webnovel

Laluna

kehidupan bahagia bersama keluarga tidak seperti yang ia harapkan, semuanya berubah dalam satu malam. Eden Georgia Ludwig dijadikan persembahan untuk dewa, dikirim ke neraka dunia demi menyelamatkan kotanya. tak disangka ia berhasil diselamatkan oleh tiga orang yang memanggilnya "nona". hidup sebagai perempuan normal hal ini lah yang menjadi keinginan besar Eden setelah berhasil selamat di dunia asing tersebut namun ia malah harus terjerat dengan ikatan pernikahan seorang tirani kejam dan harus melaksanakan misi besar di masa depan

msrully · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
93 Chs

Prosesi Ritual

"sial!!"

seru rosemarry merasa kesal pada suatu hal yang gagal ia wujudkan

"ada apa?"

tanya adam lewis pada rosemarry

"nyaris saja, senadanya pak tua itu tidak menerbangkan lampion mereka berdua pasti sudah terbunuh bersama!!"

keluhnya karena gagal membunuh eden saat itu.

adam lewis lalu mendekat pada rosemarry memberi sebatang rokok untuk dihisap agar ia menjadi lebih tenang.

"tenanglah, sebentar lagi ketika ia membuat perjanjian dengan naga api kita bisa membangkitkan makhluk itu"

ucap adam lewis mengingatkan akan tujuan mereka yang sesungguhnya.

"tidak lama lagi..."

imbuh adam lewis yang membuat rosemerry kembali tenang.

benar bahwa ledakan saat festival lampion adalah ulah rosemarry, ia telah membuat sebuah lampion khusus dengan mantra sihir kuat lalu memberikannya pada eden dan berencana meledakkan lampion itu diatas sebelum eden menerbangkannya.

namun sayang lampion dengan sihir yang harusnya di pegang eden malah salah diberikan pada sri isaac xavier yang sudah jelas sangat kebal terhadap sihir sehingga mantra nya tak bekerja untuk sesaat dan malah meledak ketika di atas.

berkat Tuhan yang diturunkan untuk sri isaac xavier bukanlah isapan jempol biasa, bahkan bagi seseorang yang berada di dekatnya akan mendapat berkah juga walau hanya sesaat.

setelah kejadian ledakan pada festival lampion meninggalkan bekas tersendiri dalam benak eden, terutama mengenai sesosok perempuan yang menampakkan diri dengan jelas dihadapannya.

ia curiga bahwa perempuan itu ada kaitannya dengan ingatan dirinya yang terkunci, karena eden bisa merasakan ada aura sihir yang keluar dari si perempuan asing tersebut.

karena sedang bersama dengan cecilia dan yang lainnya membuat eden berusaha menutup rapat hal yang ia pikirkan saat itu agar yang lain tidak menjadi ikut khawatir, apalagi besok adalah hari terakhir atau puncak serangkaian kegiatan yang telah dilakukan eden sebelum pergi melakukan ikatan dengan naga api yaitu mandi di danau suci.

konon katanya danau suci dapat melunturkan hal-hal negatif yang menempel pada tubuh seseorang bahkan dapat melepas semua mantra sihir yang melekat dalam tubuh.

karena eden merupakan kesatria terpilih tentu saja mandi di danau suci adalah ritual wajib yang harus ia laksanakan meskipun banyak pendeta sudah memperingatinya mengenai kejamnya danau suci pada seorang manusia biasa.

anehnya setiap mendengar peringatan dari pendeta lalu eden menanyakan secara spesifik kekejaman seperti apa maka mereka semua terdiam, seolah ada yang mengunci rapat mulut mereka atau mereka sendiri tak ingin menceritakan karena saking kejamnya.

louise sendiri kini tengah dalam perjalanan menuju kuil suci menggunakan gate, ia bersama beberapa pasukan khusus berangkat malam hari agar bisa segera sampai keesokan paginya dan ikut menyaksikan ritual puncak yang harus diselesaikan oleh eden.

selain tujuan diplomatik loiuse sendiri secara pribadi ingin menyaksikan ritual yang dijalani eden, berita mengenai kedatangan louise sudah tersebar ke penjuru kuil.

banyak pendeta yang terkejut dan membicarakannya karena hal ini sangat tidak mungkin terjadi sebelumnya, ada pendeta yang sadar dan mengaitkan dengan ritual puncak esok hari namun ada pula yang berpikir bahwa louise ingin memperbaiki hubungan dengan kuil suci terutama dengan sri isaac xavier.

berita mengenai kedatangan louise pun terdengar oleh eden, ia tak sengaja mendengar ketika memasuki kuil suci,

"hei kau sudah mendengarnya kan, raja louise akan datang kemari"

ucap salah seorang pendeta pada pendeta lain yang berpapasan dengan eden.

mendengar hal itu membuat eden berhenti sejenak lalu mencengkram kuat pakaiannya, pandangan mata nya sedikit layu, tubuhnya pun lesu tak ada semangat dalam diri eden.

