webnovel

[BAB 1] Prolog

27 Desember 2017, Hiruk pikuk masyarakat menyelimuti malam di kota Semarang. Suara riuh kendaraan bercampur suasana ramai orang-orang yang masih melakukan aktivitas di tengah gelap gulita yang menerjang. Malam itu cerah, angin yang berhembus tak terlalu kencang, suasana yang pas untuk bercanda gurau dengan teman tongkrongan. Seorang pemuda yang terlihat sibuk melayani pelanggan di sebuah Kafe yang lumayan terkenal di kota itu. Lelaki yang terlihat berusia 20 tahun dengan paras yang biasa saja, namun berpenampilan rapi dan sopan serta ramah senyum terhadap orang lain. Wewangian yang ia pakai mampu membuat para pelanggan merasa nyaman, bak seorang Putri yang sedang dimanjakan oleh sang Pangeran. Ia adalah Arzel, tanpa nama depan maupun belakang, seorang pemuda yang sedang melakukan pekerjaan sampingan sebagai seorang Pelayan, demi mendapatkan sedikit tambahan pemasukan untuk biaya kos-kosan. Aku berasal dari kota Tangerang, merantau ke kota lain demi melanjutkan studi kuliah di salah satu Universitas swasta yang cukup terkenal, dan mengambil jurusan Teknik Informatika S-1 sebagai jenjang pendidikanku. Meskipun setiap minggu aku selalu mendapatkan kiriman uang dari orangtuaku, itu tidak membuatku untuk menjadi seorang yang manja. Aku selalu berpikir untuk tidak memberatkan usaha orangtuaku dalam mencari nafkah, sehingga aku rela melakukan pekerjaan sampingan yang bagi sebagian orang terbilang "rendahan", namun aku tetap menjalani hal itu dengan ikhlas dan senyuman.

Malam semakin berlarut, Kafe tempat dimana aku bekerja pun mulai menutup tirainya. Meja dan kursi mulai dibereskan, serta lampu-lampu mulai dimatikan, suara gembok yang terkunci menjadi tanda untuk pulang. Aku berjalan menuju parkiran motor, sambil menggendong tas dan membawa helm berwarna putih, menghampiri motorku yang berwarna putih lalu menyalakan mesin motor sambil menyapa salam perpisahan kepada salah satu partnerku yang akan pulang juga. "balik duluan ya mas Ham" sapa aku kepada partner kerjaku yang bernama Ilham , seorang mahasiswa dari kampus dan jurusan yang sama denganku namun ia berada di semester akhir, yang sedang sibuk untuk menyelesaikan tugas akhir dan kerja sampingan di waktu yang sama.

Perjalanan menuju kos-kosan tidak terlalu jauh namun tidak juga dekat, berada di pinggiran kota yang mana harus melewati beberapa persimpangan besar dan menunggu lampu lalu lintas yang tidaklah sebentar jika itu beralih ke warna merah. Sesaat sebelum pulang, aku selalu mampir ke sebuah Angkringan terlihat agak sepi, yang berada tidak jauh dari tempat aku tinggal, untuk mengisi perut kosongku yang mulai bergemuruh. Setelah aku merasa kenyang, sesekali aku mengobrol dengan sang penjual, ditemani sebatang rokok dan segelas es teh manis yang belum sempat dihabiskan.

Setengah jam telah berlalu, suasana angkringan pun kian ramai, aku pun merogoh dompet yang berada di saku celana bagian belakang untuk membayar pesanannya. Alasanku memilih Angkringan disini karena jaraknya yang tak jauh dari kos-kosan dan harganya yang murah. Tak lupa sebelum pulang, aku memesan 2 es teh manis dan beberapa gorengan untuk teman kos-ku yang sudah menitip melalui pesan Whatsapp, kebiasaan menitip yang sudah berlanjut sejak awal aku dan mereka tinggal bersama, namun aku tidak merasa terbebani. Karena pikirku, jika hal itu dapat membuat hubunganku dengan mereka menjadi lebih akrab, maka aku tak peduli dengan yang seperti itu.

