webnovel

MY BLUE WHITE AVICENNA

Tác giả: Ravistara
Thanh xuân
Hoàn thành · 80.4K Lượt xem
  • 29 ch
    Nội dung
  • 4.9
    12 số lượng người đọc
  • NO.200+
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

Amanda Ranindhita, seorang mahasiswi arsitektur tingkat akhir, supersibuk, punya mantan stalker sejati, dan baru saja dipindah paksa ke indekos yang bapak kosnya adalah ketua RT. Seolah kerumitan hidupnya belum cukup juga, tiba-tiba saja dia terlibat secara tidak sengaja dengan seorang anak SMP bernama Senna yang menolongnya dari kejaran si mantan narsis. Lantas, berkedok ingin mengajarinya Sumpah Karate, pertemuan mereka ternyata tidak berakhir sampai di situ dan ada-ada saja alasan Senna untuk terus menemuinya. Bagaimana Amanda bisa terlepas dari cengkeraman si bocah jika Senna notabene adalah anak dari Pak RT, bapak kosnya?! Dengan faktor "U"-nya, Amanda berusaha memancarkan aura seorang kakak yang bijaksana dan mengembalikan hubungan mereka ke jalur yang benar, tetapi tidak berhasil juga. Malah, dirinya semakin dibikin tergantung kepada bocah itu. Kurang apa lagi coba? Kurang wibawa? Kurang dewasa? Sepertinya, memang sudah nasib Amanda mengalami episode tercanggung dalam hidupnya tatkala ia menyadari telah jatuh cinta kepada seorang berondong, masih pakai seragam putih biru pula .... Hingga sang ibu mulai turun tangan memisahkan mereka berdua.

Chapter 1DIA OH DIA

Jujur ... aku tidak pernah memperhatikan keberadaannya sebelumnya. Bahkan, aku juga tidak tahu kalau dia ada.

Namaku Amanda Ranindhita. Orang-orang cukup memanggilku Manda. Jangan salahkan aku yang tidak punya kehidupan sosial dan terlalu sibuk berkutat di semester akhir kuliahku. Bukannya sombong, tetapi aku berkuliah di tempat yang sangat sulit, dengan ritme perkuliahan yang mampu membuatmu gila karena kurang tidur, kurang nonton TV, bahkan sering tidak sempat makan. Apakah aku berlebihan? Tidak juga. Aku pun tidak bisa bilang kalau bukan kamu sendiri yang mengalaminya.

Meskipun demikian, ada satu fakta normal yang masih aku miliki, yakni punya pacar. Itu pun kalau kehidupan percintaanku bisa dibilang normal karena aku yang sebesar ini, di usiaku yang sudah menginjak 22, harus menjalani sebuah hubungan backstreet. Apa? Zaman gini? Sungguh .... Aku masih terlalu kecil di mata Mama untuk menjalin hubungan dengan seorang pria. Silakan tertawa, ibuku memang kolot nomor satu.

Alhasil, hubunganku yang sedari awal memang sudah bermasalah dengan pacarku Koko, kandas di tengah jalan,. Dan aku memang sudah tidak berminat lagi meneruskan hubungan yang melelahkan ini. Lelah akibat tekanan dari Mama dan juga akibat sikap Koko sendiri yang akan aku ceritakan pada kalian nanti.

Terakhir kali Mama mengetahui aku masih punya kontak dengan Koko adalah dengan memindahkanku kos ke sini, ke tempat baru yang dianggap aman oleh Mama. Tentu saja, karena bapak kosnya adalah Pak RT. Mana berani aku macam-macam, pikir Mama. Dan tempat baru ini jauh lebih dekat dengan kampusku.

Masalahnya, tidak berlaku untuk Koko; Koko adalah tipe stalker yang tidak bakal membiarkanmu kabur ke ujung dunia sekalipun! Sialnya aku, dia sudah berani bikin ulah di depan kos baruku sekarang.

"Aku masih cinta sama kamu, Manda!" Koko menarik tanganku dengan keras dan tidak mau melepasku.

Cinta? Dari segi mananya? Selama ini, dia selalu menyiksaku dengan keegoisannya dan tidak mau tahu perasaanku.

"Sakit, Ko!" protesku dengan nada ketakutan dan malu setengah mati. Aku berharap tidak ada seorang pun yang melihat kejadian ini sekarang.

