webnovel

Pernikahan Darurat

Shareen Navirene adalah gadis dengan mata sipit yang menderita heterochromia, langganan dibully membuatnya sangat takut untuk keluar tanpa kacamata cokelat. Ia sangat beruntung mempunyai kedua sahabat yang bisa menerima keunikannya tersebut. Namun, sayangnya salah satu sahabat dari Shareen yang bernama Mikaely membuatnya terjerumus dalam suatu hubungan. Mikaely yang seharusnya waktu itu menikah dengan kekasihnya kabur begitu saja di hari pernikahannya. Hal tersebut membuat keluarga kekasih Mikaely sangat malu, demi menutupi rasa malu keluarga dan pembatalan acara, ibu dari calon pengantin pria ini meminta tolong pada Shareen untuk menggantikan Mikaely sebagai pengantin wanita. Lalu, apa yang akan terjadi sehingga Shareen menerima permintaan ibu calon pengantin pria? Apa yang terjadi sehingga ibu pengantin pria tersebut meminta Shareen untuk menggantikannya? Apa penyebab Mikaely kabur begitu saja tanpa alasan? Akankah hadir cinta dari pernikahan yang terpaksa ini? Temukan jawabannya di cerita ini, ya!

prncssnaa · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
153 Chs

16. Orang Tua

Hari ini adalah hari yang paling menyenangkan bagi Shareen, ia akan menemui orang tuanya setelah beberapa minggu tidak bertemu dikarenakan kesibukan masing-masing. Shareen yang sibuk dengan segala urusan kantor dan meeting-meeting antar petinggi perusahaan, sedangkan kedua orang tuanya yang mengurus bisnis cabang di setiap negara yang membuat mereka bertiga tidak memiliki waktu kosong bersama.

Seperti yang sudah Shareen ceritakan bahwa ia adalah anak tunggal dari sepasang suami istri bernama Aditya dan Audrey. Sepasang suami istri yang sangat terkenal di ranah bisnis sampai Shareen selalu dihormati dengan sangat ketika menyebut keduanya. Kebetulan malam ini juga ia akan menginap di rumah yang sudah lama tidak ia kunjungi, rumah orang tuanya yang ada di Singapura.

Shareen mengendarai mobil secara perlahan, namun pasti. Mengendarai dengan penuh rasa bahagia dan senyum yang tak pernah luntur dari bibirnya, tak jarang menyanyikan lagu yang juga terputar di radio mobilnya. Membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk sampai ke rumah kedua orang tua Shareen dari rumah Shareen sendiri. Setelah sampai, gadis dengan dress tosca itu langsung memasuki rumah mewah dengan tiga lantai dan menyapa para asisten rumah tangga yang menyambutnya.

"Oh anakku! Anak bandel banget! Udah berapa lama kita gak ketemu coba, Sayang? Apa kamu gak kangen sama mamahmu ini sampai gak pernah pulang?" tanya Audrey dengan sangat sinis, membuat Shareen langsung menggeleng dengan cepat. Rautnya dibuat sesedih mungkin untuk meyakinkan mamahnya.

"Mamah kangen banget sama kamu tau! Rasanya masih gak nyangka aja kalau sekarang kamu jarang di rumah ini, jarang nemuin mamah, jarang ada waktu buat mamah, jarang makan bareng mamah sama papah. Putri mamah yang satu ini selalu aja sibuk sama urusan kantornya!" lanjut Audrey dengan air mata yang sudah menetes secara perlahan. "Kangen!" rengeknya.

Shareen menghapus jejak air mata yang turun di wajah cantik ibunya itu, dengan kecupan di mata Audrey, membuat bibir Shareen merasakan asinnya air mata dari seorang ibu. "Mamah jangan ngomong kayak gitulah! Shareen juga kangen banget sama mamah. Tapi mamah kan tau sendiri gimana keadaan kantor, mau gak mau, suka gak suka harus Shareen urus segalanya dengan benar. Kan mamah sendiri yang selalu doain Shareen supaya jadi perempuan yang sukses dengan usaha dan kerja keras dirinya sendiri. Shareen selalu terinspirasi sama mamah yang kuat ini." Shareen memeluk tubuh kekar ibunya, tubuh wanita paruh baya yang usianya sudah menginjak kepala lima.

"Harus, mamah juga yakin kalau kamu pasti bisa jauh lebih sukses dari mamah. Mamah yakin itu. Oh iya, papah kamu ketiduran di kamar padahal dari tadi nungguin putri cantiknya, gih kamu samperin di kamar! Dia pasti bahagia banget bisa ketemu kamu."

Shareen menurut, ia langsung bergegas ke kamar orang tuanya yang ada di lantai dua dan memasuki ruangan tersebut. Saat membuka pintu, sudah terlihat jelas tubuh letih dari pria yang selama ini sudah Shareen sebut sebagai papah.

"Pah!" panggil Shareen dengan tatapan nanar. "Bangun, Pah! Shareen udah ada di sini," lanjutnya dengan sedikit lebih keras membuat pria paruh baya itu terbangun dan tersenyum manis.

