webnovel

NORTH STAR

Tác giả: GAGAK_PRODUCTION
Thiếu niên
Hoàn thành · 3.7K Lượt xem
  • 1 ch
    Nội dung
  • số lượng người đọc
  • N/A
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

“ Oh... jadi kamu enggak benar benar serius pengen ngomong sama aku.” Bentaknya dengan sewot ke aku. Rasa gugup hinggap kembali di pikiranku gara-gara aku salah berbicara kepadanya. Aku berusaha meralatnya kembali ucapan aku tadi, tapi mulut ini malah keluh rasanya. Aku semakin salah tingkah lalu hening sejenak. Kemudian aku mencoba menumbuhkan kembali keberanian ini, sedikit demi sedikit.

Thẻ
2 thẻ
Chapter 1NORTH STAR

" Kamu masih ingat enggak sih Ris waktu pertama kali kamu menyatakan cintamu kepadaku. Dibawah seribu bintang nan indah dan terang itu kamu berucap, aku cinta kamu." Ucap Sherina dengan lemah dipangkuanku. Senyum manis masih tetap terukir di wajahnya yang pucat pasi karena penyakit Leukimia yang di idapnya.

" Aku enggak pernah lupa kok Sher peristiwa yang paling bersejarah bagi kita berdua. Aku masih tetap ingat kok setiap detailnya sampai sekarang. Waktu itu kamu memakai baju sweater merah manis berleher panjang. Aku sangat suka sekali melihat kamu malam itu ." Bisik aku di telinganya dengan nada sedih, sambil mengingat masa masa manis kita berdua di puncak pas pada waktu malam itu. Memang, pada malam itu Sherina begitu terlihat manis sekali dengan sweater merah dan celana jeans hitam ketatnya. Pada malam hari itu juga, dibawa temaram sinar rembulan dan gemerlapnya bintang-bintang di angkasa, aku langsung mengutarakan cinta yang telah lama terpendam dihatiku kepadanya.

Pada malam kenangan itu...

" Sher, boleh aku berkata jujur kepadamu. Aku mohon kamu jangan marah yah." Ucap aku kepadanya. Aku berusaha menumbuhkan sedikit rasa keberanian untuk mengutarakan isi hatiku.

" Kamu mau ngomong apa sih Ris. Jangan-jangan..., kamu mau pinjem duit lagi ke aku." Ledek Sherina dengan nada curiga sambil tersenyum lirih.

" Sial... baru kali ini aku merasa begitu gugup berhadapan dengannya." Gerutu aku dalam hati. Aku merasa gugup di buatnya.

" Enggak kok Sher, tapi kalau sekiranya kamu mau minjamin aku duit, aku akan terima kok dengan senang hati." Ledek aku sambil berusaha mencairkan kekakuanku dihadapannya, tapi Sherina malah makin cemberut.

" He.he.he... aku cuma bercanda kok Sher." Ucapku kembali dengan salah tingkah.

" Oh... jadi kamu enggak benar benar serius pengen ngomong sama aku." Bentaknya dengan sewot ke aku. Rasa gugup hinggap kembali di pikiranku gara-gara aku salah berbicara kepadanya. Aku berusaha meralatnya kembali ucapan aku tadi, tapi mulut ini malah keluh rasanya. Aku semakin salah tingkah lalu hening sejenak. Kemudian aku mencoba menumbuhkan kembali keberanian ini, sedikit demi sedikit.

" Anu Sher. Aku cuma mau bilang ke kamu kalau malam ini bulan begitu terang. Semua bintang-bintang itupun kerlap kerlip bersinar seperti ribuan kunang kunang yang berterbangan di angkasa. Sungguh indah sekali malam ini." Ucapku dengan pelan sambil memandang ke langit malam.

" Ah... sok puitis sekali kamu ini ris." Katanya sambil tersenyum senang dan matanya menatap hamparan bintang di langit yang hitam itu. Angin malam berhembus pelan mempermainkan rambut Sherina yang terurai panjang. Oh,benar-benar sangat romantis malam ini.

" Iya lah...! Malam ini begitu indah sekali. Dari tadi aku sama sekali enggak menyadarinya,sampai akhirnya kamu barusan berbicara sendiri tentang bintang bintang di langit itu kepadaku ris." Ucapnya kembali sambil dagunya berpagut pada kedua tangannya yang bersandar di pagar teralis besi pembatas tebing. Rambut panjangnya tergerai bebas dipermainkan angin malam . Aku berusaha terus memberanikan diri untuk berbicara tentang isi hatiku kepadanya.

" Malam ini kamu juga cantik sekali sher, ya... sama seperti bintang-bintang yang sedang bertebaran bebas di atas langit itu." Ucapku memberanikan diri.

" Ah gombal sekali kamu malam ini. Enggak enak loh di dengar jangkrik jangkrik yang sedang bernyanyi sumbang dimalam hari. He.he.he..." Ucapnya sambil tertawa mengejek rayuanku.

" Tapi aku tulus kok sher berucap seperti itu. Bukan gombal loh." Kelit aku sambil tersenyum. Ku beranikan diri mencoba menatap matanya yang sayu dan indah itu dan ia membalas tatapan mataku sambil tersenyum. Terasa begitu hangat sekali tatapan matanya tersebut. Sehangat cinta yang ada di dalam hatiku kepadanya. Lalu kucoba berlatih mengucapkan isi hatiku secara pelan pelan dengan membelakangi punggungnya. Kucoba dan terus kucoba mengucapkannya secara pelan-pelan.