"Hatiku jauh lebih sakit, tahu? Kamu lebih mendengarkan kata-kata Mamamu daripada aku!"

Duh, kenapa dulu aku bisa jadian sama cowok lebay ini, keluhku tragis. Bukan salahku karena terlalu naif menganggap semua cowok itu baik. Kamu mungkin berpikir aku sudah gila, tetapi itulah faktanya.

"Kalau kamu tidak mau lepas, aku teriak, lo!" ancamku nekat.

"Hayo teriak … biar semua orang tahu!" Koko malah membalas dengan mata melotot. Tamatlah nasibku. Air mataku nyaris saja jatuh antara rasa benci dan malu luar biasa, tetapi aku tahan sebisa mungkin. Aku tidak sudi menangis di depan Koko!

Aku yakin …. Siapa pun yang ada di sekitar sini pasti bisa mendengar pertengkaran kami. Dan tebakanku benar. Tak lama kemudian, seseorang menghampiri kami berdua, lantas menegur Koko.

"Lepaskan Kak Manda!" Orang itu langsung menggasak sebelah kaki Koko sehingga mantanku terjungkal dan otomatis cekalan di tanganku pun terlepas.

Koko meringis kesakitan sebentar, lalu wajahnya tampak sangat gusar ketika tahu siapa yang baru saja menyerang. Seorang remaja laki-laki yang usianya kira-kira masih SMP. Tampaknya, remaja itu baru pulang dari latihan karate karena masih memakai celana latihan dengan sabuk dan seragam karate yang tersampir di bahu. Hatiku pun mencelus malu karena penolongku adalah seorang remaja!

"Heh, kurang ajar kamu!" Koko berang dan langsung melancarkan serangan balasan. Namun, mantanku itu kalah cepat. Lagi-lagi, dia sukses digebuki di kaki satunya. Koko mengerang memegangi lututnya yang cedera sambil melongo tak percaya bahwa dia baru saja dilumpuhkan oleh seorang remaja. Harga dirinya mungkin sudah tidak bersisa.

"Cepat pergi dari sini atau mau kuhajar lagi?" ancam remaja itu dengan sikap percaya diri yang tinggi dan penuh intimidasi.

Mungkin, Koko tidak bisa meremehkannya sehingga mantanku itu pun tidak punya pilihan selain mundur. Ia malah memberikan tatapan “awas, kamu” padaku. Aku tertunduk ketakutan. Koko bisa berubah sangat mengerikan bila marah. Oh, aku benci cowok ini. Ingatkan aku untuk tidak dekat-dekat lagi dengannya.

"Kamu tidak apa-apa, Kak?"

Aku menoleh pada sumber suara itu dan— astaga … tanpa malu-malu, aku tercengang saat memandangnya. Ternyata, ia memiliki wajah yang sangat ganteng, juga manis, dan senyumnya itu sungguh menawan, mampu menenangkan kegelisahan yang sempat menghinggapi hatiku akibat perbuatan Koko tadi. Lalu, yang lebih membuat hatiku berdebar lagi adalah tatkala mendengar suaranya yang agak dalam dan serak, menandakan bahwa dia sudah menginjak masa puber. Oh, tolonglah, aku bukan pedofil, makiku dalam hati.

"Siapa tadi? Mantan?" tembaknya to the point. Aku tertangkap basah dan hanya bisa mengangguk pelan karena malu. Selanjutnya, aku tertunduk karena tidak berani menentang tatapannya yang penuh kepercayaan diri itu.

"Lain kali hati-hati, ya, kalau ketemu dia lagi."

Hah? Aku terperangah diceramahi seperti itu oleh cowok yang jauh lebih muda dariku.

"Kalau dia ganggu Kak Manda lagi, bilang ke aku! Aku masuk dulu, ya," pamitnya berlalu ke dalam rumah Pak RT yang tidak terkunci.

Aku bengong. Kenapa dia tahu namaku? Dan kenapa dia masuk ke rumah Pak RT? Ada apa ini sebenarnya?

Bạn cũng có thể thích

số lượng người đọc

  • Đánh giá xếp hạng tổng thể
  • Chất lượng bài viết
  • Cập nhật độ ổn định
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới
Các đánh giá
đã thích
Mới nhất

HỖ TRỢ