webnovel

Pernikahan yang Ku Sesali

Lydia Minora Tan adalah seorang wanita muda cantik dan sukses, di usia 25 tahun dia sudah mendapat berbagai gelar mentereng seperti B.A, MBA, PhD. Diusia 16 tahun dia sudah lulus SMA karena 2 kali ikut program kelas akselerasi di SMP dan SMA. Sebagai anak orang terkaya di daerah Jogja, dia juga mewarisi banyak perusahaan dari ayahnya. Prestasi cemerlang di pendidikan berbanding terbalik dengan kehidupan percintaannya. Lydia sama sekali belum pernah pacaran. Sebagai penganut kristiani yang sangat ketat dan taat, keluarganya tidak memperbolehkan ia berpacaran karena takut terjerumus ke dalam dosa. Lydia yang baru berusia 25 tahun sudah menjabat sebagai direktur utama di salah satu anak perusahaan milik keluarganya. Sebagai keluarga kaya dan terhormat, Hariyanto Tan, ayah Lidya, sangat menjaga citra keluarganya. Sehingga diusia 25 tahun, merupakan usia wajib sudah menikah bagi wanita di keluarga Tan. Begitupun dengan Lydia, dia pun diharuskan menikah dengan laki-laki pilihan keluarganya apabila ingin mendapat jatah warisan keluarga. Sebagai anak satu-satunya di keluarga Hariyanto Tan, mau tidak mau mengikuti perintah ayahnya untuk menikah dengan Ardi, anak angkat dari William Wongso. Walaupun Ardi hanya anak angkat, tetapi William sangat sayang kepada Ardi, itu dikarenakan Ardi adalah anak dari adik perempuan Wiliam yang meninggal bersama suami dan anak bungsunya karena pesawat yang ditumpangi mengalami kecelakaan. Selain itu William yang juga ditinggal meninggal oleh istri dan anak perempuan semata wayangnya akibat tersapu tsunami saat liburan di Puket tahun 2004 membuat Ardi menjadi satu-satunya ahli waris William apabila dia meninggal. Namun Ardi yang dari luar terlihat sempurna sebagai seorang dokter yang baik dan penuh perhatian rupanya aslinya adalah seorang playboy kelas kakap dan egois. Setelah 2 tahun menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik jelita, sifat Ardi yang sebenarnya mulai muncul Apakah yang akan dilakukan Lydia? Apakah akan mempertahankan pernikahannya demi nama baik keluarga atau bercerai dengan Ardi?

Aprock410 · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
14 Chs

Hari Mingguku

"Nak, duduk dulu disini" ujar papaku mengajakku duduk dikursi tamu setelah Ardi pergi.

"Iya Pa.." aku menuruti perintah papa dan duduk di kursi tamu berhadapan dengan papa dan mama.

"Kami mau tanya.. Bagaimana perasaanmu dengan Ardi?" Papaku menanyakan langsung pendapatku mengenai laki-laki yang dijodohkan denganku tanpa basa-basi

"Ya gitu Pa.." jawabku singkat.

"Sepertinya kamu nyaman bersama Ardi, kalau iya, biar kita cepat resmikan saja kalian untuk bertunangan. Sepertinya Ardi anak yang baik" ujar mama menambahkan.

"Lydia minta waktu 1 bulan ya, Lydia mau jalanin coba jalanin dulu, setidaknya maju ke jenjang pacaran dulu ya Pa.. Kalau perasaan ini tidak berubah ya Lydia ikuti permintaan Papa dan Mama" pintaku pada papa dan mamaku.

"Baiklah.. Sebulan ya.. Kalau kamu masih tetap bisa bertahan dengan Ardi serta makin dekat Papa dan Mama akan meminta oom William untuk menyegerakan pertunangan kalian berdua" ujar papaku.

