengeluarkan foto dari CCTV, terlihat ibu pemilik kontrakan ketika sedang memberi laporan kepada Bripda Anton. Kali ini Wiwiek pun langsung bereaksi, "Ibu lusuh!!" serunya lalu kedua alisnya menyatu, keningnya berkerut. "Mereka ini pelaku pengeboman ya Bu? sakti ya? jangan-jangan pakai ilmu hitam Bu! makanya ibu cantik gak pakai baju! Hati-hati Bu berurusan dengan ilmu hitam, mending ibu cari orang pintar!" kata Wiwiek serius. "Enggggg.... mm...kalau begitu terimakasih atas kerjasamanya Mbak Wiwiek. Nanti kalau tertangkap, apakah mbak bersedia jadi saksi?" tanya Briptu Shinta. Kesaksian Wiwiek memang telah menguatkan dugaan Dewi terlibat dalam pengeboman itu, walaupun mungkin dia sendiri yang memasangnya tetapi Dewi lah yang menyuruh polisi untuk datang kesana. Biru Shinta berencana menangkap Dewi secepatnya. "Wah mau Bu! saya belum pernah jadi saksi! seru ya Bu!" kata Wiwiek polos dan malah senang bisa membantu. Briptu Shinta mengantar Wiwiek keluar sambil mengulurkan kartu namanya. "Hubungi saya kalau ada yang aneh, atau kalau kamu butuh bantuan. Mulai sekarang kamu harus hati-hati, kalau ada orang mencurigakan mengikutimu segera telpon aku!!" kata Briptu Shinta. "Baik Bu, makasih Bu!!" kata Wiwiek pamit lalu segera pergi kembali bekerja dengan wajah berbinar-binar. "Ah biarlah nanti kalau dia cerita sama temannya biar temannya itu saja yang menjelaskan. Mungkin temannya lebih pintar." gumam Briptu Shinta. Ia naik ke kantornya berada dan menuju mejanya. Di meja kerjanya ia langsung meraih telepon dan menelepon Aditya. "Positif ibumu terlibat! Dimana dia?" tanya Briptu Shinta. "Sudah kuduga, mengapa ia menargetkan Briptu Agus? dan aku tidak tahu dimana ibuku berada saat ini, kemungkinan besar dengan paman Arganta tetap sejak kemarin kami mencari kami belum menemukan mereka dimanapun.." kata Aditya. "Kami akan bantu mencarinya juga!" kata Briptu Shinta. Lalu mereka menyudahi percakapan itu. "Hmmm.. pasti keluarga Bhagaskara sudah mengerahkan tenaga mencari Dewi, kepolisian juga sama sudah mengerahkan seluruh tenaga mencari mereka." gumam Briptu Shinta sambil melihat rekan-rekan polisinya berkutat dengan komputer masing-masing. "Tapi aku mau jalan pintas ah!" kata Briptu Shinta lalu mengetik pesan pada Agustine. "Kau ada dimana?"

Agustine menerima pesannya lalu membalas, "Di RS bersama adikku yang menjelma menjadi pasien super nyebelin!"

"Dewi Bhagaskara menghilang, dialah wanita yang kau lihat. Bisa kah kau melihat dia sedang ada dimana?" tanya Briptu Shinta. "Waahh kau serius minta bantuanku? hmm sudah mulai malas rupanya!!" balas Agustine. "Agustineeeee!!" balas Begitu Shinta. "Akan kucoba, tapi tidak mudah karena aku tidak berada dekat dengan Dewi atau benda-benda milik Dewi." balas Agustine. "Baiklah, kutunggu!! Segera kabari aku!!" Briptu Shinta kembali memberi perintah. "Siap bos!!" balas Agustine.

Briptu Shinta menunggu dengan resah sambil jarinya sibuk di atas tuts komputernya. Tak berapa lama kemudian Agustine memberi jawaban. "Nihil, aku harus berada dekat orangnya ataupun benda kepunyaannya." tulis Agustine dalam pesannya. "Arrgghh sial!!" umpat Briptu Shinta. Tiba-tiba ia mendapat ide tetapi sebelumnya ia harus meminta izin pada beberapa orang yang bersangkutan.