webnovel

Karang Yang Terkikis

Ceara malvina seorang siswa berusia 18 tahun dan seorang anak tunggal di keluarganya sejak dia kehilangan sang adik saat masih berada di dalam kandungan mamanya, ara adalah panggilan sehari-harinya. Dia bersekolah di SMK swasta jurusan sekretaris sekaligus atlet voli junior yang karir nya mulai melonjak naik, ara seorang gadis yang periang dan baik hati sehingga dia mempunyai banyak teman selain banyak teman ara juga punya kekasih seorang mahasiswa di universitas ternama dan sang papa pun sangat menyayanginya namun berbeda dengan sang mama yang matrealistis, egois, keras kepala dan terkadang suka merendahkan orang. Setelah kelulusan ara sang mama langsung menjodohkan ara dan memaksanya menikah dengan pria misterius pilihan mamanya yang tidak ara kenal sama sekali, namun apa daya Ara yang tidak bisa menolak atau pun melawan mamanya dengan berat hati ara terpaksa harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih, melupakan dan mengubur semua cita-cita yang ingin menjadi pramugari dan atlet voli profesional, lalu menikah dengan pria tersebut. Namun pernikahannya tidaklah berjalan bagus, setiap hari ara harus menghadapi hinaan dan kekerasan dari suaminya bahkan kehidupan pernikahannya lebih mirip neraka, bahkan setelah menjalani 3 bulan menjalani kehidupan pernikahannya, ara harus menerima kenyataan bahwa suaminya adalah anggota pemberontak pemerintah dengan nama organisasi A.C.M lalu dapatkah ara keluar dari siksaan batin suaminya?? dan dapatkan ara lepas dan bebas dari pernikahannya?? atau malah terjebak seumur hidup di pernikahannya??

Black_Rose_6050 · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
51 Chs

Rencana penyelamatan wandi

Alex segera menuju ruang ICU setelah mendapat kabar jika wandi sudah sadar dan saat memasuki ruang tersebut terlihat banyak alat medis masih menempel di tubuhnya dan dia melihat alex membuka mata dan tampak bingung, alex dan beberapa perawat segera menghampiri wandi untuk mengeceknya tidak lupa dia membawa beberapa peralatan medis "Wandi apa yang kamu rasakan saat ini??" Tanya alex sambil memeriksa wandi yang bingung dengan situasinya "Dokter alex kenapa saya ada disini?? Apa yang terjadi?? Kepala saya sakit dok." Wandi beberapa hari yang lalu anak buah rahman menyerang dirimu, dan kamu berakhir di rumah sakit." "Lalu bagaimana dengan ara dan deri?? Apa mereka baik-baik saja??" Alex bingung menjelaskan bagaimana situasi ara saat ini karena ini terlihat sulit baginya untuk berkata jujur "Kau tidak perlu khawatir, mereka baik-baik saja." Wandi tersenyum lega setelah mendengar kabar tentang mereka "Suster tolong pantau kondisi pasien, dan jika sudah stabil segera pindahkan ke ruang perawatan." Titah alex ke beberapa perawat yang ada di ruang ICU "Wandi saya tinggal dulu, nanti jika ada sesuatu tekan tombol yang ada di belakang tempat tidur." "Baik dok..terima kasih." "Suster jangan lupa berikan saya kabar per 2 jam terkait dengan kondisi pasien, karena dia belum stabil, segera ganti infus dan berikan suntikan penghilang nyeri per 4 jam sekali." Setelah memberikan perintah, alex segera meninggalkan ruang ICU untuk menemui deri.

Deri menunggu alex di cafe rumah sakit yang letaknya berada tepat di dalam lobby rumah sakit, tidak perlu menunggu lama alex datang dan segera menghampirinya "Maaf membuatmu menunggu lama." "Ya dok tidak apa-apa." "Kalau sedang tidak tugas kau bisa memanggilku alex dan jangan terlalu formal." "Oh baiklah jika dokter sudah mengijinkan..eehh.. maksud saya alex." Tepat di seberang meja yang mereka tempati anak buah rahman sedang mengawasi, tetapi pria itu tidak sadar bahwa keberadaannya sudah di ketahui oleh alex dan beberapa pengawalnya "Deri saya rasa tidak aman berbicara disini." "Memangnya kenapa bukankah kau sendiri yang mau kita bertemu disini." Ujar deri sambil kebingungan dan penuh tanda tanya "Lihatlah sebelah kirimu yang berjarak 3 meja dari sini." Lalu alex mengarahkan deri dengan menggunakan lirikan mata ke orang tersebut dan deri segera mengikuti arah tersebut "kau lihat kan pria yang mengenakan topi merah, jaket sport warna kuning..mungkin usianya sebaya dengan kita." "Ya aku melihatnya, tapi kenapa dia mengawasi kita." "Ya dia orang suruhan calon suami ara dan dia lah yang menyuruh orang tersebut untuk melukai wandi." "Jadi dia kesini untuk memastikan wandi selamat atau tidak." "Ya seperti itu, dan jika rahman tahu wandi selamat dia pasti tidak akan tinggal diam." "Jadi apa yang harus kita lakukan." "Malam ini kita pindahkan wandi ke rumahku dan adik sepupuku yang akan merawat Wandi, jadi untuk sementara hingga wandi pulih kalian tinggal di rumahku." "Baiklah segera kita atur malam ini." Setelah berbicara dengan serius mereka bergegas meninggalkan cafe untuk mengurus kepindahan wandi ke rumah alex.

