Luo Qinghan hanya merasakan sebuah gelombang keganasan di dadanya.
Karena tidak berhasil membunuhnya pada perburuan yang lalu, jadi apakah kali ini caranya beralih jadi meracuninya?
Apakah mereka benar-benar begitu menginginkan dia mati?!
Xiao Xixi berbaring di pelukan Luo Qinghan, wajah mungilnya pucat, napasnya sangat lemah.
Dia tampak seperti akan berhenti bernapas kapan saja.
Luo Qinghan ingin memarahinya mengapa dia begitu rakus dan meminum anggur itu? Tapi melihatnya yang terlihat begitu mengenaskan, dia pun tidak bisa mengatakan apa-apa.
Tabib pun segera datang.
Dia meraba denyut nadi Xiao Xixi, kemudian juga memeriksa anggur yang tersisa di dalam gelas lalu berkata dengan serius.
"Anggur ini sangat beracun, tapi tidak diketahui jenis racunnya. Aku akan memberi Selir Xiao obat muntah dulu untuk membantunya memuntahkan semua anggur beracun itu dari perutnya."
Setelah mengetahui bahwa anggur itu benar-benar beracun, semua orang yang berada di sana pun serempak memandang ke arah Luo Yechen sang pangeran tertua.
Saat itu Luo Yechen benar-benar panik.
Dia hanya ingin sedikit mempermalukan adik ketiga dan tidak pernah berpikir untuk meracuninya.
Tetapi semua orang telah melihat bahwa gelas yang berisi anggur beracun itu datang dari tangannya.
Saat ini dia sudah tidak bisa membersihkan namanya lagi!
Tabib membawa ramuan obat dan menyuruh Xiao Xixi meminumnya.
Obat itu terlihat hitam pekat dan mengeluarkan aroma pahit yang kuat.
Xiao Xixi membenamkan kepalanya ke dalam pelukan Luo Qinghan dan menolak meminum obatnya.
Luo Qinghan langsung mengambil ramuan obat itu dari tangan tabib. Satu tangannya melingkari leher Xiao Xixi, memegangi dagunya dan dengan paksa membuka mulutnya, tangan yang satunya menuangkan ramuan obat itu ke mulutnya.
Gerakannya langsung dan efisien tanpa sedikit pun belas kasihan.
Xiao Xixi yang tiba-tiba dipaksa meneguk ramuan obat pahit itu pun hampir saja pingsan karena menderita.
Dia merasakan hembusan air asam di dadanya, rasa mual pun mencapai tenggorokannya.
Dia memutar kepala, membuka mulutnya, lalu muntah dengan suara keras.
Setelah selesai muntah, tabib memberinya dua butir pil obat lagi.
Kemudian dia merasa kepalanya mulai pusing, lalu tanpa sadar dia pun tertidur.
Ketika terbangun, dia mendapati dirinya terbaring di atas tempat tidur. Tubuhnya tertutup selimut tipis, tenggorokannya agak kering.
Bao Qin terus menjaga di samping tempat tidurnya. Melihatnya membuka mata, Bao Qin pun berseru kaget sekaligus gembira.
"Nona, akhirnya Anda sadar!"
Xiao Xixi melihat matanya yang merah, jelas dia baru saja menangis. Maka dia pun menghiburnya, "Jangan khawatir, aku tidak apa-apa."
Bao Qin berkata sambil terisak, "Semalam saat melihat Anda muntah darah, hamba hampir saja mati ketakutan. Nanti Anda jangan makan sembarangan lagi, ya? Kalau Anda ingin makan sesuatu, katakan kepada hamba, hamba akan membuatkannya untuk Anda. Jangan makan di luar lagi, di luar terlalu berbahaya, huhuhu!"
Xiao Xixi merasa terhibur olehnya.
"Semalam hanya kecelakaan. Selain itu, bukankah aku baik-baik saja?"
Dia bertopang ke tempat tidur dan duduk.
"Apakah ada air? Aku agak haus."
Bao Qin bergegas menuangkan segelas air hangat dan memberikannya kepadanya.
Tenggorokannya yang kering pun terasa jauh lebih nyaman. Xiao Xixi bersandar di bantal empuk, tubuhnya santai dan kembali ke sikap bermalas-malasan.
Dia berkata dengan malas, "Sudah berapa lama aku pingsan?"
Bao Qin menyeka air matanya, "Satu malam."
"Apa yang terjadi setelah aku pingsan?"
"Yang Mulia Pangeran sendiri yang membawa Anda kembali ke Aula Qingge. Malam harinya tabib dan hamba terus berjaga di sini. Setelah memastikan kalau Anda baik-baik saja, barulah tabib pergi."
"Bagaimana dengan pangeran?"
"Setelah menurunkan Anda, dia berbicara sebentar dengan tabib lalu pergi." Saat mengatakannya, nada bicara Bao Qin membawa sedikit keluhan yang tidak bisa ditahannya.
Dia berkata dengan kesal, "Semalam Anda keracunan karena meminum anggur pangeran. Anda menggantikannya mendapat celaka. Tetapi pangeran pergi dengan begitu cepat bahkan tanpa melihat Anda sedikit lebih lama. Sungguh tidak berperasaan!"
Namun Xiao Xixi tersenyum, "Bukan salah pangeran, ini akibat perbuatanku sendiri. Aku sudah tahu kalau anggur itu beracun, tapi aku tetap meminumnya. Bukan salah pangeran."
Bao Qin tertegun.
Dia mengira kalau dirinya telah salah dengar, maka dia pun bertanya sekali lagi dengan tidak percaya.
"Anda berkata apa? Anda sudah tahu kalau anggurnya beracun? Bagaimana mungkin?!"