webnovel

15. The Real Beginning

「 Late Night At The Varrzanian Palace 」

Menjelang malam, Sir Renzo baru saja di datangi oleh seorang penjaga dengan membawa perintah langsung Lucyver.

Sir Renzo : "Katakan, apa yang membawamu kemari?"

Guardian : "Sir Renzo, Yang Mulia Raja memanggil Anda segera."

Tanpa mencurigai apa pun, Sir Renzo segera beranjak. Menuju tempat dimana Lucyver menunggunya. Dengan langkahnya yang tegap. Suara sepatu besinya terdengar nyaring di sepanjang lorong.

Sir Renzo's Voice : "Aku tidak pernah sekali pun menentang perintah raja selama aku memberikan seluruh jiwaku untuk Kerajaan Varrzanian... Setelah cukup lama mengabdi pada Raja Vrannver... Sekarang aku mengabdikan diri untuk Raja Lucyver dan Nona Lucyanna... Tapi..."

Tanpa ia sadari, ternyata ia sudah berdiri di depan pintu ganda, dimana Lucyver tengah menunggunya. Akan tetapi Sir Renzo sejenak terdiam. Secara tiba-tiba, ia merasakan sesuatu yang berbeda di dalam dada tentang apa yang akan ia saksikan setelah melewati pintu ganda besar di hadapannya.

Sir Renzo's Voice : "Kenapa untuk saat ini, aku justru meragukan panggilan kali ini? Sisi lain dariku merasa harus menolaknya... Tapi jiwa loyalitasku untuk kerajaan tidak bisa kuabaikan..."

Sir Renzo pun memegang pegangan pintu-pintu tersebut, menekannya dan mendorongnya. Dan terlihatlah dari ujung kursi besar, Lucyver dengan tatapan fokusnya, dengan ke 10 jarinya yang saling tertaut. Ia tahu, bahwa raja itu sedang menunggunya.

Sir Renzo's Voice : "Dan sekarang, sudah terlambat untuk berbalik... Aku di ciptakan untuk tidak gentar dengan perintah apa pun... Meskipun, rasa di dalam dada ini membuat baju jirahku terasa lebih berat... Sesuatu mungkin akan terjadi..."

Sir Renzo berjalan menghampiri Lucyver, lalu memberikannya salam penghormatannya.

Sir Renzo : "Saya disini, Yang Mulia Raja. Apa yang bisa saya lakukan?"

Tiba-tiba, Lucyver tersenyum sinis setelah ke 10 jari terlepas. Dan menyodorkan Sir Renzo sebuah kertas perkamen yang terisi sesuatu di dalamnya. Sir Renzo memperhatikannya. Namun ia seperti enggan untuk membaca isinya, karena sisi hatinya yang berkata penolakan.

Sir Renzo : "Apa ini, Yang Mulia Raja?"

King Lucyver : "Akan kukatakan yang sebenarnya. Aku ingin wanita muda itu yang menjadi jaminan yang sebenarnya!"

Sir Renzo terkejut, saat Lucyver menyebutkan wanita muda yang bersedia menebus jaminan rekan seperjuangannya, mantan Komandan Distrik.

Sir Renzo : "Apa maksud Yang Mulia Raja..?"

King Lucyver : "Aku memutuskan dengan posisiku sebagai raja. Aku perintahkan padamu, bawa wanita muda ini ke Istana Varrzanian malam ini juga! Dengan kata lain, dia hanya perlu menebusnya dengan dirinya sendiri! Kau mengerti?"

Sir Renzo masih merasa terkejut dibalik wajahnya yang serius.

Sir Renzo's Voice : "Mungkin inilah jawaban dari sisi hatiku yang menolak... Untuk pertama kalinya, aku terjebak dalam dilema antara loyalitas atau iba..."

Sir Renzo masih teringat dengan kesan pertama saat melihat wanita muda yang tidak lain adalah Yuna. Yang bersedia menjadi penjamin bagi sang paman.

Sungguh dilema. Lucyver mulai meragukan Sir Renzo.

King Lucyver : "Sir Renzo! Kenapa kau tidak menjawabku? Apa kau mengkhawatirkan saudariku karena keputusanku? Aku mulai meragukanmu."

Sir Renzo : "Tidak, Yang Mulia Raja. Maafkan saya.."

Jawab Sir Renzo sambil menundukkan wajahnya.

King Lucyver : "Agar kau mau mempercayai perintahku ini, aku akan memberitahu alasanku! Aku yakin kau akan mengerti maksudku dan tidak akan bisa menolak perintah ini."

Wajah Sir Renzo terangkat, sepertinya Lucyver berhasil memancing rasa penasaran Komandan Kerajaan yang satu ini.

King Lucyver : "Wanita muda itu adalah Jodoh Terikat yang kucari selama ini! Dialah calon Ratu Varrzanian di masa depan!"

Ucap Lucyver dengan ringannya. Berhasil membuat Sir Renzo terkejut. Namun Sir Renzo paham bahwa dengan alasan itu, ia tidak mungkin menolak perintah Lucyver.

Sir Renzo : "Benarkah itu, Yang Mulia Raja?"

Lucyver tersenyum sinis, sambil menahan tulang pipinya dengan satu tangan yang mengepal.

King Lucyver : "Aku tahu kau akan mengerti! Jadi laksanakan perintahku. Bawa dia dengan selamat dan pastikan dia tidak terluka sedikit pun! Aku ingin menemuinya secara pribadi!"

Sir Renzo : "Baik, Yang Mulia Raja!"

Jawab Sir Renzo dengan nada yang jelas. Dengan terpaksa melawan hati nuraninya.

Ia pun memberi salam penghormatannya, mengambil surat perintah tersebut dan segera berbalik meninggalkan ruangan tersebut.

Sir Renzo's Voice : "Itu benar... Jika demi masa depan kerajaan, aku tidak mungkin bisa menolak perintah itu... Tapi hati nuraniku masih terus mencoba menguasai akal sehatku... Entah mengapa..? Aku jadi terus memikirkan wanita muda yang polos itu... Apakah ini akan menjadi pilihan yang terbaik?"

Atas perintah Lucyver, saat Sir Renzo sampai di areanya, ia segera memerintahkan beberapa anak buahnya yang masih berjaga untuk segera menyiapkan satu kereta kuda.

Sir Renzo : "Perintah langsung Yang Mulia Raja! Siapkan kereta kuda sekarang! Malam ini kita akan ke Desa Rashvarrina."

Sir Renzo's Men : "Sir Renzo, apa tingkat perintah kali ini?"

Sir Renzo : "Ini bukan tingkat yang serius. Kita hanya diminta untuk membawa seseorang dari Desa Rashvarrina malam ini juga. Namun tetaplah bersiaga!"

Sir Renzo's Men : "Baik, Komandan!"

Sebagian anak buah Sir Renzo segera mempersiapkan semuanya. Mereka selalu bergerak cepat. Unit khusus dan spesial yang Sir Renzo bentuk selama bekerja di bawah bendera Kerajaan Varrzanian.