"Anak papah udah pulang ternyata. Papah sampai ketiduran nungguin kamu, Sayang. Gimana kabar kamu? Baik? Gak kesusahan apapun juga, kan?" tanya Aditya dengan nada khawatir.

Shareen mengangguk dengan senyum manis yang tak henti-hentinya terukir di bibir tipisnya. "Papah jangan khawatir sama Shareen, Shareen baik-baik aja kok, Pah. Gak ada kekurangan sedikit apapun. Kabar papah sendiri gimana? Papah kan udah sering capek, jangan terlalu kerja yang buat tubuh merasa diforsir. Shareen gak mau papah kenapa-kenapa."

Aditya menepuk pundak putrinya dengan baik. "Papah juga baik, dong. Papah kan udah tua, Sayang. Masih ada target hidup yang memang harus papah capai sesegera mungkin sebelum Tuhan memanggil. Kamu tenang aja, papah jauh merasa lebih baik saat target papah tercapai kok."

Shareen tahu kalau Aditya adalah seseorang yang sangat ambisius, berusaha mencapai sekeras mungkin bagaimana targetnya bisa tercapai. Aditya juga menurunkan sifat tersebut kepada Shareen, membuat Shareen memiliki sikap ambisius yang sama dengan ayahnya.

"Shareen ngerti, Pah. Shareen juga tau kalau papah tuh emang punya target hidup, tapi Shareen maunya papah kurangin pekerjaan papah, papah lebih banyak istirahat daripada kecapekan, oke? Shareen khawatir sama papah."

***

Makan malam saat ini terasa sangat hening, tidak ada percakapan sedikit pun yang dibahas oleh kedua orang tua Shareen dengan Shareen. Apalagi mereka adalah keluarga yang menetapkan untuk tidak berbicara saat sedang makan, tidak sopan. Semuanya pun hening setiap kali acara makan bersama.

"Kamu baru balik ke Indonesia kan, Sayang? Bagaimana suasana di sana? Apakah terasa jauh lebih baik daripada beberapa bulan yang lalu, atau terasa sama saja?" tanya Audrey membuka percakapan di antara ketiganya.

"Feel better, Mom. Jauh lebih baik malah menurut Shareen. Shareen ke sana karena Mikael ngadain acara makan malam gitu sama keluarga calon suaminya, makanya Shareen sebagai sahabat menemani. Mamah tau sendiri gimana kondisi Mikael, dia gak punya satu keluarga pun. Shareen juga pulang ke Indonesia buat dateng ke acara bridal shower Mikael, walaupun cuma Shareen sama Citra sih yang jadi sahabat Mikael." Shareen menceritakan semuanya dengan penuh semangat kepada Audrey, membuat wanita paruh baya itu mengangguk dengan penuh pengertian.

"Calon suami Mikael orang ternama atau dari kalangan biasa saja? Maksud mamah bagaimana pekerjaannya, apakah dia adalah seorang pebisnis seperti kita, atau seorang karyawan di salah satu perusahaan, atau mungkin pekerjaan lainnya." Audrey kembali membuka pertanyaan yang mewajibkan dijawab oleh Shareen.

"Dia pebisnis juga, Mah. Lumayan sukses di Indonesia, Shareen juga waktu itu sempet ngajakin dia kerja sama dan semuanya berjalan dengan baik. Dia mau kerja sama dengan Shareen."

Audrey dan Aditya hanya membalas ucapan putrinya itu dengan anggukan. Mereka cukup mengenal sahabat Shareen, putrinya sudah terlalu banyak bercerita tentang kedua sahabatnya itu. Katanya, kedua sahabat Shareen saat ini adalah orang yang mau menemani Shareen di saat orang lain menatap Shareen aneh. Perlu diakui kalau Shareen tidaklah aneh, ia unik dengan caranya sendiri. Shareen memiliki manik mata yang tidak dimiliki oleh semua orang.

"Memangnya Mikael mau menikah beberapa hari lagi, Sayang?" tanya Aditya yang mulai bergabung dalam pembicaraan istri serta anaknya.

"Dua bulan lagi sih, Pah. Cuma nanti Shareen bakalan balik ke Indonesia tujuh hari sebelum pernikahan Mikael. Terus juga Shareen emang harus bantu-bantu persiapan segala macem gitu, soalnya kan mamah sama papah tau, yang bantuin Mikael paling cuma Shareen sama Citra. Lagian juga Citra sekarang lagi sibuk banget, dia sering lembur di kantor supaya dapet gaji tambahan, jadi cuma Shareen satu-satunya harapan Mikael."

Jujur saja, Audrey dan Aditya merasa sangat bangga dengan putrinya itu. Putrinya yang tumbuh dengan sangat baik seperti didikan mereka berdua. Putrinya yang tumbuh dengan sangat berwibawa seperti yang mereka harapkan.

"Mamah doain semoga semuanya yang terbaik. Semoga aja Mikael bahagia sama calon suaminya kelak, sama keluarganya yang bahkan belum ia ketahui bagaimana rasanya memiliki keluarga. Semoga takdir terbaik selalu bersama dengan Mikael."