webnovel

LOROLOJO: Lord Rord Lort Journey

Lord, tidak, Lort ... dia adalah seorang pengurung diri yang menyukai video game seperti kebanyakan remaja lainnya. Pada saat ia hendak mencoba untuk mengubah kehidupannya dengan memberanikan diri untuk pergi ke sekolah karena masalah absen yang terlampau banyak, tiba-tiba saja ... kehidupannya berubah dengan sangat drastis... Ia terjatuh ... dan menemukan bahwa dirinya telah dipanggil ke dunia lain. Dan yang berada tepat di hadapannya saat itu adalah seseorang bernama Rord Roardia, gadis pendek dengan tanduk pada masing-masing sisi kepalanya yang mengaku sebagai putri dari raja iblis. Lort yang merasa tidak adil karena telah dipanggil secara sepihak akhirnya mengutarakan perasaannya pada yang memanggilnya, yaitu sang raja iblis itu sendiri. Raja iblis pun mengutuskan Rord, putrinya untuk ikut bersama dalam petualangannya. Petualangan yang bertujuan untuk mengalahkan raja iblis bersama dengan putri dari raja iblis itu sendiri?!

Napid · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
44 Chs

Vol I 23 『Strategi Gagal』

Tepat di hadapanku, dari kejauhan, aku dapat melihat The Great Demon Forest.

Meskipun aku hanya melihatnya dari kejauhan seperti ini, entah mengapa itu membuatku menelan ludah secara diam-diam.

Sementara yang ada di depanku adalah sebuah danau yang membentang sampai pada jarak yang cukup jauh.

Itu benar, danau yang memisahkan antara kastil raja iblis, The Great Demon Forest, dan dunia manusia, tempat di mana para manusia tinggal.

Sama seperti pada saat aku terakhir kali berada di sini, Giant Lily Pads tetap dapat ditemukan di manapun, di sekitar danau yang sangat luas ini.

Padahal itu baru saja terjadi beberapa hari yang lalu, tapi entah mengapa aku merasa jika ini terasa sudah lama sekali sejak terakhir kali aku pergi ke tempat ini.

Pada waktu itu, aku yakin jika petualanganku yang sebenarnya baru saja akan dimulai.

Tapi...

Kenyataan yang pahit sebenarnya baru saja akan dimulai.

Kami tidak punya uang, tempat tinggal, dan bahkan sudah berhutang pada saat baru mendaftar untuk menjadi petualang.

Mengingat diriku yang sangat percaya diri itu di masa lalu, entah mengapa membuatku merasa ingin menangis.

Berjuanglah yang keras, diriku di masa lalu.

Tetapi...

Sebenarnya untuk tujuan apa kami pergi kemari...?

Pertanyaan itu berhasil membuatku penasaran.

Bagaimana tidak. Seharusnya, ini adalah tempat khusus, yang berarti hanya orang tertentu sajalah yang mengetahui tempat ini.

"Eeh... apa kau yakin jika bahannya benar-benar ada di sini, Träger?"

"Ya, aku sangat yakin."

Träger tersenyum bangga, memandangi danau yang ada tepat di hadapannya.

Melihat senyuman bangganya itu, membuat diriku sedikit kebingungan.

--Sepertinya, dia benar-benar yakin kali ini...

"Tapi, sebenarnya bahannya itu apa, Träger?"

Sepersekian detik setelah aku mengatakan itu, Träger dengan cepat menanggapinya.

"Sudah kuduga, jika kau akan bertanya seperti itu."

Dia menolehkan mukanya dan menghadap kepadaku.

"Benda yang kita cari itu adalah... Giant Lily Pads!"

Eh...?

Apa orang ini sedang bercanda?

Maksudku, bukankah mereka itu tidak ada harga jualnya?

Bahkan, Barten pernah berkata padaku jika Giant Lily Pads itu tidak berharga sama sekali.

Lagi pula, bukankah pisau kecil ini dibuat dengan bahan yang istimewa...? Tidak mungkin bukan, jika sesuatu yang tidak ada apa-apanya seperti Giant Lily Pads bisa meng-enhancenya?

Saat aku memikirkannya, tiba-tiba saja aku teringat akan sesuatu.

Itu dia!

Meskipun Giant Lily Pads tidak berharga sama sekali, bukankah itu artinya kemampuan aslinya belum dikeluarkan?

Sama seperti kondisi pisau ini yang tidak ada bagus-bagusnya sama sekali.

Itu benar, kemampuan aslinya hanya belum dikeluarkan. Bahkan, Schmied juga pernah mengatakannya.