Seorang anak buahnya membawakan Sir Renzo kuda berbulu cokelat kebangaannya dengan menarik tali kekang di mulutnya. Seluruh tubuh kuda itu sudah dilengkapi pelana dan pelindung dengan dominan warna hitam di bagian kepala, dada hingga ke 2 pasang kaki depan dan belakangnya. Terlihat gagah. Sir Renzo mengusap kepala kudanya dengan lembut. Hingga membuat kuda tersebut mendengus ringan. Seolah sangat memahami sentuhan tuannya.

Crest lambang Kerajaan Varrzanian tercetak jelas di bagian pelindung dada kuda tersebut. Sir Renzo pun segera menaikinya.

Tiba-tiba, Sir Renzo dikejutkan dengan seseorang yang memanggilnya dengan nada yang cemas di belakangnya.

Lady Lucyanna : "Sir Renzo? Kau akan pergi kemana?"

Sir Renzo sontak terkejut, saat tahu bahwa itu adalah Lucyanna. Namun ia ragu apakah ia tidak menjelaskannya pada Lucyanna tentang tujuannya. Sir Renzo pun menarik tali kekang kudanya ke kanan, membuatnya berbalik dan bisa menghadap Lucyanna yang memandanginya dengan mata yang curiga.

Sir Renzo memberikan salam penghormatannya meskipun sedang berada di atas kuda.

Sir Renzo : "Nona Lucyanna. Itu benar, saya harus segera pergi."

Lady Lucyanna : "Kemana? Apakah Yang Mulia Raja yang memerintahkanmu?"

Sir Renzo : "Itu benar, Nona."

Raut wajah Sir Renzo berubah. Ia memalingkan pandangannya. Dan memutuskan untuk turun dari kudanya.

Memperhatikan ekspresi Sir Renzo yang tidak biasa, berhasil memantik kecurigaan Lucyanna. Membuat Lucyanna sampai menyilangkan kedua tangannya.

Lady Lucyanna : "Apa yang terjadi? Katakan! Apa sebenarnya perintah Yang Mulia Raja? Aku tahu karena kau tidak pandai berbohong."

Sir Renzo : "Saya tahu, Nona. Kejujuran adalah sikap yang selalu saya kedepankan sepanjang saya mengabdi diri untuk Kerajaan Varrzanian."

Jelas Sir Renzo dengan wajah yang masih tertunduk.

Lady Lucyanna : "Jadi, katakanlah sekarang."

Sir Renzo : ("Dia benar, aku tidak pandai berbohong...") "Baik, Nona. Seperti yang Anda inginkan.."

Sir Renzo pun mengangkat wajahnya lagi. Memandang Lucyanna dengan matanya yang terlihat berkurang fokusnya. Seperti tersimpan perasaan yang lain.

Sir Renzo : "Nona Lucyanna, saya diperintahkan Yang Mulia Raja untuk menjemput wanita muda, penjamin Komandan Distrik Tenjima malam ini juga."

Sontak Lucyanna terkejut hebat.

Lady Lucyanna : "Apa..? Apa maksudmu?"

Seketika raut wajahnya berubah emosi.

Lady Lucyanna : "Bagaimana bisa Yang Mulia Raja mengetahuinya?!"

Sir Renzo : "Saya tidak begitu tahu."

Lady Lucyanna : "Tidak! Sebaiknya, jangan lakukan perintah ini! Aku memerintahkanmu untuk kembali!"

Sir Renzo : "Maafkan saya, Nona Lucyanna. Saya tetap akan menjalankan perintah ini. Demi masa depan Kerajaan Varrzanian."

Lady Lucyanna : "Apa maksudmu..?!"

Sir Renzo : "Maaf, Nona. Kami harus pergi."

Sir Renzo menundukkan kepalanya dan berbalik. Lalu menaiki kudanya tanpa menoleh lagi. Namun ia tidak bermaksud untuk mengacuhkan Lucyanna.

Sir Renzo pun menarik tali kekang kudanya ke kiri. Dan mulai memerintahkan kudanya berjalan.

Sir Renzo : "Kita berangkat!"

Sir Renzo bersama dengan beberapa anak buahnya dan satu kereta kuda akan mulai meninggalkan istana. Juga meninggalkan Lucyanna yang masih terkejut. Hanya bisa melihat rombongan Sir Renzo pergi semakin menjauh.

Beberapa saat itu pun, Lucyanna memutuskan untuk menemui saudaranya. Untuk menjawab semua pertanyaannya sambil membawa hatinya yang emosi.

Langkahnya tergesa-gesa. Tangan yang berayun berselingan terlihat mengepal. Sorot mata merahnya tajam. Pertanda tingkat emosinya yang semakin meninggi.

Lady Lucyanna : ("Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau rencanakan kali ini! Dasar kau dan egomu!")

Lucyanna melangkah mengikuti firasatnya. Mengikuti jalur energi saudaranya. Melewati lorong yang gelap, dengan jajaran jendela tinggi yang tirainya terbuka. Dan terlihatlah penampakan bukan purnama yang sinarnya menembus ke dalamnya. Hingga sampai membawanya di depan pintu ganda, Lucyanna bisa merasakan kehadiran saudaranya di sebuah ruangan yang berbeda. Tanpa penerangan. Apakah disengaja?

Dengan kekuatan telekinesisnya, Lucyanna membuat pintu ganda yang terlihat sangat berat itu terbuka.

Ruangan itu begitu gelap. Membuat Lucyanna semakin geram. Ia tahu bahwa ini adalah perbuatan saudaranya.

Lucyanna memasuki ruang yang gelap itu, sambil menjentikkan jarinya dengan keras dan nyaring. Secara seketika, satu persatu secara serempak, cahaya penerangan yang berasal dari lampu gantung menyala. Dan isi ruangan pun mulai menjadi terang. Di ujung ruangan, ia bisa melihat saudaranya yang sedang berdiri menghadap sebuah lukisan seseorang yang terlihat berkharisma.

Ternyata itu adalah potret Raja-Raja Varrzanian yang berjajar dengan rapi, terukur dan tampak nyata. Satu garis keturunan Vortexian. Lucyver tengah memandangi lukisan potret sang ayah yang terlihat tampan, gagah dan berkharisma. Mengenakan jubah kerajaan yang dominan berwarna hitam.

Lady Lucyanna : "Apa rencanamu sekarang?!"

Geram Lucyanna. Langkahnya berhenti.

King Lucyver : "Jadi kau sudah tahu?"

Tanya Lucyver dengan nada yang ringan dan masih memandangi lukisan sang ayah.

Lady Lucyanna : "Beraninya kau!! Sudah kukatakan padamu, agar kau diam saja saat itu!! Kau berani memata-mataiku rupanya!! Apa kau masih terus bertahan dengan egomu?!"

Mendengar keluh Lucyanna yang penuh emosi, Lucyver pun mengalihkan pandangannya. Melempar pandangan sinisnya.

King Lucyver : "Yang kau pikirkan hanyalah aku yang bodoh karena keegoisanku! Apa aku akan diam saja saat aku tahu bahwa masa depan Kerajaan Varrzanian sudah di depan mata?"

Tingkat emosi Lucyanna langsung menurun, tergantikan dengan keterkejutannya. Ucapan Lucyver sama dengan ucapan Sir Renzo.

Lady Lucyanna : "Apa maksudmu?"

Seketika, Lucyver menunjukkan senyum sinis terbaiknya.

