Itu baru separo cerita, apa yang kami alami di bulan Ramadhan. Aku berpikir setelah Idul Fitri kami bisa sedikit lebih tenang, tetapi nyatanya tidak. Justru teror yang dialamatkan pada kami lebih dahsyat mbak, aku dan suami hanya berbuka puasa di hari Idul Fitri saja. Setelahnya kami terus berpuasa hingga hari pencoblosan baru berbuka atas saran dari Abah Kiyai karena Abah Kiyai beserta Bu Nyai juga ustadz Bisri, menemani kami dari H-1 hingga perhitungan suara selesai.
Malam itu kami tidak memejamkan mata sedikit pun. Bu Nyai mendampingi aku dan anak-anakku di kamar, kecuali Amrun. Si sulungku selalu mengekor kemanapun kang Wahid pergi. Sementara ketiga adiknya sudah diwanti-wanti oleh ustadz Bisri agar tidak keluar kamar malam itu.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com