Jika kemampuan asli suatu hal dikeluarkan, itu pasti akan menjadi sangat luar biasa.

Sebelumnya, aku juga pernah memikirkannya, jika bisa saja tersimpan sesuatu yang luar biasa di balik Giant Lily Pads yang tidak berguna itu.

Yah, sekarang tujuan kami sudah jelas.

Selanjutnya, aku tinggal ikuti saja apa yang dia katakan.

"Bagaimana? Aku ini jenius kan, Lort?"

Aku tidak menjawab pernyataan yang ia lontarkan tersebut.

Sebaliknya, aku malah memikirkan sesuatu.

Tetapi, jika bahannya adalah Giant Lily Pads, terus mengapa kami sampai perlu repot-repot untuk pergi ke kafe dan tempat konstruksi...?

Aku merasa sedikit kebingungan.

"Hey, apa kau mendengarkan?"

"Iya, aku mendengarkanmu."

Träger membuat wajah cemberut karena aku membalas perkataannya dengan nada suara seolah-olah diriku sedang mencoba untuk mengabaikannya.

"MmMmm... kenapa kau selalu bersikap seperti itu, sih?"

Masih dengan wajah cemberutnya, Träger membuat suara yang terdengar sedikit lucu dengan bibirnya.

"Apanya?"

"Itu lo, bersikap seolah-olah tidak peduli akan sesuatu."

Eh? Apa aku memang selalu bersikap seperti itu?

Aku merasa tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Träger, aku pun mengalihkan inti pembicaraan kami.

"Da--Daripada itu, bagaimana cara kita membawa Giant Lily Pads-Nya, Träger?"

Namun, sayangnya Träger tidaklah sebodoh itu, ia dapat menyadari tingkahku yang sedang berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan dengan mudah.

"Kenapa kau mencoba untuk mengalihkan topiknya?"

Aah... berbicara dengan wanita itu memang sangat sulit, ya...

***

"Jadi, aku hanya perlu menyelam dan mendorongnya dari bawah ke atas?"

"Benar, benar. Dan setelah itu aku akan menariknya dari atas."

Itu terdengar seperti rencana yang matang.

Tapi...

"Tapi kenapa tidak kau saja yang mendorongnya dari bawah, Träger? Jika berbicara mengenai kekuatan fisik, bukankah kau sangat jauh lebih unggul daripadaku?"

Mendengar perkataanku, Träger memegangi kepalanya.

"Dasar. Kau ini memang tidak pekaan, ya..."

Sepertinya, aku tahu akan kemana perginya arah pembicaraan ini.

"Aku ini seorang wanita lo. Jika aku membuka pakaianku dan memperlihatkan tubuh seksiku ini di depan seorang laki-laki yang penuh dengan nafsu seperti dirimu, aku bisa-bisa akan kehilangan citraku, bukan?"

Oh, dia sadar diri juga rupanya.

Tapi dikarenakan aku mendengarnya mengatakan hal seperti itu dari mulut orangnya langsung, entah mengapa itu dapt membuatku berfantasi akan sesuatu yang tidak-tidak.

Aku membayangkan bagaimana Träger akan terlihat saat memakai baju renang.

Dia memiliki postur tubuh yang bagus, dia juga tinggi. Namun, meskipun terlihat seperti kakak-kakak yang memiliki aura kedewasaan, nyatanya ia mudah didekati.

"Apa, apa...? Apa mungkin kau sekarang sedang membayangkan diriku memakai sesuatu yang tidak-tidak?"

"Ya, itu benar. Aku sedang membayangkannya sekarang."

"Kau tidak ragu-ragu untuk mengatakannya, ya..."

Alih-alih bersikap malu untuk mengatakannya, aku justru merespon perkataannya dengan cepat dan tanpa keraguan sedikitpun.

Terkadang, kurasa bersikap terus-terang akan jauh lebih baik.

"Lupakan soal itu, kita bisa membahasnya nanti--"

"Membahasnya nanti?"

"--Sekarang, bagaimana jika kita langsung melakukannya saja? Aku merasa sedikit tidak enak jika terus berada di tempat ini."

Berada di sini lama-lama membuat diriku merasa tidak nyaman, karena bisa saja buaya bermata merah yang pernah aku dan Rord temui sebelumnya akan muncul kembali.

Buaya yang sebelumnya pernah mengincarku itu bernama Brugator. Aku baru mengetahuinya setelah mendengar bisik-bisikan dari petualang yang duduk di meja sebelah saat aku sedang bersantai di guild.