King Lucyver : "Heh! Apa kau pikir, aku akan tinggal diam saat akhirnya aku bisa mengetahui siapa sebenarnya Jodoh Terikatku?"

Lucyanna semakin terkejut untuk kalimat terakhir itu.

Lady Lucyanna : "Apa..? Jodoh Terikatmu? Maksudmu, wanita muda penjamin itu--"

Lucyver masih tersenyum sinis.

King Lucyver : "Itu benar! Dan aku sudah meyakinkannya sendiri! Karena itulah aku berani memata-mataimu di Aula Sidang Utama Istana hari itu. Dan saat aku melihatnya, aku langsung bisa merasakannya! Tidakkah kau merasakannya juga? Walaupun hanya sedikit? Padahal kau sangat dekat dengannya."

Lucyanna masih terkejut. Ia tidak percaya. Mencoba untuk mengulangi pertemuan hari itu. Saat di awal sidang dan saat pertemuan yang kedua. Juga tentang perasaan yang ia rasakan hari itu.

Lady Lucyanna : "Jadi semua yang kurasakan waktu itu adalah--"

Lucyanna mencoba untuk mensinkronisasikan semuanya. Bayangan dan sorot mata Yuna benar-benar masih terekam jelas di kepalanya. Hingga terciptalah satu kemungkinan yang paling besar. Lucyanna mulai memahaminya dan setuju, bahwa wanita muda itu adalah Jodoh Terikat saudaranya yang dengan begitu sulitnya ditemukan.

Lady Lucyanna : "Sulit kupercaya..!"

Lucyver memperhatikan ekspresi saudarinya.

King Lucyver : "Seperti yang Dewa Azfir katakan. Kita akan segera bertemu dengannya. Karena itulah aku langsung memerintahkan Sir Renzo untuk segera membawanya ke Istana Varrzanian. Agar kita bisa melindunginya dari DIA! Dengan alasan, aku menjadikannya jaminan secara utuh. Atau membuatnya bersumpah setia untuk melayaniku. Dengan begitu, dia tidak perlu bersusah payah untuk menebus jaminan keluarganya! Bukankah itu lebih baik?"

Jelas Lucyver dengan penuh percaya diri. Namun secara langsung, Lucyanna meresponnya dengan wajah kesalnya kembali.

Lady Lucyanna : "Tidak! Kau tetap saja egois! Apa kau pikir akan semudah itu hanya karena kau raja? Sebaiknya, kau jangan sampai melupakan hal kecil lainnya tentang wanita muda itu!"

King Lucyver : "Memangnya apa yang harus kuketahui lagi?"

Tanya Lucyver dengan satu alis mata terangkat.

Lady Lucyanna : "Keluarganya."

King Lucyver : "Komandan Distrik itu? Aku tetap tidak akan menjatuhinya hukuman mati! Apa kau puas?"

Lady Lucyanna : "Bukan hanya Komandan Distrik Tenjima. Tapi tentang keluarga dalam arti yang sebenarnya!"

King Lucyver : "Hemph! Hanya itu? Kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Aku bisa memberinya kebijakan yang terbaik untuknya."

Lucyver pun berjalan, melewati Lucyanna begitu saja.

King Lucyver : "Sekarang, jangan menganggu saat aku harus menyambut calon ratuku! Malam ini bulan purnama terlihat berbeda. Sekaligus, aku ingin memastikan sesuatu dari wanita muda itu!"

Lucyver menjentikkan jarinya dengan nyaring, terdengar menggema. Membuat seluruh penerangan menjadi redup. Menjadikan ruangan tersebut temaram. Sedangkan Lucyanna hanya bisa melihat punggung saudaranya yang semakin menjauh.

Lady Lucyanna : ("Jika itu benar, seharusnya aku ikut merasakan hal yang sama dengan saudaraku... Walaupun sejujurnya, aku merasa penasaran... Tapi, ada hal yang tidak kusukai dengan keputusannya... Apakah dia benar-benar mengerti apa yang seharusnya ia lakukan..?")

Lucyanna lalu mengalihkan pandangannya pada lukisan potret sang ayah yang sangat besar.

Lady Lucyanna : ("Ayah... Mungkin waktunya sudah tiba... Aku bisa merasakan peranku akan semakin besar... Tapi, aku tidak yakin... Aku tidak tahu kenapa dan sulit kujelaskan sendiri... Jika ayah melihat ini, aku penasaran, apa yang akan ayah lakukan?")

「 Entering Rashvarrina Village At Night 」

Di tempat yang berbeda, Sir Renzo bersama dengan rombongannya baru saja memasuki wilayah perbatasan Desa Rashvarrina.

Perjalanan malam ini, beruntung ditemani oleh cahaya dari bulan purnama. Sir Renzo yang berada di depan, tatapannya selalu fokus. Namun sisi lain hati nuraninya selalu menganggu daya fokusnya.

Sir Renzo's Voice : "Aku merasa, sudah mulai menyesali keputusanku untuk mengikuti jiwa loyalitasku... Aku merasa, aku akan menjadi sosok yang jahat... Sayangnya, aku tidak bisa kembali sekarang... Demi masa depan Kerajaan Varrzanian yang lebih baik..."

Saat Sir Renzo memasuki pintu masuk utama Desa Rashvarrina, ia di hadang oleh beberapa pria yang sedang berjaga.

Male Villagers : "Tahan, Tuan-Tuan! Siapa kalian dan darimana asal kalian?"

Tanya salah seorangnya, sambil mengarahkan lampu pencahayaannya pada Sir Renzo yang tidak turun dari kudanya.

Sir Renzo : "Selamat malam, Tuan-Tuan warga Desa Rashvarrina yang terhormat. Kami datang dari Kerajaan Varrzanian."

Para warga desa terkejut saat mendengar nama Kerajaan Varrzanian dan mulai berspekulasi.

Male Villagers : "Dari Kerajaan Varrzanian?"

Saat pria paruh baya itu memperhatikan lambang crest yang tergambar di baju jirah hitam Sir Renzo, hal tersebut semakin membuatnya percaya.

Male Villagers : "Maaf atas kelancangan kami, Tuan. Kami hanya bertugas menjaga. Apa yang membuat Tuan sampai datang ke desa kami? Apakah jangan-jangan ada salah satu warga desa kami yang bermasalah lagi?"

Tanya pria paruh baya ini dengan nada yang cemas, sebab mengingatkannya dengan kasus serius yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Sir Renzo : "Jangan khawatir. Bukan masalah yang serius. Kami hanya diperintahkan untuk membawa seorang wanita muda dari desa ini."

Male Villagers : "Wanita muda? Siapa yang Tuan maksud? Ada banyak wanita muda di desa kami."

Sir Renzo : "Apakah kau mengenal Nona Sakurana Yunareika?"

Male Villagers : "Sakurana Yunareika?"

Pria warga desa itu sempat bingung, ia mencoba untuk mengingatnya.

Young Male Villagers 1 : "Oh? Mungkinkah yang dimaksud putri dari paman Sakurana Akimiya? Yuna, bukan?"

Young Male Villagers 2 : "Benarkah? Tapi, benar juga. Bukankah namanya memang seperti itu? Dan banyak yang memanggilnya dengan nama Yuna. Sepertinya dia yang dimaksud."

