webnovel

Kepercayaan dan Sebuah Perjanjian Kosong

Dengan balutan jas rancangan Alexander Amosu bernuansa serba hitam, jam tangan Choppard 201 yang melingkar di pergelangan tangan kiri, rambut bergaya pompadour yang disisir rapih ke belakang, David berjalan dengan tegap memasuki pintu depan gedung mewah yang merupakan kantor utama dari Stockholm Corporation.

Tidak seperti gedung-gedung perkantoran pada umumnya yang sangat padat dan membosankan, gedung Stockholm Corp. lebih mengedepankan kenyamanan seluruh pekerjanya. Desain yang modern dan santai itu benar-benar mengikuti arus perkembangan zaman. Bahkan para pegawai hanya diharuskan berpakaian formal pada hari Senin, selebihnya bebas.

Dan karena hari ini adalah hari Senin, seluruh pegawai terlihat begitu rapih dan formal.

Semua mata tertuju pada paket keindahan yang saat ini sedang berjalan tegap melewati mereka. Tidak sedikit karyawan yang memiliki jabatan lumayan tinggi di perusahaan melontarkan ucapan selamat pagi kepada David dengan sangat sopan, walau tidak ada satupun yang dibalasnya.

Semuanya sudah terbiasa dengan sikap dingin David. Bagaimana tidak? Jika ingin dibanding-bandingkan, gaji seorang cleaning service selama satu bulan bisa disamakan dengan gaji karyawan tetap di perusahaan lain selama tiga bulan. Bisa dibandingkan betapa gilanya gaji setiap karyawan yang dimiliki David.

Sikap biasa yang ditunjukan oleh David berbanding terbalik dengan gadis yang berjalan di sampingnya. Angeline, gadis yang selalu melihat ke bawah itu ikut melangkahkan kakinya masuk ke sebuah lift pribadi milik CEO. Dengan kata lain, lift yang hanya boleh dipakai oleh David seorang.

Setelah menaruh telapak tangannya pada alat pemindai sidik jari, David menekan angka tiga belas yang berada di sebelah kanan pintu.

Bangunan yang terkesan mewah dan megah itu hanya memiliki tiga belas lantai jika dihitung dengan lantai dasar. David tidak menyukai kantor yang terlalu tinggi. Bukan karena takut ketinggian, tapi menurutnya gedung kantor yang memiliki lantai lebih dari lima puluh itu sangat norak.

Lagi pula untuk apa memiliki puluhan lantai kalau hanya dengan tiga belas lantai saja bisa menghasilkan jutaan dollar penghasilan bersih setiap satu jam ke dalam rekeningnya.

Walau begitu, mata Angeline tertuju pada tombol keempat belas, tombol bergambar huruf X yang berada di bawah tombol berhuruf G. Angeline tahu bahwa G untuk lantai dasar. Jika X berada di bawah huruf G, berarti lantai itu berada di bawah tanah. Sedangkan Angeline ingat bahwa David pernah berkata kalau ia juga tidak menyukai tempat parkir di bawah tanah, itu sebabnya ada gedung khusus yang menjadi tempat parkir untuk para karyawan.

Tidak ada yang mengetahui apa yang ada di lantai berlambang X itu, bahkan para petinggi perusahaan sekalipun. Hanya David sang pemilik tunggal Stockholm Corporation yang mengetahui bahwa di lantai itu terdapat ratusan senjata api langka yang menjadi koleksi berharga baginya.

Mulai dari senjata-senjata masa perang dunia kedua yang sudah tidak diproduksi lagi, hingga senjata-senjata berteknologi tinggi seperti sniper yang memiliki sensor panas dan lain-lain.

Bukan hanya itu saja.

Bahkan David juga memiliki senjata perang yang dibuat khusus untuk regu pengintai seperti bom elektronik--jammer--yang jika diledakkan bisa mematikan aliran listrik dan merusak seluruh alat elektronik dalam radius lima kilometer.

Mungkin cukup dengan pembahasan koleksi unik yang dimiliki David, karena sekarang Angel berada di dalam sebuah ruang rapat luas yang berisikan para petinggi perusahaan.

Angel duduk di dalam lingkaran orang-orang penting yang menurutnya memiliki kelas yang sangat berbeda dengan gadis lulusan sekolah menengah atas sepertinya.

"Baiklah, untuk proyek yang baru saja kita menangkan, bisa dibilang memiliki keuntungan yang lumayan kecil. Namun, kepercayaan dari masyarakat maupun pemerintah bisa menjadi manfaat jangka panjang." ucap seseorang yang berdiri di sebelah proyektor yang menampilkan data-data statistik yang sama sekali tidak bisa dipahami oleh Angel.

