"Aku sudah menelepon agen travel untuk mereservasi sebuah hotel yang terletak di daerah pegunungan, tempat yang tenang dan indah. Kau pasti suka, sayang."
Ujar Elio.
"Benarkah, sayang?"
Ekspresi wajah Vera penuh kegembiraan.
"Aku juga sudah mereservasi Hotel untuk kita menginap disana. Hotel ini terkenal dengan pemandangan alamnya yang menakjubkan dan fasilitasnya yang lengkap."
Jelas Elio sambil menunjukkan brosur hotel kepada Vera.
"Aku yakin kita akan memiliki waktu yang tak terlupakan di sana."
Vera tersenyum lebar melihat foto-foto hotel yang indah.
"Waaw.. Aku tidak sabar untuk segera pergi, Elio. Terima kasih sudah merencanakan semuanya dengan begitu baik, sayang."
Setelah menatap jam tangannya dan menyadari sudah waktunya untuk berangkat kerja, Elio berdiri dari meja makan dengan cepat.
"Maaf, Vera, aku harus segera pergi ke kantor."
Ucap Elio sambil mengambil tasnya.
Vera tersenyum memahami.
"Tidak masalah, Elio. Aku juga harus menyiapkan beberapa hal di rumah."
Elio menghampiri Vera dan mencium pipinya dengan lembut.
"Begitu aku sampai di kantor, aku langsung mengajukan cuti untuk minggu depan."
Vera mengangguk dengan senyum lembut.
"Aku berharap begitu, sayang. Semoga semuanya berjalan lancar di kantor."
"Semoga aja, sayang."
Elio tersenyum dan berbalik untuk keluar rumah. Namun sebelum benar-benar pergi, ia berhenti sejenak dan berbalik menghadap Vera.
"Oh ya, Vera."
Ujar Elio, suaranya hangat,
"Jangan lupa untuk mengajak Emma ikut liburan juga! Aku pikir kehadirannya akan sangat membantu kita, terutama untuk membantumu agar tidak terlalu lelah saat kamu butuhkan!"
Vera mengangguk setuju.
"Baiklah, Elio. Aku akan mengajaknya untuk ikut bersama kita. Terima kasih atas perhatiannya, sayang."
Dengan senyuman penuh kehangatan, Elio akhirnya meninggalkan rumah mereka dan bergegas menuju kantor.
Di parkiran depan rumahnya, terparkir sebuah mobil berwarna merah mengkilat. Supir pribadi, sudah menunggu di dalam mobil dengan sabar sambil memastikan segala sesuatunya dalam keadaan siap.
Cahaya matahari pagi menyinari mobil itu, menciptakan kilauan di atas bodinya yang bersih.
Elio melangkah menuju mobil dengan langkah cepat, tas kerjanya tergantung santai di bahunya. Saat ia membuka pintu mobil, aroma harum wangi mobil menyambutnya. Ia bergegas masuk ke dalam dan duduk di belakang, menyesuaikan posisi duduknya agar nyaman.
"Petrus, buruan ya! Aku harus datang lebih awal untuk mengajukan cuti."
Pinta Elio kepada supir pribadinya yang ternyata bernama Petrus, dengan sedikit terburu-buru, namun dengan nada ramah.
"Baik, Pak."
Jawab Petrus dengan sopan sambil menatap Elio melalui kaca spion, tersirat kepercayaan dan dedikasi dalam matanya.
***
Vera melangkah masuk ke dalam kamar Pembantunya yang bernama Emma, membawa senyum hangat di wajahnya.
Ruangan itu dipenuhi dengan ketenangan, terisi oleh kehadiran bayi kecil yang tengah disusui dengan lembut oleh Emma. Bayi kecil berusia sekitar 7 bulan itu terlihat begitu tenang, terbungkus dalam kehangatan pelukan ibunya.
Tanpa ingin mengganggu momen indah itu, Vera duduk dengan lembut di samping Emma. Ia memperhatikan bayi berkulit cokelat sama dengan warna kulit ibunya, yang sedang disusui dengan penuh perhatian, tersenyum melihat kepolosan dan kelembutan yang terpancar dari bayi kecil itu.
"Bayimu begitu cantik."
Ucap Vera dengan suara yang lembut, memuji keindahan bayi tersebut.
Emma tersenyum lebar, matanya bersinar penuh kebanggaan.
"Terima kasih, Nyonya. Dia adalah anugerah terbesar dalam hidupku."
