webnovel

K114S 13411K

Kilas Balik

Hari sungguh cerah. Sinar mentari memberikan pancaran cahayanya ke semua orang termasuk diriku. Sayangnya hidupku tidak secerah itu.

"Ahk! Maaf, ampun-ampun!" jeritku kesakitan.

Aku dipukul habis-habisan di belakang sekolah. Tidak ada kata berani untuk melawan. Seorang anak berumur 15 tahun, kelas 9 sekolah menengah pertama.

"Masih berani lu bohong tidak bawa uang!" bentak seorang anak berbadan besar. "Senggol dikit habis lu!" lanjutnya memegang kerah bajuku, mataku berbinar menatap matanya, aku gemetar dan berkeringat dingin.

Mereka hanya dua orang. Satu berbadan besar, cukup gemuk dan satunya tinggi tapi tubuhnya kurus. Apalah daya diriku, seorang anak bertubuh kecil dan jarang bergaul.

Bugh!

Punggungku terbentur dengan dinding di gang sepi belakang sekolah itu, karena si Gemuk menolakku ke belakang.

"Akh! Tolong ampun!" ringisku karena merasakan sakit di punggung.

"Sekali dua kali, kami biarin lu mainin kami, tapi kalau udah berkali-kali kayak begini, hmm mati!" teriak si Kurus tepat di sebelah telinga kananku. "Dan sekarang waktunya!" lanjutnya berbisik.

"Nih liat!" ujar si Gemuk membuka tali pinggang yang ia gunakan.

A-apa yang akan mereka lakukan padaku?!

"Hiya!" Dia berteriak dengan matanya yang merah.

Cplash!

***

"Hah-hah!" Aku langsung terbangun dari tidur. Kenapa mimpi buruk ini selalu muncul! Apakah ada sesuatu yang ingin disampaikan?

Lalu aku mengambil ponsel yang berada di samping tempat tidurku dan melihat jam dari layar ponsel tersebut.

"Ahk ... ternyata aku kesiangan, sudah jam 11 siang sekarang!" batinku yang melihat silaunya layar Ponsel, kemudian menggerutu dan bergegas bangun dari tempat tidur.

***

Tahun 2032

Kota Imthivt adalah kota termaju di dunia dan mungkin akan sangat sulit untuk kota atau negara lain kejar kemajuannya. Teknologi yang tercipta sungguh bervariasi dari kipas angin speaker, speaker yang ada kipas angin, sampai speaker kipas angin.

Inilah aku penguasa Gaming World atau di singkat Gorld. Sebuah arena bermain para jagoan teknologi dengan menggunakan alat canggih dan bertarung di lapangan gorld.

Lapangan gorld cukup besar, berbentuk bulat dan berdiameter 110 meter. Sampingnya terdapat kursi penonton yang menjulang dari bawah ke atas.

Ada satu tempat terkhusus di tengah tempat duduk penonton. Singgasana sang penguasa yang telah memenangkan battle. Sungguh megah, cukup besar dan panjang.

Tentu saja, akulah pemiliknya.

Pertandingan final hari ini, Ferg melawan Maey. Siapapun pemenangnya akan melawan diriku. Aku pastikan tidak akan ada yang bisa merenggutnya!

"Iya! Babak ke tiga telah berlangsung. Pertandingan yang sangat sengit sampai sekarang. Siapakah yang akan maju melawan Lord Bamz setelah ini! Kita saksikan saja!" cakap si Host memperamai suasana dan siapa tadi! Lord Bamz? Iya itu aku, Bamz adalah namaku.

Boom! Duar!

Suara ledakan kemenangan dari kembang api di luncurkan, menyambut menangnya seseorang.

"Wuu! Yaaa!" Tepukan para penonton memeriahkan.

Baru selesai? Lama sekali!

Awal pertandingan hingga berakhir, aku sama sekali tidak ada niatan untuk menonton. Hanya rebahan sambil membaca buku hingga tertidur.

Baiklah! Sekarang waktunya bertarung.

Boom!

Aku terkejut, siapa yang berani menembak ke arahku, untungnya ada perlindungan yang luar biasa kuat pada sisi perbatasan penonton dan lapangan. Sehingga saat tembakan pemain meleset, penghalang tersebut yang melindunginya.

Aku langsung berdiri dari posisi awal dan melihat orang yang berani dengan sengaja menembak ke arahku. Mataku membesar melihat orang tersebut, ia adalah Ferg. Pemain yang baru saja menang.