Sesaat setelah sampai di kosan, yang letaknya hanya beberapa blok dari Angkringan, aku pun memasukkan motorku ke dalam garasi yang penuh dengan motor milik penghuni rumah kos. Kondisi kosan yang cukup nyaman, di lengkapi oleh garasi dan gudang, memiliki 3 kamar pribadi, ruang makan dapur dan 1 kamar mandi dengan toilet di lantai satu, serta 4 kamar pribadi dan 1 kamar mandi dengan toilet di lantai dua. Sebetulnya ini bukanlah kos-kosan melainkan rumah yang disewakan, dengan biaya tahunan yang cukup murah, ini adalah tempat tinggal yang nyaman untuk ditinggali oleh mahasiswa. Selang aku mengunci pintu garasi, aku pun menuju ke lantai dua tempat dimana kamarku berada. Tak lupa aku menyapa temanku yang berada di lantai satu, yang sedang asyik memainkan ponselnya di sofa yang berada persis di ruang tamu. Setelah aku menaiki tangga dan berada di lantai dua, aku menghampiri salah satu kamar temanku terlebih dahulu, yang berada tidak jauh dari tangga, untuk memberikan pesanan es teh manis dan menerima upah sebagai ganti uang yang sudah ku pakai untuk membelinya. Tiba di depan pintu kamarku, yang berada di dekat jendela yang terlihat lusuh, aku pun membuka kunci pintu dan memasuki kamar, kondisi kamar yang masih tertata rapi dan wangi menyambut kepulanganku. aku pun menaruh helm di sudut lantai yang kosong, dan menaruh tas ku tepat di atas lemari pakaian. Suasana kamar yang nyaman menyapu letih yang perlahan menghilang, aku pun merogoh ponselku yang berada di dalam celana bagian depan, mencoba untuk memeriksa pesan maupun notifikasi dari sosial media. Setelah itu, aku pun mengambil beberapa pakaian di dalam lemari dan bergegas menuju kamar mandi yang berada di samping balkon yang masih berada di lantai dua, dengan kondisi kamar mandi yang luas dan agak lembab, serta toilet duduk yang terlihat bersih dan beberapa alat mandi milik masing-masing penghuni kamar lantai dua yang tertata rapi. Setelah memasuki kamar mandi, aku pun menggantung pakaian bersih di hangar yang menempel di balik pintu kamar mandi. Setelah aku melepas semua pakaianku, aku pun mulai membasuh noda-noda di badan selepas kerja sekaligus menyegarkan badan yang masih terasa sedikit lengket karena keringat yang mulai mengering dengan sebuah gayung berbentuk hati yang berwarna hijau.

Selepas mandi, aku langsung bergegas menuju kamarku, membuka laptopku dan membiarkannya tetap menyala, lalu mengambil ponsel dan sebungkus rokok serta korek, dan pergi menuju kamar temanku yang tepat berada di seberang kamarku, salah satu kamar yang seringkali digunakan untuk berkumpul. Aku pun mengobrol dan bercanda dengan pemilik kamar dan beberapa teman kampus-ku yang kebetulan sedang berkunjung di rumah kos tersebut. Karena mereka memang seringkali datang, tidak hanya untuk membicarakan tugas di kampus, bahkan mereka seringkali sengaja datang berkunjung untuk menumpang wifi dan bermain game online.

"Yohh mabar bol..." ajak salah satu temanku yang bernama Widi, yang kebetulan berada di kampus dan jurusan yang sama, namun berada di kelas yang berbeda dari aku dan yang lain, orang yang selalu ceria dan mampu membuat suasana di sekitar menjadi lebih hidup. Ia datang bersama Novri dan Rizal yang sedang sibuk mengerjakan tugas Kalkulus di ruang tengah, yang mana tugas tersebut harus dikumpulkan di jam pertama esok pagi. "Sek ndes, punyaku update e suwe pisan" ungkap sang pemilik kamar yang bernama Rahman, dengan tampang lugu dan kacamata yang membuat ia terlihat kalem, namun kurang pandai dalam bermain game. "Aku wes neng lobby, tak invite punyane Tri ndisiti yo, deweke wes neng lobby juga, tinggal kowe telunan sing durung melebu game" sahut Satrio yang posisi kamarnya berada di sebelah kamar milikku, teman kampus pertama yang ku ajak untuk tinggal di rumah kos ini. Aku dan teman-temanku memang sering bermain game online bersama, game yang kami mainkan adalah Dota 2, sebuah game PC yang sedang Hype tahun ini karena banyaknya user yang memainkannya dan menjadi terkenal karena dapat memberikan hadiah turnamen yang sangat besar. Kami bermain di Kamar masing-masing, kecuali Rahman dan Widi yang bermain bersama di kamar milik Rahman.

Usai kami bermain game selama hampir 4 jam, mataku pun mulai sayu, mungkin karena aku sudah mulai lelah dan harus beristirahat agar dapat berangkat kuliah di keesokan harinya. Beberapa temanku yang sedang berkunjung pun mulai merapikan laptopnya masing-masing dan bersiap-siap untuk pamit pulang. Aku pun bergegas keluar kamar dan mengantar mereka menuju garasi. Malam hari ini diakhiri dengan aktivitas yang menyenangkan, aku pun segera kembali ke kamarku dan menutup pintu kamar, mematikan laptopku serta lampu kamar lalu bergegas untuk tidur.