webnovel

Chapter 1

Semuanya dimulai saat kami berharap bisa masuk ke dunia novel yang kami baca.

"Hei," Panggil Tasya. "Duke di novel ini sangat berkarisma, tegas, dan penyayang." Ucap Tasya, matanya berbinar-binar saat mendeskripsikan tokoh utama pria di novel romansa yang ia baca.

"Tidak." Sahut Nailla. "Sama sekali tidak keren karena gelar bangsawan yang ia dapatkan adalah warisan dari ayahnya." Ledek Nailla.

"Lebih keren pencuri ulung yang berhasil kabur dari kejaran bangsawan dan menjadi pahlawan perang." Ucap Nailla, mendeskripsikan tokoh Anti-Villain yang ia kagumi di novel miliknya.

"Mau bagaimanapun," Rika berusaha menenangkan ke dua temannya. "Tokoh utama prianya. Akan sangat menyenangkan kalau kita bisa berpindah ke dunia lain dan hidup di sana." Ucapku Sambil tersenyum.

"Benar" Sahut kedua temannya dengan antusias.

Tapi...

Kenapa hanya aku...

Yang berpindah dunia??!!

Aku hanya menjalani hari-hariku seperti biasa. Bangun pagi, pergi ke sekolah, belajar, pulang ke rumah, atau bermain dengan teman-temanku dari Club Membaca, dan belajar lagi pada malam hari. Selepas selesai belajar, aku melempar tubuhku ke atas kasur dan langsung memejamkan mata.

Baru beberapa menit aku terlelap ada seseorang yang membangunkanku.

"Heii!!! Cepat bangun!!!" Teriak seseorang.

"Apa?! Ada apa?! Eh?" Aku langsung terbangun setelah mendengar suara teriakan dengan bahasa asing yang tidak aku ketahui. Tapi anehnya aku mengerti apa yang suara itu katakan.

Dengan setengah sadar aku melihat sekitar. Dan terbangun di kamar usang yang terbuat dari kayu. Ada sosok gadis dengan wajah marah menatapku. Rambutnya hitam, matanya hijau, pakaiannya terlihat seperti orang eropa pada zaman dulu.

"Kenapa pakai tanya?!" Ucapnya. "Sebentar lagi restoran akan segera buka!! Apa kamu mau gajimu di kurangi bos hah?!!" Teriak gadis itu.

Aku masih kebingungan, kenapa aku harus bekerja?

Gadis itu menggertakkan giginya dan menghampiri lemari kayu. Mengobrak-abrik isi lemari dan mengeluarkan baju dengan model yang sama dengan yang gadis itu kenakan.

"Cuci mukamu dan segera pakai seragam!! Hanya karena kepalamu terbentur lantai karena kelalaianmu, kau tidak akan izin, kan?!" Tanya gadis itu dengan suara keras.

"Kamu... Siapa ya?" Tanyaku. Tentu saja aku kebingungan, baru beberapa menit terlelap di kasur. Aku diminta untuk bangun dan bekerja, kau bercanda?!

Wajah gadis terkejut saat aku menanyakan pertanyaan itu. "Apa benturan," Wajahnya terlihat ragu-ragu. "Di kepalamu sekeras itu sampai kau hilang ingatan?" Tanya gadis itu.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi seingatku, aku tidak terbentur apa-apa.

"Apa aku terbentur sebelumnya?" Tanyaku. Seketika gadis itu berteriak memanggil bos-nya.

Pintu kayu itu terbuka dan muncul seorang pria separuh baya dengan wajah khawatir. "Ada apa?! Apa yang terjadi!!? Aurel kenapa?!" Tanya pria itu dengan suara yang terbata-bata karena tergesa-gesa.

"Bos!! Aurel hilang ingatan!!" Jawab gadis itu dengan panik.

"Eh?! Sebentar!! Tolong jangan panik. Dan tolong jelaskan apa yang terjadi, dan juga kalian siapa??" aku berusaha menenangkan kedua orang tersebut yang masih panik.

"Aurelya. Apa kamu benar-benar tidak mengingat kami?!" Tanya pria itu.

Aku masih kebingungan dengan apa yang terjadi. Aku melihat cermin yang tergantung di dinding kayu. Aku melihat pantulan diriku, namun apa yang dipantulkan cermin itu bukanlah diriku. Melainkan orang lain.

Apa?? Apa yang terjadi?? Kenapa wajahku berubah?

Aku terkejut melihat pantulan diriku di cermin. Rambut coklat panjang tergerai berantakan, mata hitam, dan kulit putih.