" Aku cinta kamu sher,aku cinta kamu sher,aku cinta kamu sher." Ucapku berlatih kata kata tersebut dengan sangat pelan sekali karena takut terdengar olehnya.

" Kamu ngomong apaan sih ris?" Celetuknya dari belakang sambil menepuk punggungku dan itu membuat aku sangat terkejut dan latah mengeluarkan kata kata isi hatiku secara tidak sengaja kepadanya.

" Aku cinta kamu sher. Ups..." Ucapku spontan kepadanya dan itu membuatku gugup termalu malu sambil kedua tanganku menutup mulut ini.

" Ah yang benar? Jangan jangan kamu bercanda lagi." Ujarnya sambil menatap mataku dengan hangat dan itu membuatku semakin berani mengucapkannya kembali apa yang barusan saja keluar tanpa sengaja dari mulutku.

" Aku enggak bercanda sher. Aku benar benar sayang kamu,dan aku juga benar benar cinta kamu" Ucapku dengan nekat dan berani sambil menyembunyikan wajah ini dari tatapan matanya.

" Terserah kamu mau menerima atau tidaknya. Atau kamu mau mencaci makiku atas ucapanku yang menurutmu sangat lancang. Aku rela kok menerima akibatnya." Ucap aku sambil terus tertunduk malu dan takut.

" Yang penting aku sudah puas mengutarakan apa yang ada di dalam hatiku kepadamu." Ucapku lagi sambil kucoba memberanikan diri mengangkat wajahku.

Tiba tiba tangannya terangkat ke atas dan serasa hendak mengayun ke arah mukaku sehingga membuat aku agak terkejut diam terpaku tapi aku tak berusaha mencoba untuk melawannya. Ternyata dan tak disangka tangan itu mendarat dengan lembut di pipiku.

" Ku pikir kamu pengen menampar aku sher. Aku sudah gugup berdahulu." Ujarku sambil mengelus elus dadaku. Ku mencoba mencuri kesempatan untuk menatap wajah dan kedua matanya.

" Oh... kaciannya deh kamu... he.he.he... tapi kamu sungguh hebat ris. Nyaris tanpa ekspresi dan tak berusaha untuk melawannya." Ucapnya kepadaku sambil kedua tangannya mengacak acak rambutku dengan lembut.

" Ng...,kira-kira,Ng...,kamu menerima cintaku enggak sher ?" Tanya aku kepadanya dengan sedikit malu.

" Jawaban apa yang kau mau dari aku ris?" Dia malah balik bertanya kepadaku sambil tertawa kecil.

" Aku sih,mengharapkan jawaban yang bagus dari mulut kamu Sher." Jawabku sambil berusaha mengalihkan pandanganku ke atas langit hitam.

" Kalau kamu ingin jawaban yang bagus dan sesuai dengan keinginan kamu,aku minta tiga keinginan dulu dari kamu." Ucapnya sambil meminta syarat sebagai bukti kesungguhanku padanya.

" Apakah kamu sanggup memenuhi tiga keinginanku?"

" Apa yang kamu ingin aku perbuat supaya kamu yakin dan percaya atas pengungkapan rasa sayang dan cintaku kepadamu ?" Tanyaku kepadanya. Kemudian Sherina sempat diam sejenak sambil berfikir kira kira apa yang cocok buat mengetes kesungguhanku kepadanya. Bibirnya tersenyum lirih sambil matanya memandang nakal ke wajahku.

" Apakah kamu benar benar siap mengabulkan tiga keinginanku sebagai bukti bahwa kamu benar benar mencintai dan menyayangi aku Ris ?" Tanya Sherina kepadaku dengan bersungguh sungguh sambil mengacungkan tiga jarinya di arah wajahku..

" Aku siap mengabulkannya apapun yang kamu inginkan." Kataku dengan hati yang teguh dan mantap.

" Bener nih...!" Ujar sherina meminta kesungguhanku.

" Bener Sher... I'L do my best." Kataku berusaha meyakinkannya.

" Yang pertama..., aku pengeeen banget ris makan jagung bakar,jadi tolong bawain aku jagung bakar dong dari lapak jagung bakar yang ada ujung jalan itu." Pintanya kepadaku, dan dengan sigap akupun langsung berlari menuju lapak jagung bakar tersebut. Tetapi...

" Eit...,tunggu dulu ris. Enggak semudah itu dong." Ujarnya tiba tiba menahanku.

" Aku minta kamu mendapatkan jagung bakar tersebut bukan dengan harus mengeluarkan uang, melainkan dengan usaha kerja kerasmu." Ujarnya memberikan perintah kepadaku sebagai syarat pertamanya, dan itu sempat membuat aku kebingungan.

" Ayo... sanggup enggak ?" Tantang dia kepadaku dengan nada sedikit tinggi sambil berkacak pinggang.

" Aduh... gimana caranya dong sher ?" Tanya aku kepadanya sambil menggaruk garuk kepala.

" Caranya terserah kamu lah ris, yang penting kamu harus mendapatkan jagung bakar itu tanpa memakai duit yang kamu punya." Ucapnya dengan ketus.

" Oke deh,oke. Aku menyanggupinya." Ucap aku mengalah dan aku langsung berjalan menuju ke lapak jagung bakar yang ada di ujung jalan itu sambil memikirkan bagaimana caranya supaya bisa mendapatkan jagung bakar tersebut. Sesampainya di lapak itu aku sempat terdiam sejenak. Seorang bapak tua pemilik lapak jagung bakar kebingungan melihat tingkah lakuku.

