webnovel

Last Boss

Kenapa Iblis itu harus dibunuh? Pertanyaan itu muncul di kepalanya ketika ia diminta untuk mengisi kuisioner setelah dirinya berhasil mengakhiri game yang baru saja keluar kemarin. Edward, dia adalah seorang pelajar SMA tahun terakhir yang memiliki hobi bermain game. Dia adalah seorang maniak, hampir semua game yang dikeluarkan 2 atau 3 tahun sudah ia selesaikan. Game baru keluar, Aester World, ia menamatkannya hanya dalam waktu kurang dari 48 jam. Game menunjukkan credit staff yang terlibat bergerak ke atas sebagai tanda akhir dari permainan, namun ketika kredit selesai muncul sebuah pertanyaan. Ia berpikir jika itu hanya ulasan untuk iklan game mereka, namun semakin lama muncul pertanyaan yang semakin aneh. Hingga terakhir muncul sebuah pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis? Monitor seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar. Ketika matanya terbuka, semuanya berubah. Tidak ada lagi ruangan sempit yang berantakan, tidak ada lagi cahaya monitor yang menjadi sumber cahaya ruangannya. Semuanya berubah, hanya ada ruangan luas dengan cat merah gelap, ranjang yang luas, dan seorang perempuan yang siap melayaninya kapan saja. Ia berubah menjadi Boss Terakhir dari game Aester World, mungkin itu terdengar sangat luar biasa namun tidak untuknya ketika tahu takdirnya akan berakhir di tangan sang pahlawan. "Jangan bercanda! Aku tidak mau hidup ku berakhir! Aku akan bertahan hidup dan mengubah takdir ku!"

Sonzai · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
181 Chs

Chapter 147 - Perdamaian atau kehancuran?

"Paduka, apa anda tidak ingin keluar?"

Void langsung menoleh kearahnya dengan wajah penuh pertanyaan, namun sorot matanya yang tajam seakan berkata 'Apa hak mu mengatakan itu?' hingga membuat Scintia menunduk dan langsung meminta maaf.

"Maafkan saya."

"Eh?"

Tetapi sikapnya itu justru membuat Void semakin kebingungan.

"Anda setelah sarapan langsung kembali ke kamar tanpa berkata apa-apa, bahkan anda berkata kepada Nona Roxine jika anda ingin sendiri terlebih dahulu, jadi ... Jadi saya sedikit khawatir dengan anda."

"Ah ..."

Dia memang menolak permintaan Roxine sebelumnya, tetapi itu tidak disengaja. Pikirannya sedang berada di tempat lain hingga secara tak sadar membuat dirinya tak ingin di ganggu oleh siapapun.

Void tertawa perlahan, kemudian ia berdiri dan menaruh bukunya lagi ke tempat dimana ia ambil sebelumnya.

"Kau benar, ayo keluar sebentar. Mungkin aku bisa menemukan jawaban lain."

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com