Dia tersenyum sombong menatapku dan menggerakkan bibirnya, seperti berkata 'Kematianmu tiba!'. Berani sekali dia, kalau begini akanku buat ia menyesal.

***

"Sesuatu yang ditunggu-tunggu telah tiba! Lord Bamz melawan Ferg!" ujar sang Host. "Di sisi kanan ada Ferg!" lanjutnya memperkenalkan, sontak semua penonton berteriak dan bertepuk tangan.

Aku masih menunggu giliran dan berada di bawah tanah. Ruang bawah tanah berisi tempat kesehatan, pemain dan keperluan lainnya.

"Baiklah! Kita sambut, Lord Bamz!" Suara tepukan dan sorakan penonton terdengar kembali dan jauh lebih meriah dari sebelumnya.

Sebuah lift bawah tanah tersebut membawaku ke atas panggung. Aku lambaikan tangan ke arah penonton, lalu menatap tajam dan senyum menyeringai pada Ferg.

"Haha riuh sekali suara penonton dibabak final ini ya! Menanti siapakah yang akan menjadi penguasa gorld selanjutnya. Apakah Ferg sang pemain baru atau Lord Bamz yang akan tetap mempertahankan posisinya!?" cakap Host kembali sambil tersenyum menatap para penonton. "Baik, langsung saja! Gaming World! Ready ... fight!" lanjutnya.

Priit!

Suara peluit berbunyi tanda permainan dimulai.

Aku hanya diam menatap Ferg, langkah seperti apa yang akan dia lakukan.

Dia langsung menekan viwatch-nya dan muncullah sebuah hologram yang memperlihatkan alat miliknya.

Viwatch adalah sebuah gelang yang mirip seperti jam tangan, fungsinya untuk menyimpan berbagai data, termasuk alat-alat yang sang pemain miliki.

Ferg menyentuh hologram tersebut, tiba-tiba sebuah bren laser muncul di tangannya. Tidak terlihat jelas mungkin itu adalah bren laser level 2.

Bren adalah sebuah senapan mesin ringan yang dikendalikan oleh satu orang.

Setiap senjata canggih yang dimiliki punya tingkatannya masing-masing dan tingkatan tertinggi yaitu level 4.

Dengan cepat sambil berlari, Ferg menembak ke arahku. Tetap santai dan fokus akan tujuan, cukup dengan mengedipkan mata, eye lens-ku dengan aktif memunculkan armor yang melindungi dari serangan apapun, tetapi hanya bertahan 30 detik dan cool down selama 2 menit.

Eye lens adalah sebuah kacamata yang bervariasi gaya bentuknya. Seperti viwatch, eye lens juga berfungsi menyimpan berbagai data dan memunculkan alat-alat.

Armor adalah perlindungan yang mampu meningkatkan sistem pertahanan tubuh cukup baik.

Cool down yaitu jeda waktu selama beberapa detik sebelum suatu kemampuan atau skill dan gerakan untuk digunakan secara berulang

Ferg! Kau telah membuatku marah, akanku selesaikan ini dengan cepat.

Bertepatan dengan hilangnya armor, dengan cepat aku menggeser layar eye lens dan langsung memunculkan fastboard level 3 dan earthhand level 4. Fastboard kukendalikan menuju ke arah Ferg dengan kecepatan zig-zag. Saat telah sampai di depan Ferg, inilah waktunya. Aku bisa melihat wajahnya yang terkejut karena saking cepatnya aku berada padanya.

Fastboard adalah sebuah papan selancar mirip Skateboard yang terbuat dari bahan antislip dengan keunggulan terdapat dua NOS di belakangnya dan semakin canggih saat level meningkat.

Earthhand adalah sarung tangan yang sangat besar, terbuat dari aluminium dan batu kristal amethium, sehingga memberikan dorongan yang sangat kuat, saat memukul target.

Tidak ingin menghabiskan waktu. Pukulan demi pukulanku lontarkan ke perut, dada dan wajahnya. Tentu ia terdorong terus menerus ke belakang, laluku akhiri dengan meletakan bom listrik ke kostum bajunya.

Creet!

"Akh!" Terdengar suara kekalahannya saat ia akan terjatuh kelantai.

Boom! Duar!

Sekali lagi suara ledakkan kemenangan terdengar dan datang kepada orang yang hebat, yakni diriku.

***

Chương tiếp theo