"nona, sepertinya anda sedang tidak sehat, wajah anda pucat sekali"

ucap cecillia menanyakan keadaan eden yang tak terlihat baik.

"louise.."

gumam eden

"apa? anda berbicara apa nona?

tanya cecillia

"maksud ku sebaiknya kita kembali ke kamar, aku ingin segera beristirahat"

jawab eden pada cecillia, keduanya lekas berjalan menuju kamar untuk beristirahat.

* * *

keesokan harinya persiapan telah selesai hanya tinggal melengkapi detil-detil kecil untuk ritual,

eden kini pun tengah bersiap, di dampingi oleh dua orang biarawati dan juga cecillia.

keduanya bertugas memakaikan pakaian, menata rambut, make up, dan juga membacakan mantra khusus.

persiapan telah selesai, eden terlihat begitu cantik mengenakan dress putih panjang dengan corak biru di tengah yang menjulur dari aras ke bawah, rambutnya terurai panjang berwarna merah dengan kepang kecil pada baian kanan dan kiri rambut dia tas telinga, tak lupa ada ornamen berwarna biru yang menjepit kepangan tersebut di bagian belakang menyempurnakan penampilan eden pagi itu.

selanjutnya ia hanya perlu menunggu hingga waktunya tiba untuknya keluar.

"nona ku dengan raja louise sudah sampai"

bisik cecillia pada eden

"benarkah? apakah ia akan kemari?"

cecillia menggelengkan kepala,

"anda tidak boleh menemui siapapun sampai ritual selesai"

"baiklah aku mengerti lalu tolong sampaikan pesan ku padanya bahwa aku ingin menemuinya segera"

ucap eden yang di sambut anggukan oleh cecillia, ia pun segera pergi berpamitan bersama dua orang biarawati yang sebelumnya membantu perisapan eden.

eden kini sendiri di dalam kamar, ia duduk di sebuah sofa dan menyandarkan punggungnya.

rasa gugup tak dapat ia sembunyikan, tangannya sedikit bergetar namun eden berusaha untuk tetap tenang karena ini adalah ritual puncak yang harus ia jalani demi melanjutkan tugas ibunya yang belum selesai.

'dduuukkkkk'

suara hentakan memecah lamunan eden, seolah ada yang sedang melompat di balik teras kamarnya, penasaran eden pun memeriksa sumber suara tersebut dan ia mendapati louise tengah berdiri dan akan membuka pintu teras kamar namun di dahului oleh eden.

"louise!"

serunya terkejut

louise lantas meraih tangan kanan eden lalu memeluknya erat, tanpa berkata sepatah katapun namun keduanya bisa saling merasakan hal yang sama yaitu kerinduan.

louise melepas pelukannya lalu mulai berbicara,

"aku tidak bisa berlama-lama, kita akan bertemu lagi nanti saat prosesi...."

"aku takut"

seru eden memotong ucapan louise, tampak jelas dari raut wajahnya yang begitu murung membuat louise berusaha menenangkan eden sejenak.

"aku percaya kau pasti bisa melakukannya, jadi jangan takut, ini untuk mu"

ucap louise sembari mengambil sesuatu dari jubahnya, sebuah gelang maya, gelang yang pernah di berikan eden pada louise saat mereka bertemu di istana.

louise kembali meraih tangan kanan eden lalu memakaikan gelang tersebut pada pergelangan tangan eden.

"gelang ini..?"

tanya eden sambil menatap louise

"adalah gelang yang sangat berarti bagi ku"

jawab louise yang juga menatap eden, angin menghembuskan rambut eden juga jubah louise, suasana tiba-tiba menjadi begitu romantis penuh haru antara keduanya.

"tok.. tok.. tokk.. nona ini cecillia izinkan hamba masuk"

suara cecillia memecahkan suasana kala itu membuat louise spontan melompat kebawah agar tak ketahuan cecillia bahwa dirinya diam-diam menemui eden.