"Ok.. Mama setuju.. Tapi saran mama tidak usah terlalu lama memikirkan dan ragu-ragu lagi, tidak ada salahnya juga kamu bersama Ardi.. Secara bibit, bebet dan bobot dia bagus semua.. Dia masi cucu dari Widjaya Salim, salah satu orang terkaya di Asia di era 60-an yang akhirnya memutuskan menikah dengan putri salah satu bangsawan pribumi Jawa dan menganti kewarganegaraanya menjadi orang Indonesia. Sudah begitu latar ekonomi William,papa angkat Ardi, juga termasuk 10 besar orang terkaya di Indonesia, serta Ardi sendiri adalah calon dokter Bedah. Apalagi yang perlu diragukan, perilaku dan tutur katanya sopan dan terpelajar pula" tutur mamaku memberi pengertian padaku.

"Iya Ma.. Lydia mengerti. Tapi ini kan berkaitan dengan perasaan. Kalau perasaan cinta kan tidak bisa dipaksakan"ujar aku memberikan argumen.

"Ya tapi selama selalu bersama nanti cinta akan tumbuh dengan sendirinya seiring waktu" bantah mamaku.

"Ya tapi.."

"Sudah!! Jangan bertengkar!! Kamu jalani dulu 1 bulan kedepan. Kalau akhirnya kamu tetap memutuskan tidak mau ya sudah kamu harus cari pengganti yang setara dengan Ardi, kalau ngga ya kami tetap langsungkan perjodohan ini" Seru Papa memberi keputusan dan memotong pertikaian mulut antara mama dan aku.

"Iya Pa" jawabku dengan lesu.

"Iya suamiku" jawab mama tersenyum dengan keputusan papa.

"Baiklah.. Kamu gosok gigi, cuci muka lalu istirahat. Sudah tengah malam" perintah papaku sembari melihat jam rolex Bao Dai 6062 dipergelangan tangan kirinya yang menunjukan pukul 1.30 dini hari.

Aku melangkah pergi dari ruang tamu meninggalkan kedua orangtuaku untuk ke kamar mandi. Setelah gosok gigi, cuci muka aku mengganti baju piyama lalu naik ke atas kasurku. Sebenarnya aku akui aku memang tertarik pada pandangan pertama dengan Ardi, tapi entah kenapa ada sesuatu perasaan mengganjal yang tidak enak selalu muncul saat aku memikirkan Ardi. Tapi sudahlah hari juga sudah larut, lagipula papa memberi kesempatan untukku mengenal lebih lanjut Ardi selama sebulan kedepan, jadi aku jalani dulu saja hubungan ini, toh aku dan Ardi belum berpacaran.

‐-------

Toktoktok.. Suara ketukan pintu membangunkanku. "Nona Lydia, makan pagi sudah tersedia, Nona ditunggu Tuan dan Nyonya di meja makan" ujar Bibi Atun dari luar kamar memanggilku.

"Iya Bi,terimakasih lima menit lagi aku turun" ujarku sembari bangun dari tidurku, melihat ke jam dinding di samping kiri ranjangku, waktu sudah menunjukan pukul 08.00, lalu berjalan ke depan cermin merapihkan rambutku lalu turun ke bawah ke ruang makan.

"Selamat pagi putriku yang cantik. Bagaimana tidurmu tadi malam nak? Nyenyak? Mimpi indah?" tanya papaku penuh aura kasih sayang.

"Pagi Pa.. Ma.. Nyenyak kok Pa.. Tapi aku lupa mimpi apa" Jawabku sembari duduk lalu mengambil omelete dan sosis sapi yang tersaji di depanku ku taruh di piringku.

"Hahahahahaha.. Baiklah!!" tawa papa menggelegar mendengar jawabanku.

"Apa rencana kegiatanmu pagi sampai siang ini nak? Jangan lupa kita boarding jam 19.30 jadi maksimal 1 jam sebelum jam keberangkatan kita harus sampai airport untuk check in" ujar papa sembari juga mengingatkan.