" Mau beli jagung bakar nak ?" Tanya sang bapak tua pemilik lapak tersebut.

" Tidak pak, saya cuma tertarik melihat cara bapak membakar jagung." Jawab aku sekenanya sambil berusaha tersenyum sopan kepadanya. Lalu aku mencoba mendekati dan mencoba membuka pembicaraan yang hangat dengan beliau sambil sesekali membantunya membakar jagung untuk para pembeli. Nampak dari kejauhan Sherina tertawa terkikik-kikik melihat tingkah laku aku.Tapi lumayan lah, dari hasil aku menemani sambil membantu bapak tua pemilik lapak jagung bakar tersebut, aku mendapatkan dua buah jagung bakar gratis dan jagung bakar tersebut langsung kuberikan kepada sherina.

" Ini jagung bakar yang kamu inginkan. Ini hasil jerih payahku sendiri tanpa harus mengeluarkan uang sedikitpun dari kantong sakuku." Ucapku kepadanya dengan rasa bangga.

" Hem... aku bangga padamu ris. Satu keinginanku telah kamu penuhi. Untuk keinginanku yang kedua akan aku tagih kepadamu nanti ." Ucap sherina kepadaku sambil membiarkan dirinya asik dengan jagung bakar pemberianku.

" Terus,kira kira cintaku sudah masuk berapa persen di hatimu sher ?" Tanyaku kepadanya untuk meminta jawaban yang pasti darinya.

" Oh... faru mahuk uwa fulu ersen is." Jawabnya dengan rada sedikit tak jelas karena mulutnya mulai penuh dengan jagung bakar.

" Apaaa...? kamu enggak jelas ngomongnya sher." Tanyaku kembali sambil mendekatkan telingaku ke arahnya.

" Aku bilang baru masuk dua puluh persen ris. Dasar bawel kamu ini." Ucapnya dengan nada sewot setelah jagung bakar yang dikunyahnya itu masuk kedalam perutnya.

" He.he.he... sori sher aku ganggu kamu yang sedang asik makan jagung bakar. Kan aku harus tau dulu seberapa persen cintaku yang sudah masuk kedalam hatimu." Ujarku dengan lirih.

" Tapi kok dapat dikit doang sih sher?" Tanyaku lagi kepadanya.

" Poin di syarat kedua lebih besar lagi loh ris dan yang pasti agak lebih berat dari keinginanku yang pertama." Ujarnya kepadaku sambil mencoba menyenangkan aku sekaligus menggertak aku .

" Seberapapun berat keinginan yang kamu minta ke aku,aku akan berusaha memenuhinya sher." Ucapku menantangnya.

" Ups.. he.he.he... aku sangat tersanjung sekali mendengar pernyataanmu itu ris." Ucapnya sambil tertawa kecil. Kemudian tiba tiba sherina mengecup pipiku dengan hangat dan itu sempat membuatku terkejut dan jiwaku serasa melayang di angkasa.

" Ini sebagai penyemangat kamu untuk mengabulkan keinginan keduaku nanti." Ujarnya kepadaku sambil tersenyum manis.

" Terima kasih yah sher,paling tidak ada kemungkinan baik dari kamu walau sangat kecil tapi itu sudah merupakan suatu yang berharga bagi aku." Ucapku kepadanya waktu malam itu.

---------

Aku terbangun dari tidurku pagi ini. Aku tak ingat lagi bahwa aku masih berada di rumah sakit. Kulihat sherina sudah lebih berdahulu bangun diatas ranjangnya daripada aku.

" Pulas banget deh tadi malam kamu tidurnya ris. Papah saja sampai enggak tega mau ngebangunin kamu yang sudah tertidur pulas disamping ranjangku" Ujarnya.

" Emangnya badan kamu enggak merasa pegal dan sakit kalau tidur sambil duduk seperti itu dengan bersadar di ranjang aku. Sekarang kamu lebih baik istirahat pulang dulu gih sana. Nanti gantian kamu yang sakit deh." Ucapnya kembali sambil menyarankan aku supaya pulang berdahulu ke rumah untuk istirahat.

" Enggak apa apa kok sher. Lagian hari ini kan hari sabtu,jadi aku libur kerja." Ucapku sambil mencoba bertahan di kamar itu.

" Enggak apa apa nih,padahal kamu kan sudah begadangin aku semalaman." Ucap sherina dari bibir pucatnya sambil berusaha tersenyum kepadaku. Oh... betapa mirisnya hati ini melihatnya. Tanpa sadar air mata ini terjatuh dengan sendirinya dan aku berusaha menyembunyikan itu darinya.

" Kamu nangis yah ris?" Tanyanya kepadaku dan aku berusaha memalingkan wajahku dari pandangan matanya.

" Enggak kok sher,kan aku baru bangun tidur jadi wajar saja keluar air mataku karena barusan saja mulutku menguap lebar." Dusta aku kepadanya.

" Bohong nih..." Celetuk dia dengan penuh curiga.

" Beneran sher,suwer deh." Ucapku sambil terus berusaha berdusta kepadanya.

" Aku ke kamar kecil dulu ya sher,sepertinya sepet banget mataku." Ucapku lagi sambil meminta izin sebentar ke kamar kecil,kemudian aku langsung membalikan badanku dan berjalan menuju kamar kecil. Sesampai di kamar kecil aku tak bisa lagi membendung air mataku. Aku mengutuk diriku kenapa hal ini bisa terjadi kepada orang yang paling amat kusayang dan kucinta.

