webnovel

Hitam Putih 1

"Mau pergi kemana, kau?"

Sosok yang mendekatinya itu berbicara, suaranya berat seperti langkahnya, seakan ia ingin melakukan sesuatu yang mengerikan pada Renee.

Wanita itu menggelengkan kepalanya, di atas lumpur yang mengotori gaunnya, ia berusaha menyeret tubuhnya untuk menjauh.

Renee bisa melihat kalau apa yang dilemparkan laki-laki itu adalah pisau kecil yang bentuknya aneh menancap di batang pohon, ada cairan merah yang menetes jatuh di bawah yang Renee yakini kalau itu adalah darah dari pipinya.

GREP!

Renee langsung menoleh ketika merasakan kakinya ditarik, ia langsung melemparkan lumpur ke belakang, menginjak kakinya agar terlepas.

"Lepaskan aku! Lepas!"

"Kenapa terburu-buru?"

Renee berbalik untuk melihat orang yang memegang kakinya dengan jelas, sayang sekali wajahnya ditutup kain hitam, ia hanya bisa melihat sepasang mata hitam yang berkilat penuh gairah itu menatapnya.

Sesaat Renee tidak tahu, apakah itu gairah ingin menyentuh tubuhnya, atau memotong tubuhnya.

Orang ini lebih tidak waras jika dibandingkan dengan Leo!

Renee melemparkan lumpur lagi, kali ini mengenai mata laki-laki itu, ia mengerang.

"Kau wanita rendahan! Kenapa melempariku dengan lumpur?!" Laki-laki itu meraung marah, Renee dengan gemetar bangkit, tapi rok yang mengembang dari gaunnya itu tersangkut di kaki laki-laki itu, tanpa pikir panjang ia mengambil pisau yang tertancap di batang pohon, merobek gaunnya.

BRET!

"Leo, kau sepertinya sengaja membuatku memakai gaun menyusahkan seperti ini ...."

"Hei, mau ke mana, kau?!" teriak laki-laki dengan kain hitam di wajahnya mendengkus, ia berusaha menangkap kaki Renee lagi, tapi terpeleset.

"Kalian gila!" Renee mengumpat, ia berlari di antara lumpur dan tanaman talas yang tumbuh subur, melompat menghindari akar yang mencuat di tengah jalan. "Kalian semua gila, kota ini dipenuhi orang-orang gila!"

Renee berlari lagi, tapi lagi-lagi ia tertangkap, kali ini tangannya ditarik ke belakang dan ia terseret.

"Uh!"

"Apa kau salah satu orang Marquis Leo?!" Laki-laki itu berteriak, Renee mencubit lengannya hingga ia mengaduh, ia langsung melompat.

Kakinya lemas sekarang, jangankan untuk berlari, bahkan untuk menyeret tubuhnya menjauh saja ia tidak sanggup lagi.

"Aku bukan orang Marquis! Aku hanya ingin pulang ke Ibukota!" Renee berteriak dengan suara parau, air mata tanpa bisa dicegah lagi berjatuhan di pipinya. "Biarkan aku pergi, aku tidak tahu apa-apa tentang Marquis Leo!"

"Kau pikir aku percaya?" laki-laki dengan kain hitam itu menggerakkan tangannya dengan marah, ia menarik tangan Renee. "Seluruh tubuhmu dipenuhi dengan napas Leo, dari ujung kaki sampai kepala! Jangan mencoba membodohiku!"

Renee tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, seluruh tubuhnya gemetar hebat, di samping itu ia juga bingung.

BUKH!

Laki-laki itu tiba-tiba melepaskan tangan Renee, ia mengerang pelan dan jatuh ke atas lumpur, Renee memanfaatkan kesempatan itu mundur menjauh, tubuhnya terantuk ke batang pohon yang melintang di pinggir jalan.

"Akh, sialan! Ini semua gara-gara Marquis sialan!"

Laki-laki itu mengangkat kedua tangannya dan menghentak di atas lumpur, Renee tidak bergerak untuk sesaat.

Di tengah cahaya matahari yang mulai meredup, Renee bisa melihat kalau tubuh laki-laki yang yang terkulai lumpur tiba-tiba saja berbunyi, mengeluarkan suara retakan yang keras. Renee tanpa sadar mengangkat tangannya untuk menutupi telinganya.

