Suara meriah dari parade sirine mobil Police 3.9K semakin menjadi-jadi, kalau menurut perkiraanku si sialan itu mengerahkan seluruh anak buahnya untuk menangkapku. Aku benar-benar terkejut, aku tidak mengira kalau dia memiliki pemikiran yang sama denganku. Dia pasti mencariku untuk mengajakku bekerjasama dengannya… bodohnya aku… tidak mungkin seorang robot humanoid seperti dia bisa bertindak seenak hatinya, pasti ini karena dorongan dari atasannya.
Yah mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Kalau aku melawan maka aku yakin target selanjutnya adalah keluargaku, aku tidak mau itu terjadi. Semua ini adalah urusanku, tidak mungkin aku harus melibatkan istri dan anakku hanya untuk masalah dua orang sahabat bodoh seperti kami ini. Lebih baik aku duduk manis sambil memakan sandwich ini, daripada harus panic karena mereka mulai dekat dengan tempatku duduk ini.
"Itu dia! Cepat kepung area sekitar sini!"
"Semuanya bersiaga!"
"Jangan ada yang menggunakan senjata yang bertenaga electron! Gunakan senjata berbahan peluru mesiu kalian!"
Oh, mereka pintar juga. Mereka mengantisipasi serangan electronku agar tidak mengenai mereka secara langsung, tapi apakah mereka tidak tau kalau aku ini juga bisa melakukan serangan jarak dekat?
"Kenapa dia santai sekali?! Apa dia tidak panik?"
"Luar biasa, dia bahkan masih bisa makan dengan lahap dalam kondisi seperti ini. God memang beda."
"Jangan memuji musuh."
"Baik komandan."
Akhirnya biang keroknya datang juga, dia membuatku menunggu sangat lama.
"Yo, selamat pagi Ryu."
"Oh, selamat pagi Lucifer. Bagaimana kabarmu?"
"Kabarku baik, bagaimana denganmu?"
"Kabarku juga baik… sampai kau dan pasukanmu datang kemari."'
"Hahaha, maaf ya. Aku harus melakukan sesuai prosedur."
"Tidak masalah, aku sangat senang kalau ternyata teman lamaku selalu menjalankan SOP kepolisian dengan baik dan benar."
"Kau terlihat cukup tenang ya."
Aku menelan potongan terakhir sandwich ini sambil terus menatap matanya.
"Jadi begitu, kau sedang sangat waspada."
"Ketahuan juga ya."
"Kau tidak bisa menipuku Ryu, aku bisa membaca apa yang orang pikirkan dengan kemampuan AIku ini."
Tidak ada celah ya.
"Ah… aku sangat haus, tenggorokanku rasanya sangat gatal setelah menghabiskan sandwich tadi. Hei Lucifer, bisakah kau melemparkan seboto air? Aku benar-benar haus, rasanya seperti ingin mati."
"Hahaha, bisa saja ya kau ini."
"Lagipula, kau tidak ingin kalau aku sampai mati kan? Apalagi mati konyol karena kehausan."
"Kau benar-benar bisa memahamiku ya Ryu, baiklah."
Dia mengambil wadah minuman milik bawahannya, dia lalu melemparkan padaku 3 botol minuman.
"Minumlah."
"Ini kebanyakan, bisa kau beri aku satu saja?"
Dia menatap sinis kearahku, dia juga sedikit menaikkan dagunya dan itu membuatnya terkesan sangat sombong.
"Bukankah tadi kau mengatakan kalau kau sangat haus? Maka dari itu, aku memberimu 3 botol sekaligus."
Dia memang tanpa ampun ya, walaupun tubuhnya bisa dikendalikan orang lain tapi isi kepalanya masih bebas ya.
"Baiklah-baiklah, aku menyerah."
"Hah?!"
Wajah heran semua orang disana terbelalak, apakah mungkin mereka ingin melihat caraku bertarung?
"Kenapa wajah kalian terlihat kecewa? Bukankah bagus kalau aku segera menyerah, dari pada nanti aku bersungguh-sungguh. Apakah kalian bisa menyelamatkan nyawa kalian?"
Seketika itu semua orang langsung panik, dan sebagian besar mereka mengarahkan laser dot merah mereka ke kepalaku.
"Meskipun kalian tau kalau tidak bisa mengalahkanku, tapi kalian masih gigih ya."
"Berisik! Kami akan membasmi monster seperti anda!"
"Kalian merepotkan saja."
"Apa katamu?!"
"Diam! Ini urusanku dengan Ryu, kalian tidak diperkenankan menganggu. Kalian mengerti?"
"Baik."
Baiklah selanjunya tahap selanjutnya.
"Hei Lucifer!"
"Ya? Ada apa?"
"Tangkap ini!"
Aku melemparkan 3 botol miniman tadi, tapi… aku tidak mengikat lubang udaranya, hal ini kulakukan hanya untuk mengalihkan perhatian dan sebagai… media perantara.
"Kau lambat Lucifer."
Aku mengatakannya tepat di sebelah telinganya.