" Kenapa harus aku yang mengalami ini semua." Ratap aku dalam hati.

" Kenapa aku ya tuhan,kenapa harus aku.Sial..." Jeritku dalam hati meminta keadilan pada tuhan.

Aku terhanyut dalam kesedihanku di dalam kamar kecil rumah sakit ini sampai akhirnya aku disadarkan oleh suara salah seseorang petugas kebersihan rumah sakit.

" Kenapa mas? Sakit ya?" Tanya orang itu kepadaku.

" Oh... enggak kok pak." Jawab aku sekenanya. Kemudian aku langsung membasuh mukaku dengan air kran. Terasa sangat sejuk sekali air tersebut sehinga membuatku tersadar dari rasa sedihku. Setelah merasa segar ku langkahkan kembali kaki ini menuju kamar sherina. Sesampainya di dalam aku langsung ditodong dengan beberapa pertanyaan darinya.

" Kok lama banget sih ris? Kamu ketiduran di kamar mandi ya. Atau jangan jangan lagi asik ngegodain suster suster dirumah sakit ini." Introgasinya sambil tersenyum simpul kepadaku.

" He.he.he... bisa aja kamu sher. Walaupun sedang sakit terbaring sakit seperti ini masih sempat sempatnya kamu bercanda dengan aku." Candaku sambil membalas senyumnya yang manis itu dengan tawaku. Kubelai rambutnya yang panjang terurai dan hitam itu.

" Ris,kamu masih ingat enggak keinginan aku yang kedua yang dulu pernah aku minta kepadamu ?" Tanyanya kepadaku.

" Aku masih ingat kok sher sampai sekarang." Jawabku kepadanya.

Waktu itu seminggu sebelum hari ulang tahunnya yang ke dua satu sherina menagih keinginannya yang kedua itu kepadaku. Di siang hari itu di studio musik di daerah kebon jeruk selepas latihan musik kami gunakan dengan duduk santai disebuah warung rokok di pinggir jalan. Kami lepas semua dahaga kami dengan membeli beberapa minuman botol. Waktu itu sherina baru saja gabung di band aku dengan posisi sebagai manager di band yang aku pimpin sedangkan posisi aku sudah lama di vokal sekaligus lead rhytem.

" Lumayan ada sang manager cantik kita yang ngebayarin." Celetuk rere basisku di band sambil memesan minuman botol yang kedua.

" Minuman yang kedua harus bayar sendiri-sendiri ." Ancamku sambil bercanda.

" Pesan aja re,kaga usah takut sama ancaman haris." Ucap sherina sambil tersenyum kecil.

" Ye... vokalis kita sewot. Ha.ha.ha... " Ucap rere sambil tertawa puas atas kemenangannya dalam memperebutkan minuman botol kedua.

" Eh... ngomong ngomong sudah berapa banyak lagu yang sudah rampung kalian aransmen." Tanyanya kepada uwik sang drumerku.

" Oh... kalau masalah itu kamu tanya aja sama sang pencipta lagu kita itu." Jawab uwik sambil memonyongkan mulutnya ke arahku.

" Baru sepuluh lagu yang rampung sher,dua lagu lainnya belum perfect banget ." Ujarku menjelaskan ke sherina. Setelah itu masing masing personil mencari tempat yang enak dan santai buat ngerokok. Tinggal aku dan sherina yang masih asik dengan minuman botol.

" Sudah berapa banyak sih lagu yang kamu ciptain ris?" Tanyanya kepadaku yang sebenarnya sedang asik memandang wajahnya. Mumpung kaga ada biang rese ujarku dalam hati. Kalau ada mereka pasti bakal di gerecokin habis.

" Total semuanya ada dua puluh lagu sher." Jawabku sambil menghirup minuman botol yang sedari tadi tak habis kuminum.

" Wow... cukup lumayan untuk band yang baru dimulai dua tahun." Sanjungnya kepadaku kemudian ia diam hening sejenak sambil melamun ke arah jalanan. Tak berapa lama dia tersadar dari lamunannya dan langsung memandang ke arahku.

" Ris... aku mau menagih keinginan aku yang kedua,kira kira kamu mau mengabulkannya kan ?" Ucap sherina sambil mengunjuki dua jarinya ke wajahku.

" Ok,apa keinginan kamu yang kedua." Tanyaku kepadanya sambil membalas mengunjuki dua jariku ke arah wajahnya.

" Seminggu lagi kan hari ulang tahunku. Aku ingin kamu menciptakan sebuah lagu khusus buat aku,dan nantinya lagu itu harus kamu nyanyikan di ulang tahunku. Mau kan...?" Pintanya dengan manja.

" Ok,aku akan mengabulkan keinginan kamu yang kedua itu. Dalam seminggu aku akan menciptakan untain syair syair dan melodi yang indah khusus buat kamu." Ucapku sambil menyanggupi permintaannya.

" Ok,seminggu." Ucapnya kembali sambil kedua tangannya di taruh di atas pundakku dengan manja.

" Iya." Balasku.

Dan dalam seminggu itu akupun mulai berkutat di dalam kamarku sambil bertemankan gitar kesayanganku untuk mencari kunci kunci nada serta untaian kata kata yang pas dan indah buat syair syair lagu yang akan kupersembahkan kepadanya. Seminggu telah berlalu. Ulang tahun sherina pun berlangsung secara sederhana di sebuah vila pribadi milik orang tuanya. Orang orang yang hadirpun cuma berkisar keluarga dan teman teman dekatnya saja. Akupun di tunjuk oleh kedua orang tua sherina sebagai pemandu acara. Pestanya berlangsung lumayan meriah karena lebih cenderung keanak mudaan. Sampai di sesi acara terakhir sherina langsung menagih permintaannya. Aku yang sudah meninggalkan panggung kecil tersebut mau tidak mau kembali ke atas panggung. Kuambil gitar akustik semi klasik yang berada di atas panggung kemudian mulai bernyanyi dengan hanya di iringi satu gitar yang sedang kupegang ini .