"Argh!" Laki-laki berteriak lagi, tubuhnya perlahan-lahan mulai tertarik ke atas, tulang bahunya mulai mencuat, tangannya yang kurus itu melengkung dan kakinya saling bersilang dengan aneh.

Satu kata yang menggambarkan perasaan Renee saat melihat ini semua, monster!

Sialan, apa semua orang yang ia temui di kota Dorthive adalah monster?!

Dari Leo, Ivana, Pelayan yang tubuhnya terbakar sinar matahari dan laki-laki yang ada di depannya ini, apakah mereka semuanya monster?!

Bagaimana bisa?!

Renee bangkit, ia tidak bisa terlalu lama di sini, siapa yang tahu kalau berikutnya dirinya akan dimakan atau berubah menjadi monster yang mengerikan itu?

BRAKH!

Pohon yang ada di dekat monster itu bergetar terkena ayunan tubuhnya yang tidak stabil, suara erangan yang nyaring terdengar, membuat Renee semakin mempercepat langkahnya untuk berlari keluar dari hutan.

"Jangan lari! Aku akan menangkapmu!" Monster itu berteriak dengan suara yang patah-patah, ingin menggapai Renee, tapi ketakutan wanita itu lebih besar dan ia membiarkan kakinya yang mulai mati rasa untuk terus melangkah, menginjak semak perdu dan bebatuan yang runcing.

"Tolong!" teriak Renee dengan suara gemetar, langit mulai gelap dan cahaya matahari telah sepenuhnya tenggelam di barat, membuat pemandangan hutan menjadi jauh lebih mengerikan. "Siapa pun, tolong aku!"

Teriakan Renee bergema, bercampur dengan erangan milik monster yang mengejarnya itu, Renee tidak habis pikir mengapa ia harus terjebak dalam situasi yang aneh seperti ini, ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah ia saat ini sedang bermimpi?

Jika ia bermimpi, tolong bangunkan dia! Siapa pun, tolong bangunkan dia!

Renee menggertakkan giginya, ketika sebuah pohon akan tumbang ke arahnya, ia melompat ke samping, sayang sekali gerakannya terkesan kaku, ia jatuh berguling ke samping.

Renee terengah-engah, ia meringkuk dengan gemetar, monster itu melompat ke arahnya hingga ia merasakan lumpur memercik ke wajahnya, Renee memejamkan matanya rapat-rapat.

Ia bisa merasakan kalau napas kasar monster itu menerpa wajahnya, Renee pasrah, ia tidak berani lagi bergerak dan mengatupkan mulutnya, tangannya mengepal dengan erat dan hampir berpikir untuk memasrahkan dirinya untuk berakhir di tempat yang aneh seperti ini.

Bagaimana … bagaimana ia bisa berakhir seperti ini?

Renee menangis tanpa membuka matanya, tapi ia tidak merasakan rasa sakit dari cakaran monster itu.

"Lucu sekali." Seseorang bersuara dengan tenang, Renee membuka matanya dan melihat sepasang sepatu kulit yang menginjak lumpur di depannya, ada sesuatu yang berkilau di tangannya, pedang. "Setelah melihat semua ini, apakah kau masih berpikir ingin lari dariku?"

Renee mengangkat wajahnya yang penuh lumpur, ia langsung terkesiap, menatap orang yang ada di depannya dengan pedang di tangannya itu, dari atas sampai ke bawah.

"Kau … kenapa bisa …." Wanita itu tercekat, ia tidak bisa melanjutkan perkataannya karena terlalu kaget dengan orang yang ada di depannya ini, perlahan-lahan ia bangkit dan tangannya meremas gaun yang masih tersisa.

Renee tidak tahu apakah sekarang ia harus menghela napas penuh kelegaan, atau merasa tercekik dengan keadaannya yang semakin tidak menguntungkan dari waktu ke waktu.

"Sudah kubilang tetap bersamaku, tapi kau terlalu keras kepala," lanjut orang itu lagi sambil mengayunkan pedang, monster yang mengejarnya itu meraung, mengangkat cakarnya untuk menggaruk lumpur yang ada di bawah kakinya. "Inilah yang terjadi , sekarang kutanya sekali lagi ...."

Renee menelan ludah, ia menggigit bibirnya, menunggu apa yang ingin dikatakan orang yang ada di depannya ini selanjutnya.

"Apa kau masih ingin pergi dariku?"