Jelas kedua warga desa pria muda yang cukup mengenal Yuna, namun wajah mereka menjadi cemas saat menjelaskannya.

Male Villagers : "Ah! Yuna putrinya Akimiya ya? Tuan, kami tahu siapa yang Tuan cari. Tapi, apakah Yuna bermasalah dengan kerajaan? Yang kami ketahui, Yuna adalah gadis yang sangat baik dan sangat ramah dengan semua warga Desa Rashvarrina. Saya tidak percaya jika itu benar."

Ucap Pria paruh baya itu dengan wajah yang cemas. Begitu pun warga lainnya. Sebab mereka juga mengenal baik seorang Yuna juga Akimiya.

Sir Renzo memperhatikan kekompakan rasa iba para warga desa tersebut karena Yuna. Namun itu juga bisa menjawab rasa iba yang pernah Sir Renzo rasakan saat itu pada Yuna.

Sir Renzo : "Jangan cemas, Tuan-Tuan. Saya pastikan ini bukan hal yang serius. Kami hanya menjalankan perintah. Dan nama Desa Rashvarrina tidak akan ikut tercoreng. Jadi tolong bantu kami sedikit, tunjukkan dimana Nona Sakurana tinggal."

Sejenak, para warga terdiam dalam kecemasan mereka. Mereka bahkan tidak berani sedikit pun untuk angkat bicara.

Male Villagers : "Apakah Anda berjanji bahwa ini tidak akan mencoreng reputasi baik desa kami? Karena ini bukanlah hal yang serius. Begitukah, Tuan?"

Tanya pria warga desa itu dengan nada yang cemas. Suaranya sempat terdengar gemetar.

Sir Renzo : "Ya, kami berjanji. Kau bisa pegang kata-kataku. Dan aku berjanji bahwa Nona Sakurana tidak akan terluka. Kami hanya harus membawanya seperti Yang Mulia Raja minta."

Karena nama raja disebut, para warga desa yang bertugas itu kembali terkejut. Mereka saling berbisik karena mereka tidak akan mungkin menolak perintah dari raja yang juga menguasai Desa Rashvarrina. Hingga akhirnya, pria paruh baya itu memutuskan sendiri.

Male Villagers : "Baiklah, Tuan. Kami mengerti bahwa ini adalah perintah. Saya akan menunjukkan jalannya."

Pria paruh baya ini pun berjalan di depan, menunjukkan jalan menuju rumah Yuna yang ditemani dengan penerangan di tangannya.

Sir Renzo dan rombongannya pun mengikuti arahan pria tersebut. Dengan sangat berhati-hati agar tidak menarik banyak perhatian dari warga desa lainnya yang sedang berada di rumahnya masing-masing.

Entah apa yang terjadi pada Sir Renzo, jantungnya berdebar kencang saat ia merasa semakin dekat dengan rumah Yuna.

Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah Yuna, tepat di luar pagar rumahnya yang cukup besar.

Male Villagers : "Disini, Tuan. Inilah rumah Yuna."

Sir Renzo : "Terima kasih atas bantuan kecilmu."

Sir Renzo mengeluarkan lima koin emas sebagai imbalannya untuk pria paruh baya tersebut, yang berhasil membuatnya terkejut. Namun ia memilih untuk tidak menerimanya.

Male Villagers : "Tidak, Tuan. Ambil kembali. Saya hanya ingin, Tuan menepati janji Anda. Jangan sampai menyakiti mereka."

Sir Renzo cukup terkejut namun ia juga kagum dengan kerendahan hati warga desa di hadapannya.

Sir Renzo : "Baik. Janji itu akan kami pegang. Kau boleh kembali. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih."

Male Villagers : "Ya, Tuan."

Pria warga desa itu pun pergi, meninggalkan Sir Renzo. Ia sempat menengok ke belakang, namun ia masih tetap melihat Sir Renzo yang masih terdiam memandangi rumah Yuna. Namun ia sadar, bahwa ia tidak boleh ikut campur lebih jauh dan berharap agar tidak terjadi hal yang serius.

Dengan membalikkan lagi wajahnya, pria paruh baya itu tetap melanjutkan langkahnya tanpa berpikir untuk menoleh lagi.

「 Yuna's House 」

Sir Renzo turun dari kudanya. Dan masih terdiam. Memandangi satu jendela yang memperlihatkan cahaya kehangatan di dalam rumah. Sir Renzo bahkan membayangkan bahwa penghuni rumah yang akan ia datangi ini segera, sedang menikmati waktu kebersamaan mereka yang hangat. Lagi-lagi, hati nuraninya memanggil.

Sir Renzo's Voice : "Sekarang aku sudah disini... Aku hampir menyelesaikan perintah dari raja... Namun, aku ragu dengan semua keputusanku sampai sejauh ini... Tapi sekarang, aku sudah tidak bisa kembali lagi... Maafkan aku..."

Sir Renzo mulai memasuki halaman depan. Hanya terhitung beberapa langkah. Ia pun langsung mengetuk pintu kayu sederhana itu dengan etika. Ternyata responnya cepat. Seseorang membukakan pintunya.

Terlihat seorang pria paruh baya dengan wajahnya yang bingung dengan tamu di balik pintu. Ternyata dia adalah Akimiya.

Meskipun baru hanya satu kali, Sir Renzo masih mengenalnya dengan sangat baik setelah pertama kali melihatnya hadir di Aula Sidang Utama Istana. Sir Renzo hanya membalasnya dengan tatapan fokusnya.

Akimiya : "Siapa Tuan-Tuan ini?"

Sir Renzo : "Kami dari Kerajaan Varrzanian. Tolong ijinkan kami masuk."

Sir Renzo memegang kedua pundak Akimiya, lalu mendorong tubuhnya dengan tenaga yang kecil. Yang bisa membuat Akimiya berjalan mundur karena dorongan itu. Dorongan lembut yang dilakukan saat itu. Walaupun sebenarnya, Sir Renzo tidak ingin melakukannya.

Hingga akhirnya, Sir Renzo pun masuk ke dalam. Diikuti oleh ke 5 anak buahnya dengan tenang. Dan Sir Renzo pun bisa melihat Yuna yang sedang berdiri dengan wajah yang terkejut dan bingung, dengan mata birunya.

Saat kontak mata itu terjadi, Sir Renzo kembali merasakan perasaan yang sama.

Sir Renzo's Voice : "Dan akhirnya, aku bisa bertemu denganmu lagi... Dengan sorot matamu yang membuatku merasakan kesedihan yang sudah lama kukubur bertahun-tahun yang lalu... Bagiku, kau seperti masa lalu yang kembali hidup... Seharusnya aku bisa merasa bahagia... Tapi justru sebaliknya... Dengan terpaksa, aku melakukannya malam ini juga..."

Sir Renzo membuka dan menunjukkan surat perintah dari Lucyver di hadapan Yuna sambil menjelaskan maksud kedatangannya, yang ternyata berkebalikan dengan yang terjadi saat di Aula Sidang Utama Istana hari itu.