"Kau terlalu focus pada satu hal!"
Dengan sekuat tenanga aku menghantam kepala robotnya itu, dan sebagai efek dari seranganku tadi pelipis mata kirinya sedikit konslet.
"Kau boleh juga ya Ryu."
"Terimakasih."
"Semuanya! Dia telah menyerang komandan! Tembak dia!"
"Percuma saja, Void!"
Dengan menggunakan voidku, aku menangkis setiap peluru senjata yang diarahkan kepadaku. Tidak ada satupun serangan mereka menganaiku.
"Hanya seperti ini saja kemampuan kalian? Bukankah kalin ini adalah pasukan terbaiknya komandan Hardface? Mengecewakan."
Sedikit provokasi bisa membuat mereka kehilangan fokus, dan aku bisa memanfaatkannya untuk menghabisi mereka semua.
"Kurang ajar! Semuanya! Keluarkan senjata tangan kalian!"
"Baik!"
"Tunggu! Jangan gegabah!"
"Kau tenang saja Lucifer, aku akan merawat anak buahmu ini dengan sangat baik."
Mereka mengluarkan berbagai macam senjata tangan, mulai dari belati, pedang 2 mata pisau, katana, tombak, bahkan ada yang memakai cambuk berduri.
"Bunuh God itu!"
"Jangan!"
"Sepertinya anak buahmu sudah termakan emosi mereka, dan sudah tugasku untuk bertanggung jawab kareana sudah membuat mereka marah."
"Ryu... kau..."
"Maaf, tapi aku bukanlah Ryu yang baik seperti dulu. Aku tidak lagi segan untuk mengambil nyawa orang yang mengancamku dan juga keluargaku."
Benar, jika aku masih naif seperti dulu maka aku tidak akan bisa melindungi siapapun. Bahkan sahabatku sendiri berubah karena aku lemah.
"Saatnya membantai."
Dengan cepat aku melesat kearah mereka, aku mengalirkan banyak sekali electron ke Voidku, dan saat voidku ini mengenai musuh dapat memberikan rasa sakit yang luar biasa.
"Satu... dua... tiga..."
Aku menghitung berapa jumah pasukannya Lucifer yang mati terkena seranganku.
"Argh! Ini menyakitkan!"
"Hebar juga kau bisa menahan ini."
"Sakit sekali!"
"Tenang saja, akan kusudahi penderitaanmu."
Aku menebas kepalanya, tebasanku sangat cepat hingga membuatnya tidak sadar kalau kepalanya sudah lepas.
"A... pa?"
"Beristirahatlah dengan tenang."
"Tidak mungkin.... setengah pasukan kita.... sudah terbunuh!"
"Dengan begini, sudah 50 orang. Apa kalian siap untuk menjadi mayat selanjutnya?"
Perlahan-lahan mereka mulai mundur, senjata yang sebelumnya mereka angkat dengan semangat sekarang perlahan-lahan mulai turun.
"Sudah cukup!"
Ditengah-tengah kami ada sebuah sapuan es yang sangat besar.
"Kau akhirnya menggunakan kekuatanmu ya."
"Kau sudah kelewatan Ryu."
"Bukankah sudah kubilang, aku tidak akan ragu untuk membunuh orang lagi."
"Jika memang begitu, maka..."
Dia memasang topeng Hardfacenya itu.
"Aku juga tidak akan ragu... untuk membunuhmu."
"Seharusnya kau sedari tadi membulatkan tekatmu itu, kalau kau memutuskannya dari awal kau tidak akan kehilangan setengah pasukan..."
Seketika itu hujan tombak es menuju kearahku, jumlahnya tidak terhitung lagi oleh mataku. Apa jangan-jangan dia lebih cepat dariku?
Saat hujan serangan itu selesai, dia tiba-tiba berada didepanku dan mengcengkeram wajahku. Cengkramannya sangat kuat.
"Rasakan ini!!!"
Dia menyeret kepalaku ketanah dengan kecepatan tinggi, dia juga menghempaskanku ke udara.
"Ice Spear!"
Ada banyak sekali tombak es yang berada dibawahku, jika aku membiarkan diriku jatuh begitu saja, maka aku pasti akan tebunuh karena tertusuk tombak-tombak es itu.
"Jika kau berpikir sudah menang, maka kau salah Lucifer!"
"Apa?!"
"God Unique Skill: Kaminari!"
Aku menembakkan petir yang mengandung electron yang sangat banyak kearah tombak es itu dan berhasil membuatnya hancur, serangan ini juga merembet dan membunuh semua pasukannya yang masih hidup tadi.
"Kau!"
"Mari kita nikmati petarungan ini lebih lama..."
***
"Sahabatku."
Hai-hai readers yang budiman.
lama tidak bertemu.
sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya karena tidak mengupload bab baru selama kurang lebih 3 minggu, semua itu karena saya sakit dan harus karantina.
sekarang kondisi saya sudah jauh lebih baik, maka dari itu saya akan melanjutkan novel ini sesuai jadwal.
terimakasih atas perhatiannya,
See you~