MELATI

Sayup mengalun

Rinduku dalam angin malam

Kumandangkan bayang dirinya

Anggun dan sederhana

Harummu lekat di hati

Tulus menabur semi kasih

Kubiarkan tumbuh cinta

Sampai saat,kupetik kau melati berbunga...

Melati,hadirkan diri kembali

Melati,benih kasihmu bersemi

Melati,dan kuharap mekarmu abadi

Di satu sisi cerita dunia...

Semoga...

Tak harus kau ketahui

Begitu banyak bunga disini

Penuh warna dan aroma

Tampil mempesona...

Agar terpilih di relung hati

Tak berpaling diri darimu...

Usai ku menyanyikan lagu tersebut tiba tiba sherina jatuh pingsan tak sadarkan diri. Aku terkejut melihatnya dan dengan reflek aku langsung menaruh gitar di atas kursi dan berlari ke arahnya. Malam itu juga sherina langsung dibawa ke rumah sakit yang tak jauh dari kawasan puncak, tapi karena peralatan yang tidak memadahi dengan terpaksa sherina harus di rujuk ke rumah sakit yang ada di jakarta. Malam itu juga kami langsung menuju ke jakarta. Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit jakarta aku selalu berdoa dan berharap semoga tidak terjadi apa apa dengannya. Sesampainya di rumah sakit jakarta sherina langsung di bawa keruang gawat darurat. Hampir dua jam aku dan orang tua sherina serta beberapa kawan lain yang masih tersisa menunggu kabar baik dari sang dokter jaga yang menanganinya. Sudah lebih dari lima batang rokok ini ku hisap tapi kabar baik itu tak kunjung datang sampai akhirnya sang dokter jaga keluar dari ruang isolasi tersebut.

" Maaf,boleh saya tau dimana orang tua si pasien. Ada yang harus saya bicarakan secara pribadi mengenai penyakitnya." Ujar sang dokter dengan wajah sedikit tegang.

" Saya dok orang tua dari si pasien tersebut." Ucap papi sherina sambil berdiri dari bangku ruang tunggu.

" Bisa ikut sebentar ke ruangan saya." Ujar sang dokter sambil mengajak papi sherina untuk masuk ke ruangannya. Lalu terlihat pembicaraan yang serius antara si dokter dengan papi sherina. Aku sempat melihat wajah papinya pucat dan tegang mendengarkan penjelasan dari sang dokter. Setengah jam kemudian papi sherina keluar dari ruangan sang dokter. Si dokter terlihat berusaha menghibur papi sherina dengan menepuk nepuk punggungnya. Usai itu sang dokter langsung menjauh dan papi sherina langsung terduduk lunglai di bangku ruang tunggu depan. Wajahnya tertunduk kalut dan sedih. Mami sherina pun langsung mendekat dan menanyakan apa yang telah dibacarakan sang dokter kepadanya,lalu sang papi menjelaskannya secara hati hati dan pelan. Mendengarkan penjelasan sang suami,mami sherinapun langsung menangis sedih dan pilu di pundak suaminya. Ia serasa mendengar petir di siang bolong.

" Mengapa ini bisa terjadi pi. Enggak mungkin sherina yang selalu kelihatan riang dan sehat sampai terkena kanker otak apalagi sudah sampai stadium berat. Ya tuhan..., kenapa ini sampai terjadi." Ucap sang mami sambil menangis terisak isak dan akupun terkejut mendengar ucapan mami sherina yang agak keras tersebut.

" Sherina terkena kanker otak." Ucapku dalam hati serasa tak percaya. Badanku bergetar keras dan kaki ini serasa lemas tak bertenaga. Tak berapa lama kaki ini tak kuasa menahan berat tubuhku dan aku langsung terduduk lunglai di atas lantai. Uwik kawan karibku di band berusaha menyadarkan aku yang sedang duduk lemas tak berdaya.

" Sadar dong ris.elu harus tabah menerima kabar ini bagaimanapun buruknya. Sekarang ini yang kita harus lakukan cuma bisa berdoa semoga penyakit sherina masih bisa di sembuhkan." Ujar uwik berusaha menghiburku. Tiba tiba sherina tersadar dari pingsannya dan langsung dipindahkan ke ruangan yang lain. Orang tua sherina ikut serta mengiringinya menuju ruangan tersebut. Sesampai di dalam ruangan tersebut pintu langsung tertutup rapat.

------------

Kini sudah sebulan lebih Sherina di rawat di rumah sakit. Dirinya cuma bisa terbaring lunglai tak berdaya di atas ranjang. Dokter sudah memastikan bahwa kanker yang di derita Sherina sudah menjalar ke otaknya. Kemungkinan harapan untuk sembuhpun sangat tipis. Sherina menolak tawaran orang tuanya untuk berobat ke China. Ujarnya buat apa harus jauh-jauh berobat kesana kalaupun hasilnya tetap sama. Yang dia inginkan cuma satu, kalaupun umurnya tak panjang ia hanya ingin mati dalam pelukan orang yang amat disayanginya.

