"Suamiku sudah ganteng kok Mbak, cuma kadang saya ngerasa lelah aja mbak, seharian ngurus butik sama anak. Jadi suka gak semangat gitu, kalau malam ya tinggal lelah yang terasa. Seringnya malah saya tidur duluan," aku Sinta pada Rini.
Dari Rini mereka belajar kalau para lelaki tidak jauh berbeda dengan perempuan. Mereka juga butuh diperhatikan. Meskipun cuma mengingatkan suami untuk makan dan mengirimkan chat mesra, seperti kalimat aku kangen, I love you dan sejenisnya, terdengar receh, tapi itu bisa jadi booster semangat dan pengingat suami kalau ada yang menantikan mereka di rumah.
Sapaan hangat dan senyum yang terlihat di wajah istri ketika menyambut suami pulang juga membuat para lelaki merasa bahagia. Bahkan, sebagian lelaki terkadang menganggap kemanjaan para istri membuat mereka merasa berharga dan dibutuhkan, mereka akan dengan senang hati mendengarkan keluh kesah kita mengurus anak dan rumah tetapi disampaikan dengan kemanjaan bukan kemarahan.
"Jangan lupa, jadikan setiap moment dengan suami itu sebagai moment romantis kalian, Mbak. Mau itu bahas kenakalan anak, urusan pekerjaan atau omongan mertua dan sebagainya, bisa kan mbak ngeluhnya dengan nada manja, tatapan dan sentuhan menggoda, bukan dengan nada jutek dan marah-marah. Kalau sesekali sih wajar, kalau setiap hari laki-laki menerima perlakuan seperti itu dari istri mereka, ya makin laris dong mbak wanita kaya saya," pesan Rini pada Sinta dan Dinda.
Sekilas Sinta introspeksi dengan dirinya sendiri yang selalu mementingkan Agatha sampai lupa memperhatikan Arga. Memang menjadi istri itu harus pandai membawa diri, pandai membagi waktu dan perhatian. Beruntung, sebelum semuanya terlambat Sinta menyadari kelalaiannya selama ini. Nasehat Lelis dan obrolannya dangan Rini hari ini membuat Sinta merasa harus segera berbenah memperbaiki hubungan rumah tangga yang terlihat sangat baik-baik saja untuk dirinya, tetapi belum tentu untuk Arga, suaminya..
Setelah obrolan mereka berakhir, Sinta memberikan paper bag yang dia bawa pada Rini sebagai tanda terima kasih.
"Semoga suatu saat mba Rini bisa berhenti dari profesi mbak ini," harap Sinta sebelum berpamitan.
Tidak lupa dia menitipkan salam dan terima kasih juga untuk Yayuk yang telah mengantar mereka ke tempat Rini.Mobil Sinta keluar dari halaman rumah Rini diiringi lambaian tangan perpisahan mereka.
"Thanks ya, udah ngajak aku. Jadi belajar buat jaga suami biar gak kecantol Ulat Bulu," ucap Dinda.
"Terima kasih juga sudah mau nemenin. Aku ngerasa beberapa tahun ini benar-benar lalai sebagai istri. Mulai sekarang mesti benar-benar belajar membagi waktu dan menguasai mood," balas Sinta sembari tetap fokus ke jalanan pedesaan yang penuh dengan lalu-lalang warga.
"Eh, Aku lupa mau telpon Mega buat nanyain santriwatinya ada yang recommended buat kerja di butik gak. Soalnya, aku mau fokus ngurus Agatha sama mas Arga saja, Din," putus Sinta yang di didukung oleh Dinda dengan mengacungkan kedua jempolnya.
"Aku saja yang ngehubungi Mega," cegah Dinda ketika Sinta hendak mengambil ponsel di dashboard mobil.
"Assalamualaikum cantik, jalan-jalan nih lagi di mobil." Mega tampak melambaikan tangannya di layar smarthphone Dinda.
"Nganter Nyonya nih." Dinda mengarahkan kamera ponsel ke Sinta yang sedang menyetir.
"Wuish mantap dong jalan-jalan gratisan ya, Beib."
Dinda tertawa menanggapi omongan Mega. Dia langsung menceritakan pada Mega niat Sinta untuk lebih fokus ngurus anak dan suami.
"Jadi tolonglah bu Ustadzah carikan santriwati yang sekiranya bisa dipercaya dan diandalkan buat bagian keuangan di butik," tutup Dinda diakhir cerita.
"Siap, Nya. Nanti dikabarin ya, nanti tolong kirim rincian tugas mereka. Maksudnya kerjaan mereka apa saja, terus jangan lupa rincian gaji juga dikirim, Nya," pinta Mega pada Sinta.