◈◈◈◈▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣◈◈◈◈

" Untuk menebus pengkhianatan yang telah dilakukan Komandan Distrik dan telah mencoreng nama baik kerajaan, dengan ini Yang Mulia Raja Vrann Lucyver Vortexian, meminta seseorang untuk menjadi jaminan yang valid. Yang diminta secara langsung oleh Yang Mulia Raja secara pribadi. Maka penjamin yang ditunjuk tidak berhak untuk menolak permintaan Raja Lucyver yang bersifat mutlak. Jika terjadi penolakan, maka eksekusi mati akan tetap berlaku untuk Komandan Distrik tanpa mempertimbangkannya lagi. "

" Tertanda secara sah. "

" Raja Vrann Lucyver Vortexian "

◈◈◈◈▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣◈◈◈◈

Begitulah isi dari surat berkertas perkamen klasik tersebut. Dengan cap resmi kerajaan yang Lucyver sendiri membubuhkannya.

Sontak saja membuat Yuna dan Akimiya terkejut hebat.

Sir Renzo's Voice : "Apa kau pikir, aku akan tega melakukannya pada kalian berdua..?"

Hingga terjadilah perdebatan kecil antara Yuna dan Sir Renzo. Bahkan Akimiya memohon pada Sir Renzo dengan tulus sampai harus berlutut, agar jangan sampai mereka membawa Yuna. Melihat Akimiya yang sampai berlutut itu, berhasil membuat Sir Renzo menciptakan rasa ibanya.

Sir Renzo's Voice : "Apa kau pikir, aku menginginkan ini terjadi..? Dan sampai harus berpura-pura melimpahkan kesalahan lagi pada teman seperjuanganku yang masih berhak mendapatkan kesempatan kedua..."

Yuna semakin tidak berdaya saat hanya berada pada satu pilihan saja. Ia juga tidak ingin sampai harus melihat Sir Renzo membawa ayah yang sangat disayanginya. Wajahnya tertunduk, tergambar kesedihan yang dalam. Hingga tiba-tiba, Yuna berkata bahwa ia bersedia menjadikan dirinya jaminan demi melindungi keluarganya.

Saat mendengar keputusan Yuna dengan suara yang gemetar, Sir Renzo terkejut di dalam hatinya. Ia sempat merasa jantungnya berhenti.

Sir Renzo's Voice : "Inilah momen yang tidak ingin kulihat darimu... Meskipun selama bertahun-tahun aku selalu menyaksikan drama ini... Tapi entah mengapa, aku baru pertama kalinya merasakan sesuatu yang berbeda dari kalian berdua... Aku merasa ingin sekali mengulang waktu di masa lalu..."

Sir Renzo tidak akan pernah menyangka dengan gambaran yang terjadi di hadapannya malam itu. Menciptakan tangisan tertulus yang pecah di tengah ruangan itu. Namun Sir Renzo sangat mengagumi bentuk pengorbanan Yuna untuk keluarganya. Meskipun itu berat.

Dan akhirnya, Yuna pun keluar dari rumah sederhana penuh cintanya sambil membawa tangisannya. Sir Renzo dengan sabar menunggu Yuna di depan pintu kereta kuda yang Sir Renzo sendiri bersedia bukakan.

Kembali, Sir Renzo menyaksikan wajah sedih Akimiya saat harus menyaksikan sendiri putri satu-satunya akan meninggalkannya dan pergi ke Istana Varrzanian.

Sekali lagi, Sir Renzo dikejutkan dengan kedatangan seorang pria muda atau Sasouke yang juga tidak ingin Yuna dibawa pergi. Yang selalu meneriakkan nama Yuna.

Sir Renzo menyaksikan satu drama kesedihan di antara 2 manusia yang saling menyayangi. Namun apa yang terjadi? Yuna tetap pada keputusannya. Dan masuk ke dalam kereta kuda tanpa menoleh lagi.

Sir Renzo's Voice : "Aku tahu, itu pilihan yang sangat berat... Sekarang aku benar-benar sudah menjadi sosok pria yang kejam..."

Sejenak setelah Yuna masuk, Sir Renzo memperhatikan tekad kuat Sasouke malam itu. Di sisi lain, Sir Renzo ternyata mengagumi kekuatan fisik dari seoang Sasouke. Namun sayang, Sir Renzo pun harus memisahkan mereka lagi. Ia menaiki kuda cokelatnya segera.

Sir Renzo : "Jalan!"

Perintah Sir Renzo dengan nada tegas. Memerintahkan kudanya untuk berjalan. Namun tiba-tiba, ia tertarik untuk mengetahui sesuatu dari Sasouke.

Sir Renzo : "Berikan pria muda itu celah. Dan perintahkan kudamu untuk menyerangnya tapi bukan melukainya."

Pinta Sir Renzo pada salah satu anak buahnya yang mengendarai kuda juga dan langsung mengiyakan perintah atasannya.

Sir Renzo menyaksikan keberanian dan tekad Sasouke di balik gaya pertahanan tubuhnya yang sederhana. Namun di mata Sir Renzo, Sasouke seperti menyimpan satu potensi di masa depan.

Sir Renzo's Voice : "Tekadmu sungguh berharga saat kau ingin melindungi seseorang yang sangat kau cintai... Selama bertahun-tahun, aku menemukan satu sepertimu... Apa kita bisa bertemu lagi? Sayangnya, aku harus membawa wanita tercintamu untuk Kerajaan Varrzanian... Maafkan aku..."

Sir Renzo mengalihkan lagi pandangannya dan kembali fokus dengan misi membawa Yuna ke Istana Varrzanian, tanpa menoleh ke belakang lagi atau dia hanya akan menyaksikan air mata yang tertumpah di belakang sana.

「 Return Journey To The Varrzanian Palace 」

Misi membawa Yuna masih berlanjut. Sir Renzo dan rombongannya baru saja meninggalkan Desa Rashvarrina. Semakin menjauh setiap detiknya. Sir Renzo hanya bisa terus fokus dan membiarkan Yuna sendiri dalam kesedihannya.

Tidak lama kemudian, akhirnya mereka memasuki wilayah pusat Kerajaan Varrzanian setelah melewati gerbang utama sisi lain kerajaan.

Kereta kuda pun berhenti, Sir Renzo turun dari kudanya dan membukakan pintu kereta kuda itu, hingga ia bisa melihat Yuna yang tertunduk sedih. Yang dengan perlahan menunjukkan wajahnya yang tertutup bayangan, demi menutupi matanya yang terlihat kemerahan karena terlalu banyak air mata yang dikeluarkan.

Yuna pun keluar, dengan perlahan Yuna mengangkat wajahnya sepanjang tembok besar dan tinggi Istana Varrzanian. Sir Renzo memperhatikannya.

Sir Renzo's Voice : "Apakah aku akan menyangka semua ini? Tentu tidak! Jika aku bisa, aku tidak ingin membawamu pada tempat yang hanya membuatmu takut karena harus mengorbankan dirimu demi keluargamu... Kau hanya memandangi tembok besar itu dengan tatapan kesedihan... Sungguh sebuah dilema yang baru terjadi di dalam hidupku... Saat aku harus membawamu pada seseorang..."

Sir Renzo akhirnya akan membawa Yuna untuk menemui Lucyver di satu ruangan khusus. Semua bagian lorong yang mengarah ke ruangan itu, dibuat sengaja gelap. Sesuai dengan permintaan Lucyver.