Malam ini di dalam salah satu ruangan vip rumah sakit ini, aku dan dia mulai berbicara tentang masa lalu kita berdua. Padahal aku dan orang tuanya berusaha supaya dia bisa tidur secepatnya,tetapi dia malah menolak dan marah kepada kami. Suster berusaha memberikan obat penenang tetapi di tolak mentah-mentah olehnya. Akhirnya dengan terpaksa kami mengabulkan semua keinginannya. Usai jam sembilan malam aku berusaha pamit pulang kepadanya supaya ia bisa istirahat tidur tapi dengan keras dia berusaha menahanku.

" Ngapain sih kamu buru buru pulang. Apakah kamu sudah bosan melihatku yang terbaring sakit tak berdaya ini." Makinya dengan pelan.

" Enggak begitu Sher,aku cuma pengen malam ini kamu istirahat." Ucapku dengan lembut kepadanya.

" Aku sehat Ris,aku sudah enggak sakit lagi. Mulai besok pagi aku harus keluar dari rumah sakit ini." Ucapnya mengancam aku dan kedua orang tuanya.

" Dan besok malam, aku ingin sekali menatap lagi bintang bintang di angkasa itu Ris. Seperti malam dahulu waktu kamu menyatakan cintamu padaku. Jadi aku mohon bawa aku kembali ke tempat dimana kita pernah melihat bintang bintang itu." Pintanya kepadaku, dengan memohon sepenuh hati sehingga membuatku tak kuasa menolaknya.

Orang tua Sherinapun cuma diam terpaku tak bisa melawan keinginannya. Dokter menyarankan supaya orang tuanya mengabulkan apapun keinginannya karena dia tak boleh mengalami stres sedikitpun yang bisa membahayakan peradangan otaknya. Apalagi Sherina bisa dikatakan tinggal menunggu waktunya saja karena seluruh dokter sudah menyatakan tak mampu lagi menangani penyakit kanker otaknya. Mau tidak mau orang tua Sherina mengabulkan keinginannya, tapi dengan satu syarat, cuma sebatas di villa pribadi keluarganya saja dengan perawatan dokter pribadi. Kebetulan di villa tersebut Sherina masih bisa melihat taburan bintang bintang di angkasa lewat jendela balkon yang menghadap ke arah utara yang ada didepan kamarnya.

Esok paginya Sherina langsung keluar dari rumah sakit. Itupun karena sudah ada izin dari sang dokter pribadi yang menanganinya. Hari itu juga kami langsung memboyong ke villa pribadi milik orang tuanya. Sesampainya disana Sherina sempat tertidur karena lelah sehabis perjalanan yang lumayan lama. Dengan terpaksa aku dan papinya membaringkan ia diruangan yang ada balkonnya dengan maksud tujuan, dengan membuka jendela kaca yang juga berfungsi sebagai pintu, Sherina bisa langsung memandang langit. Kulihat waktu telah menunjukan jam lima sore, dan akupun berusaha merebahkan pantatku diatas bangku di pelataran luar. Aku berusaha rileks dan santai sambil menutup mataku barang sejenak tapi rasanya sulit sekali. Hatiku masih resah memikirkan Sherina yang masih terbaring lelah dan sakit tak berdaya di kamarnya. Kucoba menyulut sebatang rokok dan langsung ku hisap kuat-kuat supaya dengan itu aku bisa sedikit rileks. Setelah tiga sampai empat hisapan mata ini pun baru terasa berat. Lalu tak sengaja mata ini terpejam dengan sendirinya sampai akhirnya terbangun kembali karena mendengar suara ribut ribut di dalam kamar sherina. Suara tangis mami sherina terdengar jelas sampai ke ruang depan dimana aku berada. Jantungku berdegup kencang sambil hati ini bertanya tanya apa yang telah terjadi dengan sherina di dalam kamar tersebut. Kulihat waktu di jam tanganku telah menunjukan jam sepuluh malam. Papi sherina kulihat bolak balik dari kamar sampai ke ruang tamu sambil dirinya sibuk menelpon dengan nada yang sangat kesal.

" Pokoknya saya minta malam ini juga segera datangkan ambulan kesini ." Teriak papi sherina dengan nada yang sangat emosi. Lalu kuberanikan diri bertanya kepadanya.

" Apa yang terjadi om? Ada apa dengan sherina?" Tanyaku dengan sedikit gugup kepadanya.

" Sehabis bangun tidur tadi dia langsung kejang dan muntah muntah ris. Untuk sekarang ini lebih baik kamu masuk ke kamarnya. Dia memanggil namamu terus sedari tadi. Om minta kamu bujuk dia supaya mau kembali ke rumah sakit. Tolong yah ris." Ujar papi sherina dengan wajah yang pucat sambil memohon kepadaku dan akupun langsung berlari menuju ke kamarnya. Sesampainya aku di kamar tersebut sherina langsung memanggil namaku sambil memandang sayu dan pucat ke arahku.

" Ris,kumohon jangan menjauh dariku." Ucapnya dengan suara yang parau karena sakitnya sudah masuk dalam tahap kritis.

" Aku tidak pernah jauh darimu sher,jadi kamu tak usah kuatir." Hiburku kepadanya.

" Ris,apakah malam telah datang?" Tanyanya kepadaku sambil terbata bata.

" Ini sudah malam sher,memangnya kenapa?" Jawabku sambil balik bertanya lagi kepadanya.