( Note: Brugator, diambil dari Brutal Alligator )

Berdasarkan perkataan yang kudengar dari mereka, konon katanya monster itu sudah hidup selama beratus-ratus tahun lebih di tempat ini.

Tidak hanya itu, aku juga pernah mendengar rumor jika sering ada anak-anak kecil yang menghilang entah pergi kemana saat mereka bilang sedang ingin mandi ke danau.

Mereka mungkin hanya sedang iseng saja, bermain-main menjadi petualang dan dengan tidak sengaja menemukan danau ini.

Tidak ingin membuang-buang waktu lebih lama, aku segera membuka pakaianku.

Träger melihat diriku yang sedang bertelanjang dada.

Ini dia. Momen yang kutunggu-tunggu.

Biasanya, seorang tokoh wanita akan berucap jika sang tokoh utama memiliki badan yang lumayan bagus dan terpesona karenanya.

Dan saat mereka terpesona, dengan cepat mereka akan berusaha untuk menutup wajahnya karena merasa malu, namun, mereka tetap melihatnya dan mengintip melalui sela-sela jari yang dengan sengaja mereka buka!

"Kalau kulihat-lihat lagi, kau ini memakai pakaian yang aneh ya, Lort."

Kenapa malah bahas itu?!

"Apa, apa? Apa kau berharap jika aku akan mengomentari tubuhmu yang biasa saja itu?"

"..."

Karena merasa malu untuk menjawabnya, aku dengan cepat melompat dan masuk ke dalam danau.

"Oh. Aku lupa mengatakannya padamu, jika Giant Lily Pads itu sangat berat saat ada di air, jadi berhati-hatilah, ya!"

Suara yang kudengar samar-samar.

Aku mencoba untuk menghilangkan rasa takutku untuk membuka kedua mataku di dalam air.

Aku selalu merasa takut jika berada di dalam air seperti ini, mungkin karena itulah aku tidak bisa berenang.

Tapi entah mengapa kini diriku bisa bergerak dengan cukup leluasa di dalam air.

Aku menyelam ke Giant Lily Pads terdekat.

Pemandangan di dalam air ini tidak begitu gelap, mungkin itu disebabkan oleh cahaya matahari yang menyinari danau ini.

Namun, saat aku sedang melihat pemandangan dari dalam air seperti ini, tiba-tiba saja sesuatu muncul saat aku sedang mencoba untuk mengalihkan pandanganku.

Seekor makhluk muncul tepat di depan wajahku. Makhluk itu memiliki mata berwarna merah.

Reaksiku sedikit lambat daripada yang biasanya.

Aku dengan segera naik ke permukaan dan berteriak sekencang mungkin.

"AAAAAaaaAAAA...!"

"A--Ada apa, Lort?"

"Trä--Träger! Ada buaya! Ada buaya...!"

"Buaya?!"

Dari belakang, aku mendengar suara yang sepertinya berasal dari sesuatu yang baru saja naik ke permukaan.

"Eh?!"

Suara itu terdengar sangat keras, sehingga aku dapat dengan cepat menyadarinya.

Menyadarinya, Träger langsung melompat, memijak kepalaku dan kembali melompat ke Giant Lily Pads lain sebagai pijakan untuk menuju ke arah buaya tersebut.

Träger menarik kedua pedangnya dari tempatnya dan mengalahkan buaya tersebut.

Dia tidak membunuhnya, melainkan hanya mengusirnya saja.

Buaya itu pun pergi setelahnya, keluar dari danau dan masuk ke dalam The Great Demon Forest.

Itu membuatku sangat terkejut, karena tidak hanya berhasil mengalahkan buaya tersebut saja, namun, ia juga menggunakan kedua pedangnya untuk bertarung.

Apa itu adalah seni pedang yang sesungguhnya?

Di medan yang tidak teratur seperti ini, Träger mampu menyesuaikan dirinya untuk bertarung.

Benar-benar hebat.

Bahkan, seorang pendekar pedang seperti Senya hanya menggunakan satu bilah pedang saja untuk bertarung, tapi Träger mampu menggunakan dua pedang sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

Tapi, kurasa setiap orang memang memiliki gaya mereka tersendiri.

Hanya karena seseorang merupakan pengguna dua pedang bukan berarti jika mereka lebih baik dari pengguna satu pedang, kira-kira seperti itu.

Tapi, harus kuakui jika Träger benar-benar memiliki kemampuan yang sangat hebat.

Pada akhirnya, kami akhirnya dapat membawa Giant Lily Pads ke kota.

