webnovel

My New Appearance In Demon World

Mereka masuk ke ruang utama dan melewati gadis-gadis pelayan ini. Membuat keduanya terkejut hingga terdiam tanpa kata-kata.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?"

Dia naik lagi ke lantai dua di kamarnya untuk mandi. Marie akan terus duduk dan menunggu di sana bersama Wanda dan Eugene, sebagai dua pelayan iblis dan gadis raja iblis yang berpura-pura menjadi iblis biasa.

"Hufhhtt, maaf kalo aku terlalu menekan kalian tadi, cepat ubah ekspresi kalian kembali gembira, tersenyumlah."

"Baik!"

Beberapa menit kemudian, Aiden yang sudah selesai membilas seluruh kepalanya hingga tidak ada lagi potongan helai rambut kecil di bagian lehernya yang membuatnya gatal, dia mulai mengambil handuk untuk mengeringkan semuanya dan mengganti baju lain.

Dia tidak akan berlama-lama, karena harus membuat temannya menunggu begitu lama.

Turun dan lupa melihat wajahnya di cermin kamar mandinya karena agak buru-buru.

"Maaf, membuatmu menunggu begitu lama."

"Eh, kenapa kalian diam saja seperti itu?"

"Wah, Aiden! rambutmu, benar-benar berubah sekarang, kamu menjadi sangat tampan."

Kata Eugene.

"Hah? benarkah? aku lupa melihatnya."

Yang satunya segera membawa cermin panjang ke depannya dan membuat Aiden melihat penampilan baru nya di cermin.

"Aku tidak akan salah dalam merubahmu, bukan?"

Ucap Marie.

"Kamu benar-benar hebat."

Marie benar-benar senang dalam hatinya dengan pujian itu, dia merasa senang bisa mengubah sesuatu yang dia sukai.

Setelah itu, mereka keluar untuk melanjutkan pelajaran sihir nya.

"Sekarang apa?"

"Kembali memulai latihanmu, kamu harus bisa, pernahkah kamu ingin berada di kelas elit?"

"Kelas elit? aku tidak terlalu menginginkan hal itu, bisa melakukan sihir saja sudah membuatku cukup senang."

"Begitu yah?"

Kami terus berjalan kembali ke daerah di luar rumah yang begitu luas sejauh mata memandang dengan pemandangan indah disini.

"Apakah dunia manusia di dunia sebelumnya seperti ini?"

"Bagiku sama saja, pemandangannya sama-sama indah, melihat ini membuat hatiku terasa sejuk."

"Benarkah? seperti apa manusia-manusia itu?"

"Mereka semua adalah orang baik, mereka tidak bisa melakukan sihir, dan melakukan aktivitas sehari-hari mereka, sama seperti disini, kupikir dunia iblis pada nyatanya adalah sebuah dunia di penuhi merah dan kegelapan lainnya, rupanya aku salah, ada sisi lain di balik kejahatan iblis."

"Sisi lain seperti apa?"

"Iblis-iblis yang baik sepertimu, dan juga para gadis pelayan itu."

Sambil berbincang-bincang seperti itu, dia terus mencoba-coba api itu terus keluar dan di matikan lagi, di lakukannya terus menerus sampai terbiasa.

Hingga suatu tetesan air yang seperti di ajarkan di kelas, dia mencoba melakukan seperti yang di lakukan semua orang.

Marie hanya diam dan melihat.

Pada akhirnya, tetesan tetesan air itu berhasil keluar dari jari nya dan jatuh ke sebuah rumput hijau di bawah mereka.

Tik...Tik...Tik...

"Wah! Marie! lihatlah! aku berhasil."

"Bagus, akhirnya kamu berhasil."

"Tunggu, aku akan mencoba lagi."

Setelah mencoba lagi dan benar-benar berhasil mengeluarkan tetesan air lagi, beberapa jatuh ke tempat yang sama dan membuat sebuah daun tiba-tiba memanjang perlahan. Mereka berdua melihatnya dan memperhatikannya dengan seksama.

"Apa itu?"

Setelah daun itu, tanah yang mereka pijak mulai bergetar seperti menghasilkan guncangan hanya berada pada mereka dan tepat di bawah mereka.

Sepertinya ada sesuatu yang akan keluar dari dalam ini, Oh, Marie, aku harus mendorong nya.

Aku mendorong Marie jauh bersamaku, ketika sebuah guncangan membela tanah tadi dan membentuk sebuah pohon besar dalam sepuluh detik.

"Apa-apaan?"

Sebuah pohon yang cukup besar tumbuh tepat dari air yang dia teteskan tadi, setelah tumbuh dengan cepat, sisanya beregenerasi sedikit lambat sebagai akar-akar kecil yang akan menumbuhkan daun kecil yang baru.

"Aiden! Kamu menciptakan sebuah pohon hanya dari air! akhirnya!"