" Aku rindu sekali ingin keluar dari kamar ini sambil melihat hamparan bintang bintang di langit." Pintanya kepadaku. Akupun langsung bertanya kepada orang tua dan dokter pribadinya dan merekapun mengizinkannya. Ku buka pintu jendela kaca yang mengarah ke balkon setelah itu tubuh sherina kubopong keluar kamar.

" Ris,aku mau kamu duduk sambil memangku aku yah,supaya aku bisa memelukmu sambil melihat bintang bintang itu.Cuma kita saja berdua." Pintanya kepadaku dan dengan terpaksa kedua orang tua sherina beserta sang dokter menunggu di dalam kamar sambil memandang kami dari arah jendela kamar saja.

" Kamu masih ingat enggak ris waktu pertama kali kamu menyatakan cintamu kepadaku. Dibawah seribu bintang yang terang dan indah kamu berucap 'aku cinta kepadamu'." Ucap sherina dipangkuanku. Senyum di bibir sherina tetap terukir manis di wajahnya yang pucat pasi karena penyakit kanker yang di idapnya.

" Aku enggak pernah lupa kok sher peristiwa yang paling bersejarah bagi kita berdua. Aku masih tetap ingat setiap detailnya sampai sekarang. Waktu itu kamu memakai baju sweater merah manis berleher panjang dan aku sangat suka sekali melihat kamu malam itu ." Ujarku kepadanya dengan nada sedikit bergetar karena menahan sedih.

" Ris... apakah kamu masih mengharapi cinta dariku dalam keadaan kondisi aku yang seperti ini?" Tanyanya sambil memandang manja kepadaku dengan wajahnya yang teramat pucat dan tirus karena sakit.

" Sampai matipun aku selalu mengharap cinta darimu sher. Aku bersumpah demi bulan dan bintang. Mereka menjadi saksi atas cintaku yang suci ini kepadamu." Jawabku dengan mantap tapi lembut.

" Berarti kamu masih punya hutang satu permintaan dariku kan ris. Satu keinginanku lagi. Dan aku ingin menagihnya sekarang." Ucapnya sambil memperlihatkan satu jari telunjuknya kepadaku. Pandangan matanya pun mulai terlihat kabur tak menentu.

" Apapun permintaan kamu aku akan berusaha mengabulkaannya sher. Aku akan berusaha." Ucapku. Tanpa sengaja setetes air mata keluar dari pelupuk mataku.

" Ris,tolong dekap aku kuat kuat. Aku kedinginan sekali ris." Rintihnya sambil badannya gemetar karena kedinginan. Mami sherinapun langsung mengambil selimut dan memberikannya ke aku. Dengan selimut yang tebal ini kututup seluruh tubuh sherina dan kudekap tubuhnya erat erat tetapi tetap saja tubuh sherina merasa kedinginan.

" Kamu mau tau keinginan aku yang ketiga yang akan aku tagih kepadamu." Ujarnya dengan serius dengan mata terpejam dan nafas tersengal sengal.

" Apa itu sher? Utarakan lah padaku apa keinginanmu itu." Ucap aku.

" Keinginan aku yang ketiga ris, kamu harus berjanji kepadaku jangan pernah engkau menangisi atas kepergianku untuk selamanya. Carilah pengganti aku yang lebih baik dan lebih bisa membahagiakan kamu dari pada aku. Aku mohon ris kabulkan keinginanku,dan akan kuberikan semua cinta tulusku ini kepadamu walau cuma sesaat." Ucap sherina dari bibirnya yang mungil dan pucat memohon kepadaku. Bulir bulir air mata keluar dari pelupuk matanya yang mulai terpejam tak berdaya di saat saat terakhirnya.

" Aku berusaha sher,tapi aku tak bisa berjanji untuk bisa melupakanmu selamanya dari dalam hatiku. Aku tak mampu sher,hati ini sungguh tak mampu." Ucapku sambil berusaha menahan tetes air mata yang mulai deras keluar dari plupuk mataku.

" Berjanjilah kepadaku ris,berjanjilah kepadaku kekasihku...." Ucapnya kepadaku sambil mendekap erat tubuh ini. Setelah itu tubuhnya langsung terjatuh lunglai tak berdaya dipelukanku. Jiwanya telah hilang terbang ke surga dengan damai sambil membawa pergi cintanya yang suci.

Hati ini rasa hancur remuk tak berbentuk. Aku berusaha membendung air mata ini walaupun rasanya tak mampu.

"Selamat jalan kekasihku. Semoga engkau disana selalu bahagia ditemani para bintang bintang malam nan indah." Bisikku ketelinga mungilnya yang dingin itu dengan hati yang sangat pilu dan semuanya pun menangisi kepergiannya dengan isak tangis yang keras.

-----------------

Sekarang yang tersisa dari dirinya cuma batu nisan dan cintanya yang tak pernah hilang dari kenanganku. Setiap malam aku selalu memandang bintang bintang di langit utara dan selalu berharap semoga ia bisa melihatku dari sana karena aku yakin bahwa jiwanya telah hidup bahagia dan abadi bertemankan bintang bintang malam nan indah itu.

" Oh... bintang yang indah,sampaikan salamku kepadanya bahwa aku selalu mencintai dan menyayanginya sampai hayat mengantarku menyusulnya kesana." Teriakku sambil memohon kepada bintang bintang di angkasa.