Hingga tibalah di depan sebuah pintu ganda besar yang di jaga oleh 4 penjaga di bagian sisi kiri dan kanannya. Sir Renzo dan Yuna pun berhenti.

Sir Renzo's Voice : "Inilah akhirnya... Akhir dari misi... Akhir dari penyesalanku... Yang sama sekali tidak kuharapkan terjadi padamu..."

Sir Renzo berbalik, memandangi Yuna yang sekarang dalam ketakutan dan kecemasannya. Sir Renzo mendaratkan tangannya di pundak Yuna dengan sentuhan yang lembut. Yang mendorong sisi lembut Sir Renzo yang terkenal selalu fokus.

Sir Renzo's Voice : "Apa aku berharap kau baik-baik saja setelah aku mengirimmu pada Yang Mulia Raja..? Ya! Itulah harapan terbesarku... Aku hanya berharap, kau tahu apa yang harus kau lakukan setelah ini..."

PIntu ganda yang besar itu pun terbuka dengan bantuan 4 tenaga penjaga tersebut. Terlihat sangat berat. Dan Sir Renzo bisa melihat ruangan yang temaram, dimana sesaat setelah pintu terbuka, ia bisa merasakan hawa dingin yang baru saja melintasi kulit wajahnya.

Sir Renzo masih melihat Yuna yang masih terdiam beberapa saat. Dan akhirnya, Yuna mulai melangkahkan kakinya, memasuki ruangan temaram tersebut. Sendirian. Semakin masuk. Semakin jauh. Dan pintu pun mulai di tutup kembali. Dari situlah untuk pertama kalinya, Sir Renzo merasakan ujung kecemasannya.

Sir Renzo's Voice : "Jika karena ini kau menderita karena keputusanku mengikuti loyalitasku, kumohon... Maafkan aku... Tapi jika memang kau akan menjadi bagian dari cahaya masa depan untuk Kerajaan Varrzanian... Kumohon, biarkan aku menebus kesalahanku dengan membalas budi padamu, suatu hari nanti... Semoga Dewa-Dewi melindungimu... Misiku sudah selesai sampai disini..."

Pintu pun tertutup rapat. Tidak ada celah untuk sekedar mengintip dalamnya.

Dengan membawa hati yang berat, Sir Renzo memutuskan untuk meninggalkan ruangan tersebut yang diikuti oleh ke 4 penjaga.

「 Meeting In A Dim Room - Early Determination Of Fate And Feelings 」

Siluet mata merah terbuka, memancarkan cahaya merahnya yang terang diantara kegelapan. Lucyver semakin bisa merasakan energi kehadiran Jodoh Terikatnya yang sekarang akan ia miliki.

King Lucyver's Voice : "Sudah tidak kuragukan lagi... Akhirnya aku menemukanmu..."

Lucyver berjalan melewati kegelapan ruangan tersebut. Dengan kemampuan melihat dalam gelap dari mata merahnya, ia mendatangi Yuna yang ketakutan.

King Lucyver's Voice : "Namun sayang sekali... Kau ketakutan... Kau lebih memilih menutup mata biru indahmu... Kau tidak berani memandangiku... Tentu saja, aku adalah Raja Vrann Lucyver Vortexian yang terkenal dingin dan kejam... Tapi setelah melihat kecantikanmu, semua titel itu seperti menghilang begitu saja... Tergantikan dengan hasrat yang sama seperti malam itu..."

Lucyver tentu mengingat ucapan Dewa Azfir di masa lalu, tentang bagaimana seharusnya ia bisa memperlakukan Jodoh Terikatnya yang hanya manusia biasa.

Lucyver mencoba untuk meyakinkan hati Yuna. Dengan berjalan mengitarinya dengan perlahan. Bahkan menyentuh rambut panjang Yuna yang lembut untuk pertama kalinya. Berhasil membuat Lucyver ketagihan dengan kelembutannya yang dianggap luar biasa.

King Lucyver's Voice : "Tidak kusangka akan seperti ini rasanya... Hanya sekedar menyentuh rambut panjangmu... Aku mulai menyukai rambut panjangmu yang lembut... Membuat jantung abadiku berdebar melebihi akal sehatku..."

Lucyver pun mencobanya dengan berbisik tepat di telinga Yuna dengan nada suara yang lembut. Ia bisa mencium aroma harum rambutnya yang lembut dan menenangkan. Menaikan hasrat 1 tingkat lebih tinggi. Senyum sinis pun tergambar di balik bayangan ruang yang temaram.

King Lucyver's Voice : "Bahkan aku juga mulai menyukai wangi rambutmu... Kau sungguh cantik... Tapi, kenapa kau masih tidak mau menatapku? Padahal sebagai pria, aku sudah berusaha berbicara baik padamu... Berarti itu benar... Rumor tentang titelku yang dingin dan kejam adalah benar... Itu terbukti dengan ketakutan yang kulihat jelas di tubuhmu... Walaupun aku tidak ingin, pada akhirnya aku tidak memiliki pilihan lain agar kau mau memperlihatkan mata biru indahmu... Untuk menjawab semua rasa penasaranku..."

Lucyver sempat geram karena Yuna yang bersikeras tetap menutup matanya karena terlalu takut. Hingga akhirnya, Lucyver memantrainya dengan sihir kendali. Membuat Yuna mematuhi perintahnya.

Dengan perlahan wajahnya terangkat begitu pun dengan mata biru itu. Akhirnya, Lucyver bisa melihat mata biru yang selalu menghantuinya. Terlihat sangat indah dan berkilau meskipun Yuna dalam kondisi ketakutan. Namun Lucyver merasa sangat senang dengan realita dihadapannya. Hasratnya meningkat lagi.

King Lucyver's Voice : "Aah, mata biru itu... Benar-benar sama seperti visi Dewa Lucifer... Sama seperti saat di tengah Kota Varrzanian, awal dari kegagalanku... Mata birumu selalu menghantuiku... Membuatku harus tersiksa dengan menikmati hasrat manis itu sendirian... Jika kau adalah sebotol anggur Bloody Rose yang terbaik, aku ingin segera mencicipimu... Menghabiskan anggurmu sampai tidak tersisa... Karena kau terlalu cantik dan manis untuk kubagikan dengan yang lainnya... Tidak! Aku hanya ingin kau menjadi milikku seorang!"

Lucyver melepaskan magis pengendaliannya. Membuatnya Yuna menjadi lemas hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Dengan cepat, Lucyver mampu menahan tubuh Yuna. Jatuh ke dalam pelukannya.

Lucyver merasa semakin berhasrat dengan Yuna di dalam pelukannya. Lucyver tidak pernah berhenti memandangi kecantikan Yuna saat terpejam. Senyum di wajahnya tidak memudar.

Lucyver pun mengeluarkan sebuah pecahan batu ruby merah pekat dari balik sakunya. Ia ingin sekali memastikan sesuatu saat pecahan batu ruby itu diletakkan di atas dahi Yuna.

Seketika, batu ruby itu bersinar. Tubuh Yuna bereaksi. Muncullah aura merah yang berpadu dengan hitam. Lucyver tersenyum puas saat melihat sendiri hasil yang di harapkannya. Ia bahkan menghirup dalam-dalam aura tersebut, hingga membuat reaksi gigi taringnya memanjang sedikit. Jantung abadinya berdebar sangat kencang.