"nona eden, anda dimana? hamba membawakan sarapan untuk nona"

seru cecillia yang membuat eden berjalan masuk ke dalam kamar

"iya... aku sedang menghirup udara di luar, ku dengar udara pagi sangat bagus untuk kesehatan"

ucap eden sedikit canggung yang membuat cecillia curiga, sadar bahwa cecillia menatap nya eden pun menghindari kontak mata dengan cecillia, ia segera duduk dan menyantap sarapan seolah sarapan yang di bawa cecillia adalah makanan paling enak di dunia.

"hmmmmm... makanan ini enak sekali, apa resepnya?"

tanya eden mencoba mengalihkan pembicaraan dan terus makan dengan lahap

"tidak biasanya nona ingin tahu soal resep makanan apalagi ini adalah bubur hambar yang di buat oleh koki kuil suci"

jawab cecillia yang membuat eden spontan melihat ke arah hidangan yang ia santap dan ia pun baru menyadari bahwa yang sedang dimakan adalah bubur hambar saja.

eden hanya merespon dengan tersenyum agar cecillia tak curiga,

"yah mungkin karena ini hari terakhir jadi bubur hambar pun terasa enak, aku turut prihatin pada nona eden yang semakin kurus karena harus belajar dengan giat juga harus menyantap makanan kuil suci yang tak ada rasanya ini, bersabarlah nona, semuanya akan berakhir hari ini, anda harus semangat"

ucap cecillia sambil menepuk-nepuk bahu eden seolah menyemangati dan membuat eden lega karena cecillia percaya dan tak curiga terhadap dirinya.

***

setelah berhasil menemui eden diam-diam, louise merasa sedikit lega karena eden dalam keadaan baik meskipun tadi ia memang terlihat agak ketakutan dengan prosesi ritual nanti namun louise percaya bahwa eden dapat melaluinya dengan baik.

ia pun bergegas menuju ruang utama dimana para tetua berada untuk memberi salam, sesampainya di ruang utama louise di sambut penuh suka cita oleh para tetua, mereka mengatakan begitu menantikan kehadiran raja the great aztec yang telah lama tak berkunjung ke kuil suci.

tak banyak yang mereka bicarakan selain hanya sambutan dan obrolan kecil masalah diplomatik antara the great aztec dan kuil suci di masa depan.

karena merasa penyambutan telah cukup, para tetua meminta louise untuk segera bersiap menghadiri prosesi ritual yang sebentar lagi akan di adakan, louise pun berpamitan lalu untuk pergi ke ruang istirahat yang telah disiapkan bersama salah seorang pendeta yang mengantarkan dirinya.

saat sedang berjalan, louise tak sengaja bertemu dengan sri isaac xavier, dari kejauhan tampak aura yang menakutkan.

sri isaac xavier mengeluarkan aura seoerti seekor srigala putih sedangkan louise mengeluarkan aura seperti seekor kerberos, keduanya oun berjalan mendekat dan berhenti saling berhadapan.

lloyd yang menyaksikan menjadi merinding merasakan aura keduanya, ia berusaha mencairkan suasana namun gagal karena keduanya tak merespon dan saling bertatapan.

louise memulai percakapan,

"selamat pagi sri, terimalah salam dari hamba charles philip louise semoga anda senantiasa sehat dan selalu berbahagia, lalu di masa depan mohon kesediaan anda untuk berkunjung ke the great aztec karena banyak rakyat the great aztec merindukan ceramah anda"

ucap louise yang di tutup dengan senyuman manis tidak wajar..

hal ini di tanggapi sinis oleh sri isaac xavier, bukannya menjawab atau membalas ucapan louise ia malah menyinggung eden,

"sudah jelas peraturan melarang seseorang yang akan melakukan prosesi ritual bertemu dengan orang dari luar kuil suci tetapi kau yang seorang raja malah melanggarnya, kau jelas memberikan contoh yang tidak baik"

louise menanggapinya dengan santai,

"kesaktian seorang pendeta agung bukanlah main-main, semoga kali ini sri mau memaafkan salah satu umat Tuhan ini"

suasana semakin tegang, dari keduanya seolah tak ada yang mau mengalah karena itu lloyd pun memberanikan diri untuk memotong percakapan keduanya,

"mohon maaf sri, upacara ritual akan segera di mulai anda harus bergegas bergi ke altar"

sri isaac xavier pun mengindahkan lloyd, tanpa pikir panjang ia pun bergegas pergi dan meninggalkan louise.

tak lama setelah itu louise pun juga pergi untuk bersiap menghadiri prosesi ritual..