The end

Bạn cũng có thể thích

ALONE WITHOUT PARENTS

Semenjak perceraian kedua orangtuanya, Aneska tinggal bersama kakak kandung dan kakak iparnya. Keadaan bukannya membaik, justru kehidupan Aneska semakin menderita. Perilaku seorang kakak ipar kepadanya seperti perlakuan seorang Ibu tiri kepada anak tirinya. Membuat Aneska tumbuh menjadi seorang gadis yang tomboy. Namun wajahnya yang sangat cantik membuat dirinya disukai oleh banyak laki-laki. Namun rasa trauma Aneska yang diberikan oleh orangtuanya sendiri membuat Aneska tidak pernah membuka hatinya untuk laki-laki. Dan semua laki-laki menyerah untuk mendekatinya. Kecuali satu orang laki-laki yang terus berjuang untuk mendapatkannya. Tetapi tetap saja, sedikit kemungkinan untuk lelaki tersebut dapat diterima oleh Aneska. Berbagai cara sudah dilakukan oleh lelaki tersebut. Mulai dari dirinya yang berusaha untuk bisa berteman dengan Aneska sampai menjadi seseorang yang selalu ada di saat Aneska dalam kesusahan. Sampai pada akhirnya ketika Aneska sudah terlalu menderita dengan kehidupannya bersama kakak iparnya, hanya lelaki tersebut yang ada di sampingnya. Membuat Aneska merasa dilindungi oleh lelaki tersebut. Lambat laun akhirnya Aneska menerima keberadaan dan hati leleki tersebut yang sudah diberikan kepada Aneska sejak lama. Kehidupan berumah tangga yang sangat ditakuti oleh Aneska selama ini ternyata adalah sebuah kesalahan besar. Menikah dengan lelaki yang telah menyukainya terlebih dahulu membuat Aneska hidup bahagia tanpa ada suatu masalah yang membuat mereka berdua bertengkar hebat. Mereka menjadi keluarga yang harmonis sampai salah satu di antara mereka lebih dulu meninggal dunia.

Arummsukma · Thiếu niên
5.0
404 Chs

Was My Sweet Badboy

WARNING !! [cerita ini hanyalah fiktif belaka, semua setting tempat adalah fiktif! kesamaan nama tokoh, tempat, sekolah maupun scene dalam novel ini adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan!] ------------------------------------------------- Bimo namanya, anak baru pindahan dari Bandung yang tiba-tiba memberiku surat, isinya dia minta izin untuk menyukaiku. hah?! 'kenapa suka aku?' kuputuskan untuk tanya hal ini. lalu dia jawab begini ; 'aku tidak punya alasan, tidak paham juga kenapa bisa suka, hanya mataku tidak bisa berhenti melihat kemanapun kamu pergi, aku tidak bisa menahan senyumku dan rasa senangku kalau sedang dekat denganmu, aku suka lihat kamu ketawa dan tidak senang lihat kamu nangis, aku benci orang-orang yang bikin kamu sedih sampai-sampai ingin ku tendang pantat mereka biar sampai ke pluto, aku mau pegang tanganmu dan bilang pada cowok-cowok yang suka padamu untuk tidak lagi mengganggumu.' ku baca tulisannya yang panjang itu. aku deg-degan, sumpah kalau dia bisa dengar jantungku, itu seperti ada drum band di dalamnya. Dia orang yang unik, dan punya pendekatan berbeda padaku, orang yang percaya diri dengan bagaimana kepribadiannya, tidak kasar, berusaha dengar perkataanku, tapi sebenarnya dia juga adalah orang yang keras pada idealisnya, suka naik gunung bahkan bikin jantungku sering ingin lompat karena khawatir setiap kali dia melakukan hobinya itu. Bimoku... Elangku yang selalu terbang bebas tanpa peduli apapun.. Elangku yang selalu terbang menerjang badai... ini, adalah kisahku saat itu, saat dia bersamaku.. -------------------------------------------- VOLUME 2 : Menggapai kembali Ketika masa lalu menyesak masuk saat kau telah mulai lari darinya. Seseorang yang tetap berdiri di persimpangan hidup mereka. Yang tetap tegak di persimpangan waktumu dengannya. Kini persimpangan itu mempertemukan mereka kembali. Dengan segala keajaiban-keajaiban yang kau kira telah tiada. Dia berusaha menggapaimu sekali lagi. Berlari dari masa lalu, mengejarmu yang telah lama tertatih untuk bisa berdiri di titik ini. Mencoba meraihmu dengan senyumnya lagi. "Kamu masih punya hutang jawaban sama aku." "Apa?" "Yang mau kamu jawab 10 tahun lagi sejak waktu itu." "Hahah, kamu pikir itu masih akan berlaku?" "Tentu! Ray, marry me please ..." POV 3 ---------------------------------- Volume 3 : Langit dan Rindu Kisah si kembar buah hati Bimo dan Raya, akankan kisah mereka semanis kisah remaja kedua orang tuanya? Bagaimana jika Langit Khatulistiwa punya kecenderungan sister complex dan juga tsundere akut terhadap adik kembarnya? Intip yuk ... ---------------------------------------------- [karya ini bergenre romance-komedi, harap bijak dalam membaca, jika sekiranya tidak sesuai selera, silahkan close, gak usah masukin koleksi] [mengandung kata kasar, dan diksi tidak serius dalam penceritaan!] Credit cover : Pinterst cover bukan milik pribadi

MORAN94 · Thiếu niên
4.9
425 Chs
Mục lục
Âm lượng 1

số lượng người đọc

  • Đánh giá xếp hạng tổng thể
  • Chất lượng bài viết
  • Cập nhật độ ổn định
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới
Các đánh giá
Ôi! Bạn sẽ là người đánh giá đầu tiên nếu bạn để lại đánh giá của bạn ngay bây giờ!

HỖ TRỢ