webnovel

Hari yang Berbeda

Naomi sudah menyiapkan pakaian untuk Rio sejak pagi, ia sangat bersemangat saat memikirkan bahwa hari ini ia akan pergi ke kantor bersama Rio. Wanita berjalan menuju kamarnya dan duduk terdiam disamping kasur. Menatapi wajah Rio yang masih terlelap. 

"Ri, bangun" Ucap Naomi pelan.

Setelah beberapa waktu akhirnya ia terbangun dan tersenyum melihat Naomi. Laki laki itu menarik Naomi kedalam pelukannya, lalu mencium kening Naomi.

"Hari ini aku semangat banget loh" Ucap Rio.

Naomi tersenyum lebar mendengar ucapan Rio, "Sama, aku juga" Jawab Naomi sumringah.

"Aku mandi dulu ya!" Ucap Rio sembari berjalan kearah kamar mandi.

Naomi mengernyitkan dahinya, ia sedikit heran karena Rio tak mengomentari pakaiannya hari ini, terlebih dengan rok Naomi yang hari ini ia pakai sependek mungkin agar sengaja dikomentari oleh Rio. Tak ingin pusing memikirkan itu, Naomi beranjak begitu saja dan menyalakan TV sembari menunggu Rio bersiap.

Cuaca yang dingin membuat Naomi bergidik sesaat setelah ia masuk kedalam gedung perusahaan, ia melambaikan tangannya setelah meninggalkan Rio di lobi.

"Semangat" Ucap Naomi tanpa suara. Ia berlari untuk masuk kedalam kantor. 

Suasana hatinya sedang baik, membuat semua orang melihat Naomi dengan tingkah anehnya. Tak lama setelah ia dikantor, Kubo terlihat dari luar. Berjalan menuju ruangannya. Wajahnya datar tanpa senyum, bahkan raut wajahnya lebih terkesan tegas. Naomi sudah menduga bahwa suasana hati Kubo sedang tidak baik. 

"Selamat pagi" Sapa Kubo saat masuk kedalam ruangan.

Naomi tersenyum, "Selamat pagi" balas Naomi. 

"Rokmu terlalu pendek hari ini, apa kamu tidak merasa dingin menggunakan rok sependek ini dengan cuaca sedingin ini?" Kritik Kubo.

Naomi mengernyitkan dahi dan cemberut mendengar komentar Kubo karena sedikit merasa kesal dengan komentar Kubo. 

"Apa ada yang perlu aku siapkan lagi untuk rapat dengan Naya hari ini?" Tanya Naomi.

Kubo menggeleng, ia sama sekali tak menatap Naomi saat membereskan beberapa berkas di mejanya.

"Kamu tidak perlu ikut rapat hari ini, rapatnya mungkin akan memakan waktu lama. Kamu bisa pulang duluan" Tegas Kubo.

Kubo meninggalkan Naomi yang terheran heran dan cemberut didalam ruangannya.

"Kenapa dia sudah sangat menyebalkan sepagi ini" Gerutu Naomi.

***** 

BRAKKKKKKK !

Kubo melempar berkas miliknya diatas meja sesaat setelah ia masuk kedalam ruangan. Membuat Naya dan Rio saling berpandangan.

"Konsep apa ini? Kami tidak membayar mahal untuk konsep sebusuk ini. Grafisnya tidak bisa diharapkan, terlebih musiknya membuatku sakit kepala. Bagaimana bisa aku yang ingin bersenang senang dengan sebuah aplikasi permainan, justru menjadi sakit kepala karenanya?" Komentar pedas Kubo.

 

Kali ini tatapan Naya dan Rio mendadak serius mendengarkan Kubo, Rio bahkan terlihat tegang sampai harus meremas telapak tangannya. Bagaimanapun, jika soal penilaian. Kubo ahlinya. Pria itu punya penilaian yang tajam dalam segi bisnis, ia juga pandai menimbang kebutuhan pasar. Hal itu yang membuatnya bisa unggul daari Perusahaan lain.

"Apa kamu bisa memberikan masukan untuk poin poin yang harus kami perbaiki? Atau bagian mana yang menurut kamu tidak sesuai dan perlu kami perbaiki" Tanya Rio berhati hati. 

"Saya tidak mengerti kenapa Ihsan bisa mempekerjakan orang tanpa latar belakang pendidikan yang tinggi. Bisa dimengerti kenapa kamu tak bisa mengerti maksud dari apa yang kukatakan sebelumnya" Ucap Kubo meremehkan. 