Dia benar-benar gembira ketika menemaniku berhasil melakukan sesuatu yang tidak bisa dan sangat sulit kulakukan.

"Sepertinya kamu benar, aku tidak fokus dalam melakukannya."

"Sekarang, kamu sudah lebih dari fokus."

"Marie, terima kasih sudah mau menjadi teman dan membantuku melakukan sihir ini, tapi.bukankah ini melewati pembelajaran?"

"Tidak apa-apa, kamu sebenarnya menjadi yang nomor satu di kelas, kamu melakukan lain daripada yang mereka bisa."

"Aku akan terus belajar dan belajar lagi, hingga suatu saat bisa menjadi seorang raja iblis, itu pun jika aku berhasil keluar dari khayalan belaka ini sih, hahaha..."

"Apanya yang kamu tertawakan?"

"Aku menertawakan diriku sendiri yang ternyata begitu bodoh karena terlalu banyak mengkhayal, sejak di dunia manusia, aku selalu mengkhayal menjadi sebuah raja iblis."

"Kurasa itu bukan sebuah khayalan, itu akan menjadi nyata."

"Nyata? Kenapa kamu begitu percaya diri dalam memutuskan diriku?"

"Karena kamu adalah kandidat raja iblis sejati."

"Jika kamu mengatakan itu, maka aku bersedia melakukannya, apapun yang akan kulakukan, untuk menjadi raja iblis, lalu aku akan melindungi temanku sendiri, kamu."

"Pernyataan yang bagus yah, aku menunggu hari itu tiba."

"Hari apa?"

"Bukan apa-apa~"

Sambil berdiri dari rumput yang dia duduki.

Sekarang Marie akan pulang, kerumahnya yang tidak di ketahui oleh Aiden. Dia mencoba bertanya berulang kali dan tidak ada jawaban dari Marie.

"Kamu akan pulang sendirian? Tapi hari sudah gelap, aku akan mengantarmu pulang, walau itu jauh, kamu bisa dalam bahaya jika ada beruang iblis atau ular iblis di hutan."

"Hahaha ... Aiden, aku tidak semudah itu untuk terluka, kamu tidak perlu bersusah-susah untuk menemaniku, tapi tolong satu hal.",

Aiden: "??"

"Jaga rahasiaku ini, mulai sekarang, kita akan saling menjaga rahasia, rahasiamu dan rahasiaku, rahasia kita, kandidat raja iblis, dan sihir tersembunyi dari gadis biasa."

Kemudian Marie melangkah perlahan sambil menatap ke arah Aiden, melangkah kebelakang dan perlahan membuka sebuah lingkaran hitam iblis yang muncul dari kehampaan udara, dia masuk ke dalam dengan senyuman dan menghilang ketika dia masuk dengan semua lubang hitam itu menutup kembali dengan asap hitam sebagai sisanya yang akan menghilang terbawa angin.

Sihir teleportasi? Benarkah itu? Aku tahu itu, dia berpindah kemana yang dia mau dengan mudah, tidak kusangka dia menyembunyikan sihir nya yang begitu hebat dari semua orang.

Seorang raja iblis berbohong, dia hanya membuat identitasnya sebagai murid sekolah hanya untuk memanifestasikan dirinya ke dunia bawah dan menemui Aiden, bahkan mengubah gaya rambutnya saja bisa membuat wajahnya seperti berbeda dari wajah aslinya.

Aku masuk kembali ke rumahku dan ketika dua itu mulai tersenyum sambil memegang sebuah kamera, kelihatannya itu kamera yang ketinggalan jaman, tidak secanggih di dunia manusia, apakah hasilnya akan menjadi foto hitam dan putih?

"Aiden! Mari kita berfoto! Untuk penampilan barumu!" Ucap Wanda dengan semangat.

"Tuan~ ternyata kamu begitu tampan dengan penampilan barumu, aku jadi sangat sangat sangat menyukai mu sekarang."

Kata Eugene sambil memegang lengan kiriku dan menempelkan tubuhnya padaku, dada ini besar dan empuk, hampir sama dengan punya Marie ketika aku terjatuh di sana.

Dunia iblis ternyata adalah surga juga.

"Eugene! Kamu tidak boleh terlalu dekat seperti itu padanya! kamu benar-benar tidak sopan!"

"Kamu iri? Aku adalah pelayan setia nya."

"Bicara apa kamu ini!"

"Sudah, jangan bertengkar lagi, lalu, untuk apa kamera yang kamu pegang itu?"

"Untuk berfoto, mari kita membuat sebuah foto untuk ruang tengah rumah ini, bagaimana dengan tuan rumah dan dua pelayan nya yang cantik?"

"Humm, boleh juga."

"Aku akan menyiapkan penahan kameranya."