Mendorongnya dari bawah sangat melelahkan, benda itu benar-benar sangat berat.

Namun, setelah benda itu sudah berada di permukaan, beratnya benar-benar berubah dengan drastis.

Rasanya seperti saat kau sedang membawa tumpukan baju yang baru saja selesai di-laundry.

"Mengapa bisa seperti itu?" Pertanyaan itu menghantuiku.

Tapi pertanyaan itu bisa terjawab dengan menganggap jika hukum fisika dan logika yang ada di dunia ini sangat benar-benar berbeda, atau mungkin lebih tepatnya tidak berlaku di dunia ini.

Kami akhirnya kembali ke kota.

Saat kami sampai, langit sudah hampir gelap.

Perjalanan pulang-pergi dari danau ke kota benar-benar memakan waktu yang sangat lama.

"Akhirnya sampai juga..."

"Ya, ampun. Hanya segitu saja dan kamu sudah kelelahan seperti ini, kau ini laki-laki atau bukan...?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin! Tenagamu itu benar-benar berbeda denganku, tahu! Seolah-olah tidak pernah lelah saja."

"Ya--Yah, begini-begini aku juga pernah lelah lo..."

Aku tidak yakin soal itu...

Melihat seseorang yang memiliki fisik kuat benar-benar sangat membuatku iri.

Pada saat kami sedang berdebat, tiba-tiba saja seseorang memanggil Träger dari kejauhan.

"Oi...! Träger...!

Orang tersebut adalah Schmied.

"Schmied?"

Dia menghampiri kami.

"Kemana saja kau pergi...? Membuatku cemas saja. Bukankah kau seharusnya sudah tiba sejak kemarin? Asal kau tahu saja, karena ulahmu ini, pekerjaanku jadi semakin bertambah banyak lo."

"A Ha Ha... maaf-maaf. Habisnya, kota ini terlihat sangat indah, maka dari aku memutuskan untuk berkeliling sebentar. Tapi karena merasa terlalu asik, tanpa kusadari, aku sudah lupa dengan waktu."

"Jangan menyalahkan kota ini dan membuat alasan seperti itu. Lagi pula, padahal sebenarnya kau hanya ingin bermalas-malasan saja, kan?"

"A Ha Ha Ha..."

Schmied menyapa Träger lebih dulu, sepertinya dia masih belum sadar jika aku juga ada di sini.

Apa hawa keberadaanku benar-benar setipis itu?

"Yah, biarlah. Tapi, sebagai gantinya kau harus membantuku mengemas barang, ya."

"Te--Tentu saja, tentu saja. Dengan senang hati akan kulakukan."

"Ya, baguslah jika kau akan melakukannya-- eh, mengapa kau bisa bersama dengan Lort?"

Dia akhirnya menyadari keberadaanku.

"A Ha Ha... ceritanya panjang. Eh? Apa kau kenal dengan anak ini, Schmied?"

"Ya, begitulah. Dia adalah salah satu pelangganku."

Oi, oi. Apa tidak ada dari kalian yang ingin mengajakku bicara?

Agak canggung juga rasanya jika hanya mendengarkan mereka mengobrol saja seperti ini.

"Kalian saling mengenal satu sama lain?"

"Ya, begitulah. Kami pernah berpetualang bersama, yah, itu sudah lama sekali, sih."

Jadi Schmied dulunya juga seorang petualang...

"Aku sebenarnya tidak ingin menanyakan ini, tapi... benda apa yang sedang kalian bawa itu?"

"Ah, ini. Giant Lily Pads, kami membawanya untuk sebagai bahan meng-enhance pisau kecil yang pernah kita bicarakan itu, Schmied."

"Kalau aku boleh tahu, siapa yang memberi ide untuk membawa mereka...?"

"Ah, itu dari Träger."

Setelah mendengarkan perkataanku, Schmied memandangi Träger dengan pandangan tidak enak.

Träger mencoba untuk menghindari kontak mata langsung dengan Schmied karena suatu hal.

Schmied pun menghela napas.

--A--Apa...? Apa yang sedang terjadi...?

"Untuk sekarang, mungkin kau bisa menaruh Giant Lily Pads yang kau bawa itu ke tokoku dan menyimpannya di sana."

"Oh, apa tidak apa-apa?"

"Ya, lagi pula kau adalah pelangganku. Tidak enak juga rasanya membuat seorang pelanggan bekerja keras seperti ini."

"Terima kasih ya, Schmied."

Dan dengan begitu, hari ini pun berakhir dan berganti dengan hari yang baru.