Gadis itu hanya diam. Sesekali ia melirik ke arah David yang duduk di sebelahnya. Ekspresi tenang dan tatapan yang fokus itu benar-benar menggambarkan sikap professional dari seorang pemilik perusahaan besar.

Walau Angel tidak tahu, bahwa yang ada di dalam pikiran David adalah visual tubuh telanjang Angel. Lelaki itu benar-benar membayangkan dirinya bisa berada di atas tubuh gadis cantik itu, dengan perlahan memuaskan hasrat terpendamnya hingga mencapai titik di mana mereka berdua terkulai lemas di atas ranjang yang sama, saling tersenyum dan merangkul dengan penuh kasih sayang.

"Bagaimana menurut anda, Tuan David?"

Angel kembali menoleh ke arah David. Namanya dipanggil beberapa kali namun David masih diam dengan tatapan tajamnya tepat ke arah layar proyektor.

"Tuan?"

Beberapa kali Angeline melihat David dan orang yang memanggilnya untuk meminta pendapat itu secara bergantian, hingga entah mendapat ilham dari mana, Angel menginjak sepatu David dengan heels-nya, membuat David mengaduh kesakitan.

David menatap Angeline dengan geram, namun gadis itu membuat sebuah isyarat mata yang mengatakan bahwa namanya terus saja dipanggil.

"Ada apa, Tuan David? Apa ada yang membuat anda kurang merasa puas?"

"Oh, iya ... Ekhem ... " ucap David tak jelas yang baru saja tersadar dari lamunan kotornya dengan Angeline. "Emm ... Sepertinya cukup menarik. Tidak ada masalah bagiku. Mungkin kedepannya kau bisa bicarakan lebih jauh tentang hal ini dengan Lucy, sekretarisku."

Semuanya mengangguk sambil tersenyum bangga. Mereka berpikir bahwa David sudah menaruh kepercayaan dan harapan besar di pundak mereka. Walau mereka tidak tahu, David hanya merasa malas berada di dalam ruangan membosankan itu.

David pun berdiri, membusungkan dadanya dan memasang raut wajah setegas mungkin. "Lakukan apapun yang menurut kalian baik bagi perusahaan ini."

Semuanya pun ikut berdiri dan membungkuk hormat, sementara David berjalan keluar ruangan sambil melonggarkan sedikit dasinya. Ia berjalan kembali ke dalam lift pribadi, diikuti Angeline yang terlihat berusaha menahan tertawanya.

"Ada yang lucu?" tanya David yang hanya mendapat gelengan pelan dari Angel.

David pun ikut tersenyum, "Aku rasa aku tahu apa yang ada di dalam pikiranmu."

Angeline menoleh. "Memangnya apa?"

"Aku tahu, mereka semua hanya orang-orang bodoh yang kebetulan saja bisa memakai pakaian mewah di tubuhnya."

Angeline pun melepaskan tawanya yang tidak bisa ia bendung lagi. "Aku tidak mengerti bagaimana bisa orang-orang seperti mereka menjalankan sebuah perusahaan besar hingga sesukses ini."

David pun melepas dua kancing teratasnya. "Biar kuberitahu sebuah rahasia. Rahasia besar. Rahasia tentang bagaimana aku bisa mendirikan perusahaan ini seorang diri."

"Apa kau yakin akan memberitahuku hal sebesar itu?"

"Sebenarnya hal ini adalah hal yang paling dasar dari semua hal yang sederhana. Hal pertama, apa yang kau ketahui tentang sebuah pasar?"

"Tempat di mana pembeli dan penjual bertemu." jawab Angeline cepat.

"Apa yang mereka lakukan?"

"Tentu saja melakukan proses jual-beli, menukar suatu barang atau jasa dengan alat tukar yang sah berupa uang."

Sudut bibir David mulai sedikit terangkat, hampir membentuk setengah senyuman. "Sekarang, bayangkan kau ada di posisi si penjual. Apa yang kau lakukan untuk mendapatkan stok barang yang ingin kau jual?"

"Membelinya dengan uang?" tanya Angeline balik yang mulai bingung dengan arah pembicaraan mereka."

"Bagaimana jika kau tidak memiliki modal untuk mendapatkan stok barang jualan?"

Angeline mengerutkan keningnya. "Mmm ... Berhutang mungkin?"

David pun tersenyum lebar, membuat Angeline semakin kebingungan.