Kubo menaikkan alisnya, menimbang nimbang. Ia menaruh kedua tangannya diatas meja, sedikit mencondongkan tubuhnya kearah Rio. Menatapi wajah Rio dengan serius, lalu ia tersenyum kecil.

"Semua"

***** 

Suara pintu masuk Kost Naomi berbunyi menandakan seseorang masuk. Membuat Naomi terperanjat dari atas kasur. Ia tersenyum saat melihat Rio berdiri disana. Naomi berusaha memeluk Rio, namun Rio menolaknya. Laki laki itu datang tanpa senyuman, ia segera pergi kedalam kamar mandi dan mengacuhkan Naomi.

Ada perasaan aneh dibenak Naomi, namun ia berusaha mengabaikan itu semua. 

"Kamu udah makan?" Tanya Naomi.

"Udah, dengan Naya sebelum pulang" Jawab Rio cuek. 

Laki laki itu memundurkan kursi belajar Naomi, ia menyenderkan pundaknya berusaha untuk sedikit beristirahat. Sesekali ia menghela Nafasnya dalam. Sedangkan Naomi hanya memperhatikan Rio dari atas kasur. Ia tak berani menganggu Rio, sampai laki laki itu menggerakkan tangannya dan mulai menatap layar monitor yang sudah terhubung dengan laptopnya. 

"Kamu masih mau kerja?" Tanya Naomi berhati hati.

Rio mengangguk, namun tak membalas apapun. 

Naomi mengerti, ia merebahkan dirinya diatas kasur dan mencoba untuk membuat dirinya sendiri mengantuk dengan menatap langit langit kamarnya. Tak butuh waktu lama untuk Naomi tertidur, meski ia sayup sayup masih terdengar suara ketikan keyboard Rio. 

Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, suara ketikan keyboard Rio masih terdengar oleh Naomi. Ia terbangun dari tidurnya, melihat Rio yang masih menatap layar komputer dengan serius. Sedikit terkejut saat melihat jam di ponselnya, Naomi menghampiri Rio dengan membawa segelas susu hangat untuk Rio. 

"Harus banget ya diselesai secepatnya?" Tanya Naomi.

Rio mengangguk sembari menenggak susu hangatnya, matanya kembali fokus pada layar monitor.

"Ini udah jam tiga pagi, kamu ga akan tidur Ri?" Tanya Naomi lagi.

Kali ini Rio menggelengkan kepalanya tanpa menoleh. 

"Ri, kamu perlu istirahat" Tegur Naomi sedikit keras.

"File ini harus selesai hari ini Nao, nggak bisa ditunda tunda" Tegas Rio.

Naomi menghela nafasnya, ia memencet tombol off pada laptop Rio. Membuat Rio akhirnya menoleh kesal pada Naomi.

"Kamu perlu istirahat, biar aku yang ngomong sama Kubo nanti" Ucap Naomi tegas.

Rio menghela nafasnya, Ia menyalakan kembali laptop miliknya dan kembali fokus mengerjakan pekerjaannya.

"Rio!" Teriak Naomi.

"Nao, tolong. Aku butuh waktu untuk fokus" Ucap Rio pelan.

"Ri, gimana kamu bisa fokus kalau kamu aja kurang tidur. Hasilnya nggak akan maksimal. Biar aku yang ngomong ke Kubo besok kalau dia negur..."

"Nao! Cukup!" Tegur Rio.

"Tolong jangan ikut campur dengan kerjaan aku, ini pekerjaanku. Dan aku yang harus menyelesaikan ini sendiri" Ucap Rio lagi.

Ucapan Rio membuat Naomi mundur, matanya berkaca kaca. Ini pertama kalinya baginya ia mendengar Rio berteriak padanya. Naomi tidak ingin bertengkar, dan ia hanya memutuskan untuk lanjut tidur. 

Diam diam, Rio sendiri merasa frustasi karena ia tak bisa fokus. Sebenarnya, ia kesal pada ucapan Kubo siang tadi, ia merasa bahwa Kubo sangat tidak menghargainya. Berbeda dengan sikap Kubo saat pertama kali bertemu dulu. Dan mendengar ucapan Naomi hanya membuatnya semakin merasa direndahkan.

Ia tidak suka, tidak suka dengan keadaan dimana orang orang hanya bisa meremehkannya seolah olah ia tak punya harga diri. Baginya, sikap Kubo hari i ini sangat tidak profesional, dan itu telah melukai harga dirinya. 

Malam itu Rio terus lanjut bekerja sampai ia tertidur diatas kursi tanpa sadar.