webnovel

1. Gerobak Tua dan Pemiliknya

Jam menunjukan pukul delapan malam. Sesekali butiran air masih berjatuhan lembut di antara suara jangkrik yang bersembunyi di rerumputan taman jalanan kota Emerald Hill. Lampu kota malu-malu menyinari permukaan aspal yang basah terkena gerimis sejak sore. Di pinggir lalu lalang kendaraan, terlihat kepulan asap dari sebuah kedai ramen kecil.

Kedai tersebut sangat sederhana, hanya berupa gerobak tua yang dipoles sana sini dengan ornamen merah dan tulisan jejepangan. Bertempat di parkiran toko sembako, kedai tersebut baru buka apabila pemilik toko telah tutup. Lokasi yang tak begitu luas juga membatasi ketersediaan meja untuk makan di tempat sebanyak tiga buah saja, semua dengan alas tikar. Toh untuk membeli tambahan meja juga belum tentu pemiliknya memiliki dana lebih.

"Terimakasih, Kapan-kapan mampir lagi." Senyum terkembang di bibirnya tatkala menyerahkan uang kembalian pada bapak tua yang baru saja selesai membayar.

"Vahn, ramen dua, pedas seperti biasa." Seorang yang baru datang langsung memesan. Vahn kenal suara itu dari teman seasramanya di universitas, Leo. Satu orang yang lain menimpali, "Kamu nggak kembali ke kamar belajar? Besok ujian tengah semester. Atau jangan-jangan kamu lupa?", Ucap Dean terkekeh.

Vahn menatap kedua kawannya sebentar. "Aku masih hapal materi. Lagipula kalau aku tak jualan, mana mungkin aku bisa menutup uang semester depan? Beasiswa sering cair terlambat,"

Kedua kawannya menatap iba. Dua tahun satu sekamar asrama, Vahn bagi mereka sudah seperti saudara sendiri. Namun bagi mereka pun sosok Vahn masih sebuah misteri. Yatim Piatu, tentu saja miskin tanpa keluarga satupun yang dikenal, masuk ke universitas elit Emerald University lewat jalur undangan, hidup bergantung beasiswa dan kerja serabutan apapun. Itu saja yang diketahui.

Ahh, semua orang punya hal-hal yang tidak ingin diketahui orang lain. Terpenting Vahn cerdas, dan selalu membantu tugas kuliah mereka.

Asap mengepul menandakan ramen siap disantap. Ketiga sahabat tersebut mengobrol dan bercanda tawa. Hujan kembali deras, tak ada lagi pembeli di kedai milik Vahn.

Chương tiếp theo