Sambungan video call terputus setelah mereka saling mengucapkan salam. Dinda memasukan kembali ponsel ke dalam tas.
"Dangdut cirebonan dulu, yuk," ajak Sinta, dia menyalakan music player di mobil. Mereka bernyarnyi bersama mengikuti lagu yang sedang diputar.
Najan kakang ning endi anane
Ora ilang wis abot demene
Bli kuat nahan kangene
Nunggu kakang kapan tekane
Cinta kula wis nempel ning raga
Sampe kapan ora bakal sirna
Rindu bli bisa ditunda. Katon bae
Kaya ning mata
Reff:
Kaya ngganggu pikiran
Curiga nguras ning badan
Sing watire….
Gagal demenan…
Demen durung ketunggon
Rasane kaya ketuwon
Bayangane…
Selalu katon
Lirik Lagu Abot Demene By Dian Anic
_____I.S_____
Hari ini tepat sebulan setelah kejadian Sinta memergoki Arga bersama Ulat Bulu di rumah makan. Kejadian yang membuat Sinta introspeksi diri dan membenahi hubungan rumah tangganya.
Sinta dan Arga membawa serta Agatha untuk berkunjung ke rumah Lelis. Sinta membawa boneka, baju, mainan dan makanan untuk Serlin, putri Dinda dan Wahyu yang empat tahun lebih muda dari Agatha.
"Mommy nanti dipasang ya kolamnya, aku mau berenang sama Serlin."
Tata sangat antusias untuk bermain bersama Serlin, dia sudah menganggap Serlin adik bayinya sejak menengok Serlin ketika baru lahir. Dia juga membawa kolam renang portabel berukuran dua meter agar bisa berenang bersama Serlin.
"Iya, tapi nanti ijin dulu sama bunda Lelis ya, nanti kalau airnya gak ada jangan maksa," ucap Sinta membelai rambut sang putri yang duduk dipangkuannya.
"Masa sih gak ada air, Daddy kalau gak ada air beliin air buat isi kolam ya," pinta Tata pada Arga.
Arga tertawa mendengar permintaan Tata. Namun, tak ingin berdebat dengan sang putri akhirnya dia mengangkat jempol kiri dan berkata 'Oke'.
"Hore, Daddy terbaik, Tata berangsur mendekati Arga dan mencium pipi kiri Arga.
"Sayang, Daddy lagi nyetir cium mommy saja, tuh mommy cemberut gak dicium Tata,"
Cup, Cup, Tata mencium pipi kanan dan kiri Sinta.
"Terima kasih princess cantik mommy," Sinta memeluk Tata yang tertawa karena melihat daddy-nya cemberut.
"Pasti cemburu pengen dipeluk mommy juga," tebak Tata sambil menunjuk sang Daddy dengan dagu.
Mereka tertawa bersama mendengar kalimat Tata. Sepanjang perjalanan, Tata terus berceloteh akan semua hal yang dia lihat dan dianggap menarik, tak ayal perjalanan mereka pun terus diiringi canda tawa yang membuat suasana di mobil terasa menyenangkan.
Sebulan ini Sinta benar-benar berbenah diri. Dia menyusun ulang jadwal hariannya. Dia ke butik hanya di pagi hari ketika Tata masih berada di sekolah untuk memeriksa semua laporan yang sudah diletakkan Zahwa, Zahwa direkomendasikan Mega untuk membantu Santi di butik. Setelah seminggu ditraining langsung oleh Sinta, Zahwa kini sudah bisa mengerjakan semua laporan yang Sinta butuhkan. Zahwa dan Santi juga dibantu Tiga pramuniaga yang siap melayani pelanggan yang datang.
Menjelang waktu dzuhur Sinta membawa Tata ke rumah butik Arga. Mereka selalu berusaha untuk salat dzuhur berjamaah serta makan siang bersama, setelah makan siang Agatha akan dijemput Selly untuk berangkat mengaji di Taman Pendidikan Al-Qur'an As-Salam yang tidak jauh dari sekolah Agatha.
Kepergian Agatha dan Selly akan menjadi alarm alami buat Arga untuk melancarkan rayuan pada sang istri secara terus menerus. Kini di ruang kantornya, Arga juga meletakkan bed set dengan tirai penutup agar sang istri bisa beristirahat di sana dan tidak terlihat oleh pegawai yang masuk ke ruangan.
Kehidupan keluarga mereka menjadi lebih hangat sejak kejadian Ulat Bulu. Sinta mampu menahan ego sehingga membuat masalah yang datang menjadi ajang dirinya berintrospeksi diri, hingga kini dia benar-benar bahagia menjalani peran sebagai ibu untuk Tata, dan istri untuk Arga.
__I.S__