King Lucyver's Voice : "Aku belum pernah merasakan hasrat sebesar ini sebelumnya... Setelah melihatmu seperti ini, tidak ada lagi yang harus kukhawatirkan..."

Lucyver mengangkat tubuh Yuna dan membawanya keluar dari ruangan tersebut, dengan membawa ekspresi wajahnya yang dipenuhi kepuasan yang besar.

King Lucyver's Voice : "Masa depanku dan masa depan Kerajaan Varrzanian berada di tanganku sekarang... Aku tidak akan pernah melepaskanmu sampai kapan pun lagi... Mulai sekarang, kau dan aku akan hidup bersama... Selamanya... Setelah fase bulan untuk keturunan Vortexian datang, aku akan bisa memilikimu!"

Setelah keluar dari ruangan temaram tersebut, Lucyver tertawa dengan nada yang sadis. Suaranya menggema. Pintu ganda yang terbuka karena kekuatan magis itu pun kembali tertutup dengan dorongan yang keras. Blam!

「 In Lucyver's Private Room 」

Ternyata, Lucyver membawa Yuna ke kamar pribadinya dan membaringkannya di atas ranjang besarnya. Lucyver terus memandangi wajah Yuna yang tidak sadarkan diri tanpa berkedip. Memperhatikan setiap ichi wajah cantik Yuna yang sekarang Lucyver sangat kagumi. Membuat jantung abadinya berdebar. Hasratnya menaik lagi.

Lucyver membuka jubah kerajaannya, semua atributnya yang berkilau, hingga yang tersisa adalah kemeja putih polosnya. 1, 2 dan 3 kancing dibuka. Memposisikan tubuhnya di atas Yuna dengan jarak beberapa centi. Tangannya yang dingin mulai memburu wajah Yuna. Lucyver membenamkan wajahnya ke bagian leher Yuna yang jenjang, dan menghirup wangi tubuh Yuna. Nafasnya mulai mendesah. Beberapa kali ia menghirup lagi wangi yang membuatnya candu.

Lucyver kembali memandangi wajah Yuna yang tetap terpejam. Sorot mata merahnya mulai terlihat dalam dan berbeda.

King Lucyver's Voice : "Jika dibandingkan dengan melihatmu lewat visi Dewa dan mimpi yang sempat menghilang itu, kau jauh 100 kali lipat lebih cantik dan mempesona setelah aku bisa menyentuhmu sedekat ini... Aku tidak pernah tahu bahwa dengan sedekat ini denganmu secara nyata, kembali membuatku gila... Kau milikku... Hanya aku yang bisa memilikimu..."

Hasrat Lucyver bertambah besar. Ia tertuju pada bibir merah muda Yuna yang terbentuk dengan indahnya. Lucyver sangat ingin merasakan bibir tersebut demi bisa meredam hasrat manisnya yang semakin membesar. Ia pun ingin mempertemukan bibirnya, semakin dekat. Hanya sedikit lagi.

Man's Voice : "Jangan sekarang, Yang Mulia Raja. Kau tidak akan mendapatkan apa-apa."

Ciuman yang hanya tinggal berjarak beberapa centi itu terhenti seketika. Berhasil membuat suasana hati Lucyver langsung memburuk. Lucyver langsung mengalihkan mata merahnya ke samping dengan tatapan yang dingin. Tapi ia terpaksa menghentikannya karena suara yang tidak asing itu.

King Lucyver : "Apakah kau harus datang di saat seperti ini? Meskipun kau Dewa, kau benar-benar  sudah merusak suasana hatiku yang sedang baik!"

God Azfir : "Aah, kumohon jangan marah, Yang Mulia. Aku datang bukan cuma harus menghentikan tindakanmu, tapi juga harus mengingatkanmu lagi!"

Ucap Dewa Azfir dengan nada yang ringan namun berkesan sinis. Yang sekarang sedang berdiri, sambil menyandarkan punggungnya di palang yang berada di seberang ranjang. Menyilangkan kedua tangannya dan memamerkan senyum sinis terbaiknya.

Lucyver pun terpaksa beranjak dari atas spot ranjang yang ditempati Yuna, dengan wajah kesalnya karena momen intimasi berharganya terganggu. Lucyver menyisir rambut sampingnya dengan ke 5 jarinya, sambil menghela nafas dengan berat. Sambil menyandarkan punggungnya pada palang ranjang yang bersebrangan dengan tempat Dewa Azfir.

King Lucyver : "Mengingatkanku tentang apa? Tidakkah kau lihat? Sekarang aku sudah menemukan gadis bermata biru yang adalah Jodoh Terikatku! Aku harus memilikinya sekarang sebelum terlambat!"

God Azfir : "Aa! A Uh! Belum saatnya."

Ucap Dewa Azfir sambil mengerakkan jari telunjuknya ke kiri dan kanan.

King Lucyver : "Apa maksudmu?"

God Azfir : "Apa kau lupa dengan pesanku waktu itu? Kau tidak bisa melakukannya begitu saja. Kau harus ingat, gadis istimewamu ini memiliki hati yang suci untuk seorang manusia biasa! Kau harus bisa belajar untuk merebut hatinya. Atau jika kau memaksakan dengan caramu, kau tidak akan pernah mendapatkan keistimewaan itu!"

King Lucyver : "Heh! Apa? Jadi aku tidak bisa langsung mendapatkannya? Apa ini juga saran dari Dewa Lucifer?!"

Tanya Lucyver yang mengeluh. Namun, Dewa Azfir tetap meresponnya dengan senyum sinisnya.

God Azfir : "Jadi kau tidak ingin menjadi Raja Varrzanian terhebat yang akan tercatat dalam sejarah?Jika itu tujuanmu, kau harus mau menerima saran yang berharga ini. Kau harus ingat dengan nasehat Dewa Lucifer, sekalipun kau seorang raja yang berada di bawah restu langsung Sang Dewa, tidak semua hal bisa kau miliki dengan mudah di dunia ini. Salah satunya adalah cinta!"

Lucyver merasa seperti baru saja tercambuk karena ucapan Dewa Azfir. Namun Lucyver lebih merasa kecewa.

King Lucyver : "Aagh! Kenapa Sang Dewa terdengar terlalu banyak memberikan syarat yang harus kupenuhi hanya untuk bisa bersatu dengan Jodoh Terikatku?"

Keluh Lucyver.

God Azfir : "Dasar kau dan egomu! Suka atau tidak, kau harus tetap melakukannya. Ingat hal ini! Gadismu adalah manusia biasa. Hatinya suci dan lembut. Namun bisa menjadi rapuh jika kau memperlakukannya dengan tidak baik! Jika itu terjadi, kau akan kehilangan segalanya!"

King Lucyver : "Kenapa bisa seperti itu? Bukankah jika sudah terikat, dia akan tetap menjadi milikku sampai kapan pun, bukan?"