Vera tersenyum hangat.
"Emma, aku ingin memberitahumu sesuatu. Elio dan aku berencana untuk pergi liburan minggu depan, dan kami ingin kamu ikut bersama kami."
Emma terkejut mendengarnya, namun senyumnya tidak pernah lepas dari wajahnya.
"Benarkah, Nyonya? Saya sangat senang bisa ikut bersama keluarga Bapak Elio. Terima kasih banyak."
Vera mengangguk, ekspresinya penuh dengan kehangatan.
"Tentu saja, Emma. Kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami, dan kami ingin kamu merayakan momen spesial ini bersama-sama, sekaligus membantu kami jika ada sesuatu."
Emma tersenyum bahagia.
"Terima kasih banyak, Nyonya. Apakah suamiku juga ikut?"
"Tentu saja, Emma. Petrus pasti akan ikut bersama kita karena dia adalah supirnya. Kita akan berangkat menggunakan mobil."
Jawab Vera sambil tersenyum.
"Terima kasih, Nyonya."
Ucap Emma penuh rasa syukur.
Vera kemudian kembali menatap bayi yang masih disusui oleh Emma. Tangannya menyentuh lembut kulit halus bayi tersebut. Matanya penuh dengan kekaguman saat ia melihat wajah kecil yang begitu tenang dalam dekapan ibunya.
Setiap gerakan bayi, setiap ekspresi, terasa begitu ajaib bagi Vera yang tengah menantikan kehadiran bayinya sendiri.
Vera tersenyum hangat, matanya meluncur ke arah perutnya dengan usia kandungan dua bulan.
"Melihatmu menyusui Mia, Aku jadi tak sabar untuk memiliki bayiku sendiri. Setiap hari, aku merasa semakin dekat dengan impian itu."
Emma yang masih menyusui bayinya yang ternyata bernama Mia, mengangguk penuh pengertian.
"Saya yakin Nyonya Vera dan Pak Elio akan menjadi orangtua yang luar biasa. Karena Pak Elio dan Nyonya Vera adalah orang yang sangat baik. Pasti anaknya akan menjadi anak yang baik juga."
Vera merasakan kehangatan dalam kata-kata Emma.
"Terima kasih, Emma. Semoga suatu hari nanti, aku juga bisa merasakan kebahagiaan yang sama seperti yang kamu rasakan sekarang."
Emma tersenyum lembut.
"Saya yakin itu akan terjadi, Nyonya. Semua akan berjalan dengan baik. Dan Mia, tak lama lagi akan memiliki teman."
Vera tersenyum puas mendengar kabar baik itu.
"Amin. Aku berharap ku senang mendengarnya. Semoga Mia nantinya akan menjadi sahabat yang baik untuk anakku."
Emma tersenyum penuh rasa syukur, matanya bersinar terharu.
"Amin. Terima kasih, Nyonya Vera, atas segalanya. Saya dan Pak Petrus sangat bersyukur bisa bekerja di sini dan memiliki tempat tinggal yang nyaman untuk kami serta Mia."
Emma melanjutkan,
"Nyonya dan Pak Elio juga mau mempekerjakan saya dan memberikan tempat tinggal bersama suami saya, Petrus, sebagai supir pribadi, meskipun kami membawa bayi. Awalnya, saya dan suami saya khawatir jika kehadiran bayi bisa mengganggu kenyamanan Pak Elio dan Nyonya Vera."
Vera menjawab,
"Kami sama sekali tidak merasa terganggu dengan kehadiran bayi kalian. Mia adalah bayi yang lucu, tak mungkin kami merasa terganggu."
***
Seminggu berlalu dengan cepat, dan akhirnya hari yang dinanti-nantikan pun tiba.
Pagi itu, mentari menyapa mereka dengan hangat, mencerahkan suasana sekitar. Udara segar yang bertiup pelan membuat suasana semakin menyenangkan untuk memulai petualangan liburan mereka.
Di depan rumah, mobil telah dipersiapkan dengan rapi, siap membawa mereka ke destinasi yang menakjubkan.
Elio dan Emma sibuk mengemas barang-barang ke dalam bagasi mobil, memastikan bahwa semuanya teratur dan aman untuk perjalanan.
Dari koper hingga peralatan bayi, perlengkapan untuk perawatan tubuh, pakaian-pakaian yang diperlukan, bahkan perlengkapan untuk berenang, semuanya disusun dengan rapi agar tidak mengganggu kenyamanan perjalanan.