Setibanya di rumah Rahman dan dewi langsung menurunkan barang-barang ara kemudian arifin membantu ara turun dari mobil lalu membawanya ke kamar, setelah selesai rahman menyusul ara ke kamar "ara kamu capek gak?? Kita ke mall yuuk..untuk mengecek souvenir." "Baiklah kamu tunggu aja di ruang tamu." Jawab ara dengan suara datar, dia segera turun dari kasurnya untuk bersiap dan mengambil ponselnya lalu arifin meninggalkan ara untuk berganti baju "Kak alex lagi sibuk ya?? Aku sudah sampai rumah dan mau pergi lagi" tinnngg.. notifikasi ponsel alex berbunyi dan dia segera mengeceknya "Ya sayang aku sedikit sibuk hari ini, oh ya wandi sudah sadar dan aku harus mengecek kondisinya..kamu mau pergi kemana dan sama siapa?? "Alhamdulillah jika bang wandi sudah sadar, aku pergi sama rahman dia mengajak ara ke mall tycon bilangnya sich mau cek souvenir." Deg.. perasaan alex menjadi tidak enak dia ingin menyusul ara ke sana tapi ada hal yang harus dia lakukan terlebih dahulu karena ini menyangkut keselamatan wandi dan dirinya "Ya udah kamu hati-hati sama dia, jika terjadi sesuatu kamu segera hubungi aku ya sayang." "Ya kak..jangan lupa besok kita bertemu." "Ok sayang..jangan lupa share lokasinya ya..bye." pintu kamar di ketuk dan saat dia membuka pintu ternyata sang papa yang berada di depan pintu "ara kamu hati-hati ya sama rahman." "Ya pa..tenang aja..tadi ara juga udah kabari kak alex." "Gimana kondisi wandi??" "Alhamdulillah pa, bang wandi sudah sadar." Ujar ara sambil tersenyum menyembunyikan emosinya, dan mereka segera ke ruang tamu di mana rahman menunggu bersama dewi.

Sepanjang perjalanan menuju mall hanya ada kesunyian antara rahman dan ara bahkan saat ini kebencian juga dendam yang tersorot di mata ara terhadap calon suaminya, setibanya di mall rahman segera memarkir mobilnya di basement lalu ara segera keluar tanpa menunggu rahman membukakan pintu untuknya. Alex mengambil ponselnya dan segera menghubungi anak buahnya "Kalian dimana??" "Kami sudah sampai di tujuan tuan." "Baiklah..awasi ara dan jika ada hal yang mencurigakan segera bawa ara ke mansionku." "Baik tuan." Sambungan telpon terputus dan tidak sengaja deri mendengarnya karena dia sedang bersama dinda juga "ada apa mas??" "Ara sedang bersama pria s****n itu di mall." "Seriusan lex??" Ujar deri yang terkejut dengan apa yang di katakan alex "Terus kenapa mas gak menyusul ara, nanti jika terjadi sesuatu bagaimana." Ucap Dinda dengan panik bercampur khawatir "Din..masih ada yang lebih penting saat ini, yaitu wandi kita harus segera memindahkan dia ke rumahku karena saat ini anak buah rahman masih berkeliaran." Deri dan dinda pun kaget tidak percaya dari mana alex tahu hal seperti ini bahkan kejadian di cafe pun masih membuat deri bertanya sebesar apa kekuasaan alex yang sebenarnya.

Di saat ara sibuk mengecek souvenir untuk pernikahannya rahman segera mengambil jarak sedikit jauh dari ara dan dia menghubungi anak buahnya untuk mengetahui perkembangan tentang kondisi wandi dan juga alex, namun disaat yang bersamaan anak buah alex mengawasinya dan ara segera mengetahui hal itu hingga membuat ara ingin segera menghubungi alex. Kemudian ara menghampiri rahman yang terlihat sedang sibuk dengan percakapannya di depan store "Bang aku ke toilet dulu sebentar." "Ok jangan lama ya." Ara segera menuju toilet dan berusaha menghubungi alex "Kak lagi sibuk gak??" "Ara..aku gak sibuk kok, ada apa??" "Tadi aku melihat ada seorang pria bertubuh tinggi besar dengan menggunakan kaos merah dan jeans navy sedang mengawasi aku dan rahman." "Oh..dia anak buahku yang sedang mengawasi rahman dan aku suruh juga untuk melindungi kamu." Mendengar ucapan alex seketika perasaan ara menghangat dan nyaman karena alex begitu peduli padanya "Terima kasih ya kak sudah selalu ada untuk ara." "Ya sayang sama-sama..nanti malam kita lanjut lagi ya..hati-hati ya..dah sayang." Setelah itu ara segera kembali ke tempat Rahman.

Tidak terasa malam pun menjelang terlihat alex, deri, dinda, dan beberapa anak buahnya bersiap memindahkan wandi ke mansion alex. Mereka melakukan penyamaran kecuali alex dan dia segera menyuruh anak buahnya memasukan wandi dari pintu keluar yang terletak di samping kamar jenazah karena alex berpikir tidak mungkin anak buah rahman berada di situ, dan deri yang menyamar menggunakan baju perawat dengan menggunakan masker beserta dinda yang menyamar dengan menggunakan baju dokter pun berhasil mengelabui anak buah rahman dan mereka berhasil masuk ke mobil alex. Perhitungan dan rencana alex berhasil karena dia sudah merencanakan hal ini dengan matang semenjak tadi siang dan alex mengganti mobilnya dengan mobil berjenis sport sedangkan wandi bersama anak buahnya menggunakan mobil yang berkapasitas 8 orang, lalu mereka segera menuju mansion alex dengan aman.