"Yakin hanya dengan berhutang?"

"Oh iya, ada satu cara lain." sela Angeline spontan. "Melakukan perjanjian dengan pedagang lain?"

"Apa yang bisa kau tawarkan jika kau tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan bahan perjanjian?"

Kini Angeline terdiam. Wajah polosnya yang sedang berpikir keras terlihat sangat menggemaskan bagi David. Ingin sekali ia mencium kening yang mengkerut karena kebingungan itu.

"Mungkin akan kuganti pertanyaannya jika terlalu sulit bagimu. Menurutmu, apa yang terpenting dari sebuah perjanjian?"

"Emm ... Keuntungan yang akan didapat?"

"Jika begitu menurutmu, kau tidak ada bedanya dengan hewan-hewan ternak berdasi yang berada di dalam ruang rapat tadi." jawab David yang membuat Angeline mengerucutkan bibirnya yang merasa kesal karena disamakan dengan hewan ternak.

"Biar kuberi tahu, hal terpenting dari sebuah perjanjian adalah kepercayaan. Saat aku pertama menjalankan bisnis ini, aku tidak memiliki apapun untuk ditawarkan. Orang tua asuhku sudah meninggal dan teman-temanku juga sudah pergi menempuh jalan hidupnya masing-masing. Yang kumiliki hanyalah sebuah kepercayaan."

"Memangnya kepercayaan bisa dijadikan bahan perjanjian?" tanya Angeline, membuat senyuman di wajah David semakin lebar.

"Pertama, aku meyakinkan seorang pengusaha kecil, seorang kontraktor swasta hingga akhirnya dia mau bekerja sama denganku. Saat itu perjanjiannya adalah aku yang memenangkan lelang proyek dan dia yang mengerjakannya. Setelah berhasil memenangkannya, aku pergi ke kontraktor swasta lain, membuatnya percaya dengan hasil pekerjaanku yang pertama. Terus begitu hingga akhirnya aku memiliki ratusan kontraktor swasta yang bekerja sama denganku."

Angeline kembali mengerutkan keningnya, "Banyak sekali. Lalu bagaimana kau mengurus semuanya?"

"Ada hal yang harus kau ketahui dalam dunia ekonomi. Pemerintah mengeluarkan dana pertahunnya, dan dana itu diperebutkan oleh beberapa serikat pekerja. Dalam kasusku, pada saat itu hanya ada dua serikat pekerja, yaitu milikku dan milik sebuah perusahaan yang sudah lama bergerak dalam bidang itu. Dan berhubung serikat pekerjaku yang mendapatkan dana lebih banyak dari anggaran pertahun itu, otomatis serikat perkerja lawan tidak akan kebagian untung. Dengan kata lain merugi."

Angel melihat ke langit-langit lift sejenak, berusaha mencerna penjelasan David yang sedikit rumit itu.

David pun menghela napas berat. "Bila diibaratkan bermain jungkat-jungkit, aku berada di salah satu sisi, sedangkan pesaingku berada di sisi satunya. Dan jika aku berada di atas, pasti pesaingku--"

"Berada di bawah!" potong Angel antusias. "Lalu, apa yang kau lakukan setelah itu?"

"Aku mendatangi serikat pesaing dan membuat perjanjian dengannya. Yaitu aku akan menyerahkan semua orang yang telah bekerja sama denganku untuk berada di bawah serikat kerjanya. Dan untuk keuntungan yang didapat dari hasil pekerjaan seseorang, aku mendapatkan sepuluh persen. Coba bayangkan, jika ada dua ratus empat puluh tiga orang yang telah membuat perjanjian denganku sebelumnya mendapatkan keuntungan bersih sepuluh ribu dollar, aku akan mendapatkan seribu dollar dari masing-masing orang. Total dua ratus empat puluh tiga ribu dollar yang akan kudapatkan."

"Tunggu dulu. Dengan uang sebanyak itu, lalu pekerjaan apa yang kau lakukan?"

"Bukankah aku sudah mengatakannya tadi? Aku membuang semua orang yang telah bekerja sama denganku, namun aku tetap mendapatkan hasil melimpah walau tidak melakukan apa-apa. Itulah yang dinamakan perjanjian kosong. Dan hal itu hanya bisa dilakukan jika sudah terbentuk rasa saling percaya antar kedua belah pihak."

Angeline pun membulatkan matanya.

David Stockholm. Selain tampan dan bertubuh atletis, dia juga seseorang dengan hati terlicik yang pernah Angeline temui dalam hidupnya.

Chương tiếp theo