God Azfir : "Hehe! Ternyata kau masih terlalu polos untuk masalah manusia! Terikat berjodoh dengan manusia itu memiliki kesulitan yang cukup besar, itu tergantung pada bagaimana sikapmu! Hati manusia itu lembut namun rapuh. Jika hati gadismu kau sakiti, dia yang akan meninggalkanmu! Tentu saja kau akan kehilangan segalanya! Masa depanmu dan masa depan Kerajaan Varrzanian, akan menghilang begitu saja! Tidak bisakah kau bayangkan, jika ternyata DIA yang lebih kompeten merebut hati gadis istimewamu? Jika itu sampai terjadi, awal kehancuran Kerajaan Varrzanian akan dimulai! Itu akan menjadi ironi yang memalukan untuk semua keturunan Vortexian!"

Sontak Lucyver terkejut hebat. Membuat emosi seketika mendidih saat mendengar nama seseorang bersamaan dengan semua kemungkinan yang Dewa Azfir katakan. Tentu saja, batin Lucyver menolak keras.

King Lucyver : "Tidak! Aku tidak akan membiarkannya!!"

God Azfir : "Keputusan yang bijak! Karena itulah, kau harus mau berusaha untuk mempelajari hati gadis istimewamu yang suci! Perlakukan dia dengan baik! Sampai dengan kedatangan puncak fase bulan Dewi Varamist! Kau bisa melakukannya, bukan? Yang Mulia Raja..!"

Lucyver menghela nafas dengan berat. Mau tidak mau, ia harus mau menerima syarat tersebut, meskipun batinnya sangat menolak.

King Lucyver : "Baiklah..! Akan kulakukan dengan perlahan. Asalkan itu berarti, dia akan tetap tinggal di area Istana Varrzanian agar aku bisa mengawasi dan melindunginya!"

Ucap Lucyver dengan tegas. Sambil menekukkan kakinya dan tangannya yang mengepal bersandar di atas lututnya. Dengan memamerkan tatapan matanya yang dingin pada Dewa Azfir.

God Azfir : "Bagus! Akhirnya kau mengerti juga."

King Lucyver : "Menyebalkan! Mudah sekali kau mengatakannya meskipun kau seorang Dewa! Aku tidak yakin dengan hasrat yang keluar setiap kali aku melihatnya! Kau pikir semudah itu menahannya?"

God Azfir : "Maaf, Yang Mulia Raja! Itu bukan urusanku. Ahahaha..!"

Ucap Dewa Azfir dengan nada cibiran. Tertawa  bernada ejekan dengan lepas. Berhasil membuat Lucyver geram.

Dewa Azfir beranjak dari tempatnya. Lalu memandangi Yuna yang masih tidak sadarkan diri dan tersenyum sinis.

God Azfir : "Aah, tidakkah dia gadis yang sangat cantik? Baru melihatnya saja, aku langsung menyukainya! Jika saja dia bukan Jodoh Terikatmu, aku pasti akan langsung membawanya ke Alam Infinitia!"

Lucyver geram karena tatapan Dewa Azfir yang terlihat berbeda saat memandang Yuna. Cemburukah?

King Lucyver : "Cih! Berani sekali! Meskipun kau seorang Dewa, kau juga terobsesi mau memilikinya? Lupakan saja!"

God Azfir : "Ahahaha! Dasar kau! Terlalu mudah terbawa perkataanku. Tapi aku sedang berusaha berkata jujur padamu! Gadis istimewamu memang sangat cantik! Jika kuperhatikan, kecantikannya seperti memiliki daya magis yang sangat kuat. Hmm, entah mengapa. Aku sempat berpikir, apa jangan-jangan gadis ini titisan seorang Dewi?"

King Lucyver : "Apa maksudmu?"

Tanya Lucyver dengan curiga. Dewa Azfir justru merasa senang dengan melihat respon Lucyver.

God Azfir : "Maksudku, kecantikannya akan terasa menyenangkan. Tapi juga akan seperti magnet. Dia bisa menarik cahaya juga kegelapan! Menarik, bukan?"

King Lucyver : "Maksudmu, siapa pun bisa tertarik dengan gadisku?"

Dewa Azfir tersenyum, dugaannya benar tentang gambaran rasa cemburu seorang Lucyver.

God Azfir : "Anggap saja begitu. Kau akan melihatnya sendiri. Ehehe!"

Dewa Azfir pun mulai berjalan menuju bayangan.

God Azfir : "Kuucapkan selamat berbahagia bersama dengan Jodoh Terikatmu! Dewa Lucifer benar-benar sangat menyayangi anak tersayangnya! Dan ingat selalu saran dari Sang Dewa! Jangan membantah. Sampai bertemu lagi, Yang Mulia!"

Dewa Azfir menghilang saat memasuki bayangan. Lucyver hanya masih terduduk di ujung ranjangnya, dan hanya menoleh sedikit ketika Dewa Azfir menghilang.

Lucyver menghela nafas dengan berat. Lalu mengalihkan pandangannya pada Yuna yang masih terpejam. Sambil mengulang semua ucapan Dewa Azfir yang masih terasa segar dalam ingatannya.

King Lucyver : "Jadi tidak akan semudah itu rupanya? Tapi jika aku sampai gagal karena ini, masa depan Kerajaan Varrzanian tidak akan pernah ada lagi. Bahkan setelah keturunan berikutnya."

Cemas Lucyver dibalik wajah dinginnya. Namun seketika tergantikan, dengan terpancingnya hasrat manis yang kembali menghantuinya, saat semakin lama ia memandangi Yuna. Hingga terciptalah senyuman di wajahnya.

King Lucyver : "Dewa Azfir memang benar. Dia sangat cantik!"

Lucyver berpindah. Ia membaringkan tubuhnya di samping Yuna dengan posisi menyamping dan menahan kepalanya dengan satu tangan yang mengepal. Tidak ada jeda untuk tidak memandangi kecantikan Yuna.

King Lucyver : "Hei, kau tahu? Kau akan menjadi Ratu Varrzanian tercantik dan akan dikagumi oleh semua rakyat Varrzanian. Aku akan mengikuti saran Dewa. Aku harus bisa mengambil hati sucimu. Membuatmu jatuh cinta padaku! Walaupun sebenarnya, aku benci dengan cara manusia biasa!"

Lucyver mulai tertarik untuk mengambil sebagian rambut panjang Yuna yang terbentang di bagian sisi lainnya. Lalu, menghirup wangi rambut Yuna yang sangat ia sukai.

King Lucyver : "Selama kau berada di Istana Varrzanian, aku akan melakukan apa pun untuk benar-benar mendapatkanmu seutuhnya!"

Lucyver tersenyum penuh hasrat, saat ia menikmati lagi wangi rambut panjang Yuna di tangannya. Ia sudah bisa merasakan hasil yang akan datang setelah berhasil menemukan Yuna yang ternyata adalah Jodoh Terikatnya. Tentu hatinya merasa sangat puas.

King Lucyver : "Haaah, aku tidak yakin bisa tidur. Ternyata aku lebih suka memandangimu yang masih tertidur. Mana mungkin aku akan melewatkan kecantikanmu yang sangat indah ini? Jadi biarkan aku menikmati kecantikanmu malam ini. Dan mungkin selamanya!"

Lucyver semakin terpesona dengan Yuna. Cinta sudah mulai merasuki akal sehatnya, meskipun cinta itu baru melahirkan makna cinta berhasrat.

Apakah Lucyver bisa membuat Yuna jatuh cinta padanya di masa depan?