Qin Yi Yue duduk tepat di hadapan He Qiao Yan, mereka saling berhadapan dan hanya memiliki sedikit jarak, He Qiao Yan menyuruh Qin Yi Yue mengangkat kepalanya tapi kelopak matanya menghadap ke bawah, tidak sopan untuk seorang murid menatap mata Shizun nya langsung.
Qin Yi Yue dan He Qiao Yan sama-sama diam tapi bukan berarti jika He Qiao Yan tidak akan melakukan apapun, dia mengambil sesuatu dari balik jubahnya dan mengakhirinya dengan tenaga spiritual.
"Mungkin ini akan sedikit sakit," ujar He Qiao Yan dengan lirih.
"Murid mengerti," jawab Qin Yi Yue dengan lembut.
Qin Yi Yue tidak tahu apa yang ada di tangan He Qiao Yan tapi karena pandangan Qin Yi Yue ke bawah dia bisa melihat dengan jelas apa yang ada di tangan He Qiao Yan meskipun dia tidak mengetahui namanya.
He Qiao Yan mengambil sesuatu dari kotak giok itu sedikit berlendir berwarna kehijauan namun memancarkan cahaya jika ini di malam hari mungkin akan lebih terlihat dengan jelas cahaya yang di keluarkan oleh lendir itu.
Penampilannya berlendir tapi ketika He Qiao Yan mengusapkan ke area wajah dan juga leher Qin Yi Yue Yue memiliki luka bakar yang ada malah Qin Yi Yue merasa itu terasa panas dan cukup membakar kulit Qin Yi Yue.
"Kamu bisa berteriak tidak perlu menahannya," ujar He Qiao Yan.
Tapi Qin Yi Yue tidak menyahut dia malah memejamkan matanya, rasa terbakar itu seperti menjalar ke seluruh wajah Qin Yi Yue dan ketik He Qiao Yan mengusapkan ke leher Qin Yi Yue rasa terbakarnya tidak hanya menetap di sana melainkan Qin Yi Yue bisa merasakan sampai ke dada Qin Yi Yue.
"Kamu bisa berteriak ataupun menangis, suaramu tidak akan keluar dari paviliun ku, tidak perlu malu karena hanya aku dan Jing Yi daja yang akan mendengarnya."
"Aku sudah pernah merasakan rasa terbakar seperti ini sebelumnya dan aku sudah bisa mentolerir panas di level ini," jawab Qin Yi Yue.
Qin Yi Yue sudah pernah merasakan sakit yang berkali-kali lipat dibandingkan rasa terbakar ini, bagi Qin Yi Yue rasa terbakar ini tidak sebanding dengan rasa sakit di tubuhnya dan rasa sakit di hatinya yang pernah terjadi di masa lampau, air matanya sudah habis terkuras di masa mudanya dan kini dia tidak akan menumpahkan air matanya hanya karena hal-hal kecil seperti ini.
He Qiao Yan hanya terus memandangi Qin Yi Yue sambil terus berpikir tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari Qin Yi Yue, "Kekejaman seperti apa yang sudah kamu lalui hingga rasa terbakar ini tidak menggoyahkan dirimu sedikit pun," gumam He Qiao Yan memperhatikan Qin Yi Yue lekat.
Setelah beberapa saat Qin Yi Yue membuka matanya dan pertama yang dia lihat adalah He Qiao Yan yang sedang menatapnya tajam tanpa berkedip masih dengan ekspresinya yang dinginnya. Untuk beberapa detik mereka saling berpandangan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Namun Qin Yi Yue segera tersadar dan dia segera menunduk.
Tidak ada perubahan di wajah He Qiao Yan dia masih sama, kemudian dia membuka telapak tangannya dalam sekejap dia memiliki sebuah cermin di tangannya dan menyerahkan cermin itu pada Qin Yi Yue. Qin Yi Yue menerimanya dengan kedua tangannya.
Mengangkat cermin itu sejajar dengan wajahnya, menampilkan pantulannya sendiri di sana, luka bakar yang mengerikan yang sudah dia miliki bertahun-tahun itu kini berubah menjadi berwarna merah muda dan berangsur-angsur memudar ini seperti sebuah magic.