Bagaimana mungkin?! Apakah ini aku?!

"Aurelya." Suara pria itu memelas. "Kau benar-benar tidak ingat apa-apa??" Tanya pria itu. Aku masih terkejut, otakku tidak bisa berpikir dengan jernih. Sebenarnya bagaimana ini bisa terjadi.

"Ah... ah, sebentar. Aku tidak ingat apa-apa." Aku mulai panik, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Pintu kayu itu kembali terbuka. Sosok gadis rambut kuning kepang kecil dengan mata biru laut muncul di balik pintu. Awal melihatnya, aku seperti melihat bidadari.

"Ada apa ini? Kenapa kalian tidak segera ke atas?" Tanya gadis itu. Wajahnya tiba-tiba terkejut saat melihatku, namun wajahnya kembali seperti semula.

"Bos. Sebentar lagi restoran harus segera dibuka. Lebih baik anda segera naik." Ucap gadis itu datar.

"Tapi Laura. Aurelya tidak mengingat apapun." Jelas pria tersebut. Gadis bernama Laura tersebut memiringkan sedikit kepalanya, matanya bergantian menatapku dan pria tersebut.

"Sepertinya baik-baik saja, menurutku. Tuan Ryan, tolong jangan pilih kasih dalam memperlakukan pegawai." Ucap Laura. Ia kembali menatapku. "Apa tubuhmu sakit? Apakah masih bisa digunakan bekerja?" Tanya Laura padaku. Aku melemaskan otot-otot tubuhku. Tidak ada yang sakit, tidak ada yang kaku.

"Iya. Masih bisa?" Jawabku. Entah kenapa wajah Tuan Ryan dan gadis rambut hitam itu terlihat kecewa sekaligus terlihat lega.

Apa ini?? Wajah mereka terlihat lega. Atau aku salah menjawab? Tunggu. Jangan bilang mereka mengganggapku berbohong?! Tapi aku benar-benar tidak tahu kenapa bisa disini!!

"Baiklah, Aurelya. Segera bersiap." Pintah Ryan. Ia langsung pergi meninggalkan kamar usang ini.

"Kau benar-benar membuatku kecewa Aurel!!" Ucap gadis berambut hitam dan pergi mengikuti Ryan

"Tu- Tunggu!! Sebentar!! Kalian salah paham-" Laura langsung menutup mulutku, dan tersenyum.

"Aku tahu kamu tidak suka bekerja. Tapi kalau kamu gak mau berakhir sebagai gelandangan, lebih baik berusaha agar tetap bisa bekerja di sini. Mengerti?" Jelas Laura. Sejenak aku kehilangan akal sehat saat Laura tersenyum.

"Tunggu- Tunggu sebentar, Laura." Aku menyingkirkan tangannya yang menutup mulutku. "Aku tidak ingat apa-apa. Walau tubuhku sehat, tapi ingatanku hilang." Aku berniat mengatakan bahwa aku bukan berasal dari sini. Tapi tidak mungkin ia akan mempercayai perkataanku, karena aku merasuki tubuh seseorang. Bukan tubuhku sendiri.

Laura kembali memiringkan kepalanya. "Jadi, kamu benar-benar tidak ingat apapun?" Tanya Laura. Ia melirik ke arah cangkir yang ada di atas meja dekat kasurku. "Apa kamu meminum teh yang aku berikan?" Tanya Laura, sekali lagi.

"Aku sudah katakan padamu. Aku tidak ingat apapun." Aku menarik napas dan menenangkan pikiranku. Laura masih menatap cangkir itu.

"Yah... Kamu meminumnya. Kita berbincang sambil minum teh bersama kok." Ucap Laura. "Sayang sekali, padahal aku ingin berbincang lagi mengenai hal yang kita bicarakan kemarin malam." Wajah Laura terlihat sedih. Membuatku tidak enak.

"Maafkan aku. Aku benar-benar tidak ingat apapun." Aku kembali panik, melihat Laura memasang wajah sedih.

"Tidak apa-apa. Saat ingatanmu kembali kita bisa berbincang mengenai itu lagi." Laura kembali tersenyum. "Nah... Sebaiknya kamu segera bersiap-siap. Rene akan marah besar nanti."

"Rene itu siapa?" Tanyaku.

"Rene itu perempuan rambut hitam yang galak tadi. Baiklah, aku duluan." Laura pergi sambil membawa cangkir kotor itu.

Chương tiếp theo