"Aku ngga ada rencana kemana-mana Pa.. Dirumah aja, sembari mengecek laporan proyek baju ekspor yang dikirim anak-anak kantor di laptop Pa.." uraiku mengenai rencana kegiatanku pagi hingga siang ini.

"Ok.. Kalau begitu Papa mau ke spa saja sama Mama.. Badan Papa pegal-pegal setelah kemarin sore main tennis bareng Oom Wisnu di Senayan."

"Ok Pa.. Oh iya.. Kemarin Koko Ardi nawarin menjemput kita, katanya Koko naik pesawat yang sama dengan kita, jam 19.30 malam. Bagaimana Pa?" tanyaku pada papa.

"Wah boleh.. Baik sekali ya tu anak. Biar Kamu dan Ardi bisa saling kenal" jawab papa sembari tersenyum lebar.

"Iya.. Ide bagus dari Ardi. Jam berapa dia mau jemput?" Tanya Mama.

"Belum tau Ma.. Aku bilang kemarin aku menanyakan persetujuan papa mama terlebih dahulu terkait usulan Ardi" terang ku pada mama.

"Ya sudah, kamu hubungi saja bilang papa dan mama mau kalau Ardi tidak keberatan. Tanya dia mau jemput jam berapa." pinta mama kepada ku memohon konfirmasi ke Ardi terkait jam ia akan menjemput kami.

"Baik Mama.. Setelah makan aku akan tanyakan" jawabku pada mama.

Kami lalu melanjutkan makan pagi kami dengan santai. Setelah selesai makan aku pergi ke kamar mandi untuk membasuh diri karena aku belum mandi dari malam dan badanku terasa gatal. Setelah hampir 1 jam lamanya aku menikmati guyuran air hangat, aku keluar kamar mandi dengan perasaan segar dan penuh semangat. Aku mengambil laptop dari tas kerjaku, duduk diatas kasurku lalu sembari setengah berbaring aku menyalakan laptopku untuk bekerja.

‐-------

Blink suara ringtones handphone Ardi berbunyi menandakan ada satu pesan whatsapp baru masuk. Ardi berhenti mengayuh sepeda statiknya lalu mengeluarkan handphone samsung galaxy note 3nya.

[Ko.. W uda tanya Papa Mama.. Mereka setuju Koko jemput. Koko mau jemput jam berapa?] pesan whatsapp masuk itu rupanya dari Lydia menanyakan perihal rencana Ardi menjemput mereka untuk berangkat bersama ke bandara.

[Jam 16.30 Koko tiba di rumahmu paling lama] Ardi menulis membalas pertanyaan Lydia.

[Ok. Koko lagi apa?]

[Lagi sepedaan]

[Siang-siang begini sepedaan? Apa ga terik? Jam 1 siang lho ini.] tanya Lydia kaget membaca jawabanku.

[Wkwkwk.. Sepeda static kok.. Di gym] jawabku sembari senyum-senyum sendiri.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri? tanya Perempuan cantik berambut pirang disebelah Ardi.

"Ngga ini temanku lucu" jawab Ardi singkat.

"Ooo.. Okok.. Ayok lanjut sepedaan lagi" ajak perempuan cantik dengan balutan tank top pink dan hot pants hitam itu kepada Ardi.

"Iya sebentar ya, aku jawab wa temenku ini dulu" jawab Ardi padanya.

"Oke." Perempuan itu menggenjot lagi pedal sepeda staticnya dengan cepat dan penuh konsentrasi.

[Ooo sepeda statik] tulis Lydia di whatsapp.

[Ok. Ntar kita ketemu ya jam 16.30, aku olahraga dahulu. Bye] tulis Ardi menutup pembicaraan.

Dia melanjutkan kegiatannya sembari sekali-sekali bersendau gurau dengan perempuan cantik yang sedang melakukan olahraga sepeda statik disamping sepeda statik yang Ardi naiki.