Qin Yi Yue menaruh cermin itu kemudian menangkupkan kedua tangannya membungkuk dengan duduk pada He Qiao Yan.
"Terimakasih banyak Shizun," ucap Qin Yi Yue masih dengan posisi yang sama.
"Cukup," jawab He Qiao Yan dingin.
Qin Yi Yue mengangkat kepalanya kembali duduk dengan benar di depan He Qiao Yan. Qin Yi Yue memegang wajahnya sendiri, rasa panas itu masih ada tapi membayangkan wajahnya kembali seperti semula itu sudah bisa membayar rasa sakit yang baru saja dia rasakan.
"Apakah kamu bahagia?" tanya He Qiao Yan dengan suara datar.
"Tentu saja Shizun, sebuah kehormatan untuk murid mendapatkan kemurahan hati Shizun," jawab Qin Yi Yue dengan menunduk dan sedikit tersenyum.
He Qiao Yan bangkit sambil menyibakkan jubahnya yang besar, He Qiao Yan masih ingin bertanya berapa hal tapi suara Jing Yi membuat He Qiao Yan menoleh pada Jing Yi yang baru saja kembali.
"Waaaahhhj ...," ujar Jing Yi dengan mulut terbuka lebar, dia dengan cepat duduk di samping Qin Yi Yue dan melihat seksama wajah Qin Yi Yue yang nampak berbeda.
"Apa yang terjadi, aku baru saja masuk dan Adik Qin sudah berubah menjadi sangat cantik," tutur Jing Yi dengan jujur dan setia pandangan yang bersemangat.
"Shizun menyembuhkan ku," jawab Qin Yi Yue lembut.
"Wah ... Shizun memang yang terbaik. Adik Qin seperti orang lain aku hampir tidak mengenalimu," Jing Yi begitu bersemangat hingga dia bicara dengan suara lantang.
Qin Yi Yue merasa aneh ketika Jing Yi terus memperhatikan dirinya dan Qin Yi Yue mengambil kain miliknya dan langsung menutup wajahnya lagi.
"Kenapa mengenakan kain itu lagi?" tanya Jing Yi ingin sekali merebut dari Qin Yi Yue namun itu nampak tidak sopan hingga dia hanya mengangkat tangannya namun tertahan di udara.
"Saya sudah mengenakan ini bertahun-tahun rasanya aneh jika ada yang memerhatikan wajah saya terus menerus."
"Tidak perlu malu, Adik Qin terlihat sangat cantik."
"Jangan memaksa nya mungkin Qin Yi Yue ingin menjaga kecantikannya untuk suaminya nanti," He Qiao Yan ikut bicara.
Qin Yi Yue dan Jing Yi menoleh ke arah He Qiao Yan yang memperhatikan interaksi keduanya sejak tadi.
"Saya tidak pernah berpikir jika suatu hari nanti saya akan menikah," ucap Qin Yi Yue.
"Kenapa?" tanya Jing Yi yang mewakili pertanyaan yang sama dengan He Qiao Yan.
"Selama ini tidak pernah ada yang mau melihat saja hanya ada tatapan penuh hina yang saya terima, lagipula saya seorang wanita yang tidak memiliki kelebihan apapun siapa dan memiliki banyak kekurangan laki-laki mana yang akan bersedia menjadikan saya seorang istri."
"Omong kosong, lihatlah dirimu Adik Qin sekarang kamu seorang wanita yang cantik, pasti akan banyak laki-laki yang terpikat oleh mu."
"Tapi aku tidak ada bedanya seperti manusia biasa inti spiritual ku rusak apa yang aku banggakan atas diriku ini."
"Adik Qin harus ingat jika sekarang situasinya berbeda, Adik Qin sekarang murid dari Shizun tidak akan ada yang berani meremehkan Adik Qin mulai saat ini," ujar Jing Yi penuh semangat dia memberikan dukungan kepada Qin Yi Yue Yue menjadi satu-satunya saudara seperguruannya.
Qin Yi Yue menoleh ke arah He Qiao Yan, laki-laki itu tidak mengatakan apapun tapi ada pancaran di sorot matanya yang menyakinkan Qin Yi Yue jika apa yang dikatakan Jing Yi bukanlah omong kosong.