Oke baiklah, Wanda menyebutkan dengan kata "penahan kamera", sepertinya tidak ada tripod atau semacamnya di dunia iblis.

Namun, ternyata penahan yang dia sebutkan mirip dengan tripod sebuah kamera, walau modelnya tidak terlalu sama.

Di dunia manusia, mungkin dunia iblis ini adalah peradaban yang ketinggalan sejauh dua ribu tahun, dengan teknologi mereka yang masih ketinggalan jaman seperti ini.

"Baiklah, Eugene, kamu tahu bukan? Sebagai pelayan, kita harus mengangkat sedikit rok kostum pelayan kita dan agak menunduk ke bawah, lalu tersenyum, lakukanlah seperti pelayan yang benar-benar pantas untuk pemiliknya."

"Emm, oke~"

"Oh, pelayan dan pemiliknya, itu berarti aku akan berada di tengah bukan?"

"Tentu, kamu akan berdiri di tengah dan kami akan berada di sisi kanan dan kirimu."

Sebelumnya, Wanda menjelaskan bahwa setiap bunyi klik pada kamera adalah hitungan detik mundurnya untuk mengambil gambar, hingga bunyi hasil akhirnya adalah cekrek.

Kami semua mengambil posisi di ruangan tengah ini untuk mengambil posisi yang agak bagus.

Setelah tombolnya di tekan, mereka berdua berlari dan mengambil posisi di sebelah ku. Aku jarang tersenyum sebelumnya ketika aku pernah berfoto. Dan sulit untuk tersenyum, kini aku akan mencoba senyum sebisa mungkin di dalam foto.

Tik

Tik

Tik

CEKREK!

"Aiden, jangan pergi dulu, ada bagian kedua dari pengambilan foto itu, ubah lagi gayamu."

Ucap Eugen dengan cepat.

Karena kata-katanya begitu cepat, maka aku juga reflek mengubah gayaku agar tidak pergi dari jarak tangkap kamera.

CEKREK! CEKREK! CEKREK!

"Waw! Sesi kedua nya di spam, aku penasaran dengan hasilnya, jika bukan warna hitam dan putih, mungkin berwarna dengan bagian warna aneh seperti foto zaman dahulu. Wanda segera pergi memegang kameranya dan melihat foto pertama hingga keempat.

"Eugene! Lihatlah! Ini benar-benar bagus!"

Lalu dia menatap Aiden dan berkata...

"Oh astaga! Kamu benar-benar pemilik kami yang tampan, betapa beruntungnya kami bisa menjadi pelayanmu."

"Oh, terima kasih, namun aku agak merasa malu mendengar ucapanmu."

"Jangan malu-malu seperti itu, sekarang lihat dan pilih lah satu foto utamanya yang akan di ambil sebagai pajangan rumah kita."

"Aku yang memilih, baiklah."

Namun, ini membuatku terkejut, ketika kamera yang terlihat seperti kuno ini, menghasilkan gambar setara dengan gambaran resolusi empat ribu piksel, luar biasa! bisa sejernih ini, tampaknya aku benar-benar salah menilai dunia disini, mereka hanya tampak kuno, namun tidak dengan kualitasnya.

Aku memutuskan dengan foto keempat sebagai foto terbaik kami yang akan di buat menjadi besar dengan sebuah bingkai di ruang tengah ini. Kurasa foto keempat ini adalah gayaku yang bagus, walau aku selalu mati gaya.

Emm, walau sudah menunduk, Wanda tetap terlihat tinggi, lalu Eugene dengan senyum nya yang seperti seorang gadis yang ingin mencabik-cabik dan menghisap darahku sampai habis. Tidak masalah! Mereka semua benar-benar pelayan yang cantik, lalu aku benar-benar tampan rupanya, sial! Aku memuji diriku sendiri sekarang.

Eugene melakukan sesuatu dengan kamera itu, aku tidak tahu apa yang dia lakukan, namun itu kemudian mengeluarkan sebuah cahaya silau hingga menciptakan sebuah kertas besar yang tidak lemah. Oh, sihir apa lagi ini, itu menjadi sebuah foto besar dengan sendirinya, dan walau itu kertas, kertas nya kaku dan tidak bisa terlipat atau tergulung.

"Luar biasa, kalian masih memiliki sihir-sihir lain lagi yeah."

"Tentu, masih banyak, kami akan menggunakannya ketika di butuhkan saja."

Aku benar-benar merasa kagum sekarang melihat sihir ini setelah Marie membuatku menyaksikan sihir teleportasi, sekarang Eugene membuatku menyaksikan sihir entah apa namanya, tapi itu bisa membuat duplikat sebuah foto menjadi nyata, berbeda dari duniaku sebelumnya, biasa nya file dari kamera akan di pindahkan melewati komputer atau lainnya dan di print atau cetak dengan foto ukuran besar. Tapi dia hanya melakukan itu dengan jarinya.